Senin, 18 November 2013

Nabi uzair


Allah SWT berfirman:
"Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang
(temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: 'Bagaimana Allah
menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?', maka Allah mematikan orang itu
seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: 'Berapa lama hamu
tinggal di sini ?' Ia menjawab: 'Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.' Allah
berfirman: 'Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratns tahun lamanya; lihatlah
kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah; dan lihatlah kepada keledaimu
itu (yang telah menjadi tulang-belulang): Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan
Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu, kemudian Kami
menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.' Maka tatkala telah
nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata:
'Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.'" (QS. al-Baqarah: 259)
Yang populer menurut kaum salaf dan kaum khalaf bahwa Uzair adalah pahlawan dalam
kisah ini yang diceritakan oleh Allah SWT. Dikatakan bahwa Uzair adalah seorang Nabi
dari nabi-nabi Bani Israil. Dia-lah yang menjaga Taurat, lalu terjadilah peristiwa yang
sangat mengagumkan padanya. Allah SWT telah mematikannya selama seratus tahun
kemudian ia dibangkitkan kembali. Selama Uzair tidur satu abad penuh, terjadilah
peperangan yang didalangi oleh Bakhtansir di mana ia membakar Taurat. Tidak ada
sesuatu pun yang tersisa kecuali yang dijaga oleh kaum lelaki. Mukjizat yang terjadi pada
Nabi Uzair adalah sumber fitnah yang luar biasa di tengah kaumnya.
Pada suatu hari, tampak bahwa cuaca sangat panas dan segala sesuatu merasa kehausan.
Sementara itu, desa yang ditinggali oleh Uzair hari itu tampak tenang karena sedang
melalui musim panas di mana sedikit sekali aktifitas di dalamnya. Uzair berpikir bahwa
kebunnya butuh untuk diairi. Kebun itu cukup jauh dan jalan menuju ke sana sangat berat
dan disela-selai dengan kuburan. Sebelumnya, tempat itu adalah kota yang indah dan
ramai di mana penghuninya cukup asyik tinggal di dalamnya lalu ia menjadi kota mati.
Uzair berpikir dalam hatinya bahwa pohon-pohon di kebunnya pasti merasakan kehausan
lalu ia menetapkan untuk pergi memberinya minum. Hamba yang saleh dan salah seorang
nabi dari Bani Israil ini pergi dari desanya. Matahari tampak masih baru memasuki waktu
siang. Uzair menunggang keledainya dan memulai perjalanannya. Beliau tetap berjalan
hingga sampai di kebun. Beliau mengetahui bahwa pohon-pohonnya tampak kehausan
dan tanahnya tampak terbelah dan kering. Uzair menyirami kebunya dan ia memetik dari
kebun itu buah tin (sebagian buah tin) dan mengambil pohon anggur. Beliau meletakkan
buah tin di satu keranjang dan meletakkan buah anggur di keranjang yang lain. Kemudian
ia kembali dari kebun sehingga keledai yang dibawanya berjalan di tengah-tengah terik
matahari.
Di tengah-tengah perjalanan, Uzair berpikir tentang tugasya yang harus dilakukan besok.
Tugas pertama yang harus dilakukannya adalah mengeluarkan Taurat dari tempat
persembunyiannya dan meletakkannya di tempat ibadah. Beliau berpikir untuk membawa
makanan dan mernikirkan tentang anaknya yang masih kecil, di mana beliau teringat oleh
senyumannya yang manis, dan beliau pun terus berjalan dan semakin cepat. Beliau
menginginkan keledainya untuk berjalan lebih cepat.
Lalu Uzair sampai di suatu kuburan. Udara panas saat itu semakin menyengat dan keledai
tampak kepayahan. Tubuhnya diselimuti dengan keringat yang tampak menyala karena
tertimpa sinar matahari. Keledai itu pun mulai memperlambat langkahnya ketika sampai
di kuburan. Uzair berkata kepada dirinya: Mungkin aku lebih baik berhenti sebentar
untuk beristirahat, dan aku akan mengistirahatkan keledai. Lalu aku akan makan siang.
Uzair turun dari keledainya di salah satu kuburan yang rusak dan sepi. Semua desa itu
menjadi kuburan yang hancur dan sunyi. Uzair mengeluarkan piring yang dibawanya dan
duduk di suatu naungan. Ia mengikat keledai di suatu dinding, lalu ia mengeluarkan
sebagian roti kering dan menaruhnya di sampingnya. Selanjutnya, ia memeras di
piringnya anggur dan meletakkan roti yang kering itu di bawah perasan anggur. Uzair
menyandarkan punggungnya di dinding dan agak menjulurkan kakinya. Uzair menunggu
sampai roti itu tidak kering dan tidak keras. Kemudian Uzair mulai mengamati keadaan
di sekelilinginya dan tampak keheningan dan kehancuran meliputi tempat itu: rumahrumah
hancur berantakan dan tampak tiang-tiang pun akan hancur, pohon-pohon sedikit
saja terdapat di tempat itu yang tampak akan mati karena kehausan, tulang-tulang yang
mati yang dikuburkan di sana berubah menjadi tanah. Alhasil, keheningan menyeliputi
tempat itu. Uzair merasakan betapa kerasnya kehancuran di situ dan ia bertanya dalam
dirinya sendiri: bagaimana Allah SWT menghidupkan semua ini setelah kematiannya?
"Bagaimana Allah menghidupkan hembali negm ini setelah hancur?"
Uzair bertanya: bagaimana Allah SWT menghidupkan tulang-tulang ini setelah
kematiannya, di mana ia berubah menjadi sesuatu yang menyerupai tanah. Uzair tidak
meragukan bahwa Allah SWT mampu menghidupkan tulang-tulang ini, tetapi ia
mengatakan yang demikian itu karena rasa heran dan kekaguman. Belum lama Uzair
merigatakan kalimatnya itu sehingga ia mati. Allah SWT mengutus malaikat maut
padanya lalu rohnya dicabut sementara keledai yang dibawanya masih ada di tempatnya
ketika melihat tuannya sudah tidak lagi berdaya. Keledai itu tetap di tempatnya sehingga
matahari tenggelam lalu datanglah waktu Subuh. Keledai berusaha berpindah dari
tempatnya tetapi ia terikat. Ia pun masih ada di tempatnya dan tidak bisa melepaskan
ikatannya sehingga ia mati kelaparan.
Kemudian penduduk desa Uzair merasa gelisah dan mereka ramai-ramai mencari Uzair
di kebunnya, tetapi di sana mereka tidak menemukannya. Mereka kembali ke desa dan
tidak menemukannya. Lalu mereka menetapkan beberapa kelompok untuk mencarinya.
Akhirnya, kelompok-kelompok ini mencari ke segala penjuru tetapi mereka tidak
menemukan Uzair dan tidak menemukan keledainya. Kelompok-kelompok ini melewati
kuburan yang di situ Uzair meninggal, namun mereka tidak berhenti di situ. Tampak
bahwa di tempat itu hanya diliputi keheningan. Seandainya Uzair ada di sana niscaya
mereka akan mendengar suaranya. Kemudian kuburan yang hancur ini sangat
menakutkan bagi mereka, karena itu mereka tidak mencari di dalamnya.
Lalu berlalulah hari demi hari, dan orang-orang putus asa dari mencari Uzair, dan anakanaknya
merasa bahwa mereka tidak akan melihat Uzair kedua kalinya dan istrinya
mengetahui bahwa Uzair tidak mampu lagi memelihara anaknya dan menuangkan rasa
cintanya kepada mereka sehingga istrinya itu menangis lama sekali. Sesuai dengan
perjalanan waktu, maka air mata pun menjadi kering dan penderitaan makin berkurang.
Akhirnya, manusia mulai melupakan Uzair dan mereka tetap menjalankan tugas mereka
masing-masing. Dan berjalanlah tahun demi tahun dan masyarakat mulai melupakan
Uzair kecuali anaknya yang paling kecil dan seorang wanita yang bekerja di rumah
mereka di mana Uzair sangat cinta kepadanya. Usia wanita itu dua puluh tahun ketika
Uzair keluar dari desa.
Berlalulah sepuluh tahun, dua puluh tahun, delapan puluh tahun, sembilan puluh tahun
sehingga sampai satu abad penuh. Allah SWT berkehendak untuk membangkitkan Uzair
kembali. Allah SWT mengutus seorang malaikat yang meletakkan cahaya pada hati Uzair
sehingga ia melihat bagaimana Allah SWT menghidupkan orang-orang mati. Uzair telah
mati selama seratus tahun. Meskipun demikian, ia dapat berubah dari tanah menjadi
tulang, menjadi daging, dan kemudian menjadi kulit. Allah SWT membangkitkan di
dalamnya kehidupan dengan perintah-Nya sehingga ia mampu bangkit dan duduk di
tempatnya dan memperhatikan dengan kedua matanya apa yang terjadi di sekelilingnya.
Uzair bangun dari kematian yang dijalaninya selama seratus tahun. Matanya mulai
memandang apa yang ada di sekelilingnya lalu ia melihat kuburan di sekitarnya. Ia
mengingat-ingat bahwa ia telah tertidur. Ia kembali dari kebunnya ke desa lalu tertidur di
kuburan itu. Inilah peristiwa yang dialaminya. Matahari bersiap-siap untuk tenggelam
sementara ia masih tertidur di waktu Dzuhur. Uzair berkata dalam dirinya: Aku tertidur
cukup lama. Barangkali sejak Dzuhur sampai Maghrib. Malaikat yang diutus oleh Allah
SWT membangunkannya dan bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?"
Malaikat bertanya kepadanya: "Berapa jam engkau tidur?" Uzair menjawab: "Saya
tinggal di sini sehari atau setengah hari." Malaikat vang mulia itu berkata kepadanya:
"Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya. " Engkau tidur selama
seratus tahun. Allah SWT mematikanmu lalu menghidupkanmu agar engkau mengetahui
jawaban dari pertanyaannmu ketika engkau merasa heran dari kebangkitan yang dialami
oleh orang-orang yang mati. Uzair merasakan keheranan yang luar biasa sehingga
tumbuhlah keimanan pada dirinya terhadap kekuasaan al-Khaliq (Sang Pencipta).
Malaikat berkata sambil menunjuk makanan Uzair: "Lihatlah kepada makanan dan
minumanmu yang belum berubah."
Uzair melihat buah tin itu lalu ia mendapatinya seperti semula di mana warnanya tidak
berubah dan rasanya pun tidak berubah. Telah berlalu seratus tahun tetapi bagaimana
mungkin makanan itu tidak berubah? Lalu Uzair melihat piring yang di situ ia memeras
buah anggur dan meletakkan di dalamnya roti yang kering, dan ia mendapatinya seperti
semula di mana minuman anggur itu masih layak untuk diminum dan roti pun masih
tampak seperti semula, di mana kerasnya dan keringnya roti itu dapat dihilangkan ketika
dicampur dengan perasan anggur. Uzair merasakan keheranan yang luar biasa, bagaimana
mungkin seratus tahun terjadi sementara perasan anggur itu tetap seperti semula dan tidak
berubah. Malaikat merasa bahwa seakan-akan Uzair masih belum percaya atas apa yang
dikatakannya. Karena itu, malaikat menunjuk keledainya sambil berkata: "Dan lihatlah
kepada keledaimu itu (yang telah menjadi tulang-belulang)."
Uzair pun melihat ke keledainya tetapi ia tidak mendapati kecuali ia tanah dari tulangtulang
keledainya. Malaikat berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin melihat
bagaimana Allah SWT membangkitkan orang-orang yang mati? Lihatlah ke tanah yang
di situ terletak keledaimu." Kemudian malaikat memanggil tulang-tulang keledai itu lalu
atom-atom tanah itu memenuhi panggilan malaikat sehingga ia mulai berkumpul dan
bergerak dari setiap arah lalu terbentuklah tulang-tulang. Malaikat memerintakan otototot
syaraf daging untuk bersatu sehingga daging melekat pada tulang-tulang keledai.
Sementara itu, Uzair memperhatikan semua proses itu. Akhirnya, terbentuklah tulang dan
tumbuh di atasnya kulit dan rambut.
Alhasil, keledai itu kembali seperti semula setelah menjalani kematian. Malaikat
memerintahkan agar roh keledai itu kembali kepadanya dan keledai pun bangkit dan
berdiri. Ia mulai mengangkat ekornya dan bersuara. Uzair menyaksikan tanda-tanda
kebesaran Allah SWT tersebut terjadi di depannya. Ia melihat bagaimana mukjizat Allah
SWT yang berupa kebangkitan orang-orang yang mati setelah mereka menjadi tulang
belulang dan tanah. Setelah melihat mukjizat yang terjadi di depannya, Uzair berkata:
"Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. "
Uzair bangkit dan menunggangi keledainya menuju desanya. Allah SWT berkehendak
untuk menjadikan Uzair sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya kepada masyarakat dan
mukjizat yang hidup yang menjadi saksi atas kebenaran kebangkitan dan hari kiamat.
Uzair memasuki desanya pada waktu Maghrib. Ia tidak percaya melihat perubahan yang
terjadi di desanya di mana rumah-rumah dan jalan-jalan sudah berubah, begitu juga
manusia dan anak-anak yang ditemuinya. Tak seorang pun di situ yang mengenalinya.
sebaliknya, ia pun tidak mengenali mereka. Uzair meninggalkan desanya saat beliau
berusia empat puluh tahun dan kembali kepadanya dan usianya masih empat puluh tahun.
Tetapi desanya sudah menjalani waktu seratus tahun sehingga rumah-rumah telah hancur
dan jalan-jalan pun telah berubah dan wajah-wajah baru menghiasi tempat itu.
Uzair berkata dalam dirinya: Aku akan mencari seorang lelaki tua atau perempuan tua
yang masih mengingat aku. Uzair terus mencari sehingga ia menemukan pembantunya
yang ditinggalnya saat berusia dua puluh tahun. Kini, usia pembantu itu mencapai seratus
dua puluh tahun di mana kekuatannya sudah sangat merosot dan giginya sudah ompong
dan matanya sudah lemah. Uzair bertanya kepadanya: "Wahai perempuan yang baik, di
mana rumah Uzair." Wanita itu menangis dan berkata: "Tak seorang pun vang
mengingatnya. Ia telah keluar sejak seratus tahun dan tidak kembali lagi. Semoga Allah
SWT merahmatinya." Uzair berkata kepada wanita itu: "Sungguh aku adalah Uzair.
Tidakkah engkau mengenal aku? Allah SWT telah mematikan aku selama seratus tahun
dan telah membangkitkan aku dari kematian." wanita itu keheranan dan tidak
mempercayai omongan itu. Wanita itu berkata: "Uzair adalah seseorang yang doanya
dikabulkan. Kalau kamu memang Uzair, maka berdoalah kepada Allah SWT agar aku
dapat melihat sehingga aku dapat berjalan dan mengenalmu." Lalu Uzair berdoa untuk
wanita itu sehingga Allah SWT mengembalikan penglihatan matanya dan kekuatannya.
Wanita itu pun mengenali Uzair. Lalu ia segera berlari di negeri itu dan berteriak:
"Sungguh Uzair telah kembali." Mendengar teriakan wanita itu, masyarakat bingung dan
merasa heran. Mereka mengira bahwa wanita itu telah gila.
Kemudian diadakan pertemuan yang dihadiri orang-orang pandai dan para ulama. Dalam
majelis itu juga dihadiri oleh cucu Uzair di mana ayahnya telah meninggal dan si cucu itu
telah berusia tujuh puluh tahun sedangkan kakeknya, Uzair, masih berusia empat puluh
tahun. Di majelis itu mereka rnendengarkan kisah Uzair lalu mereka tidak mengetahui
apakah mereka akan mempercayainya atau mengingkarinya. Salah seorang yang pandai
bertanya kepada Uzair: "Kami mendengar dari ayah-ayah kami dan kakek-kakek kami
bahwa Uzair adalah seorang Nabi dan ia mampu menghafal Taurat. Sungguh Taurat telah
hilang dari kita dalam peperangan Bukhtunnashr di mana mereka membakarnya dan
membunuh para ulama dan para pembaca Kitab suci itu. Ini terjadi seratus tahun lalu
yang engkau katakan bahwa engkau menjalani kematian atau engkau tidur. Seandainya
engkau menghafal Taurat, niscaya kami akan percaya bahwa engkau adalah Uzair."
Uzair mengetahui bahwa tak seorang pun dari Bani Israil yang mampu menghafal Taurat.
Uzair telah menyembunyikan Taurat itu dari usaha musuh untuk menghancurkannya.
Uzair duduk di bawah naungan pohon sedangkan Bani Israil berada di sekitarnya. Lalu
Uzair menghapusnya huruf demi huruf sampai selesai lalu ia berkata dalam dirinya: Aku
sekarang akan mengeluarkan Taurat yang telah aku simpan. Uzair pergi ke suatu tempat
lalu ia mengeluarkan Taurat di mana kertas yang terisi Taurat itu telah rusak. Ia
mengetahui mengapa Allah SWT mematikannya selama seratus tahun dan
membangkitkannya kembali. Kemudian tersebarlah berita tentang mukjizat Uzair di
tengah-tengah Bani Israil. Mukjizat tersebut membawa fitnah yang besar bagi kaumnya.
Sebagian kaumnya mengklaim bahwa Uzair adalah anak Allah. Allah SWT berfirman:
"Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair adalah anak Allah.'" (QS. al-Baqarah: 30)
Mula-mula mereka membandingkan antara Musa dan Uzair dan mereka berkata: "Musa
tidak mampu mendatangkan Taurat kepada kita kecuali di dalam kitab sedangkan Uzair
mampu mendatangkannya tanpa melalui kitab." Setelah perbandingan yang salah ini,
mereka menyimpulkan sesuatu yang keliru di mana mereka menisbatkan kepada nabi
mereka hal yang sangat tidak benar. Mereka mengklaim bahwa dia adalah anak Tuhan.
Maha Suci Allah dari semua itu:
"Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia." (QS. Maryam: 35)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar