Senin, 18 November 2013

NABI-NABI YANG DIUTUS KEPADA KAUM YASIN


Allah SWT berfirman:
"Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika
utusan-utusan datang kepada mereka. (Yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua
orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan
(utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: 'Sesungguhnya kami adalah orangorang
yang diutus kepadamu.' Mereka menjawab: 'Kamu tidak lain hanyalah manusia
seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak
lain hanyalah pendusta belaka.' Mereka berkata: 'Tuhan kami mengetahui bahwa
sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu. Dan kewajiban kami tidak
lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.' Mereka menjawab:
'Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya kamu jika tidak
berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan
mendapat siksa yangpedih dari kami.' Utusan-utusan itu berkata: 'Kemalangan kamu itu
adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu mengancam
kami)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas. " (QS. Yasin: 13-19)
Allah SWT menceritakan kepada kita tentang tiga nabi tanpa menyebut nama-nama
mereka. Hanya saja, Al-Qur'an menyebutkan bahwa kaum yang didatangi tiga nabi
tersebut mendustakan mereka. Mereka mengingkari bahwa tiga nabi itu sebagai utusan
Allah. Ketika para rasul itu menunjukan bukti kebenaran mereka, kaumnya berkata
bahwa kedatangan mereka justru membawa kesialan. Mereka mengancam para nabi itu
dengan rajam, pembunuhan, dan siksaan yang pedih. Para nabi itu menolak ancaman ini
dan menuduh kaumnya membuat tindakan yang melampui batas. Mereka justru
menganiaya diri mereka sendiri.
Al-Qur'an al-Karim dalam konteks ayat tersebut tidak menceritakan bagaimana urusan
para nabi itu. Yang ditonjolkan oleh Al-Qur'an adalah urusan seorang mukmin yang
mengikuti para nabi itu. Hanya dia satu-satunya yang beriman kepada nabi. Kelompok
yang kecil ini berhadapan dengan kelompok yang besar yang menentang para nabi. Lakilaki
itu datang dari negeri yang jauh. Dan dalam keadaan berlari, ia mengingatkan
kaumnya. Hatinya telah terbuka untuk menerima kebenaran. Belum lama ia menyatakan
keimanannya sehingga kemudian ia dibunuh oleh orang-orang kafir.
Allah SWT berfirman:
"Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki (Habib an-Najjar) dengan bergegasgegas
ia berkata: 'Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu, ikutilah orang yang tiada
minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya
kepada-Nya-lah kamu (semua) ahan dikembalikan? Mengapa aku akan menyembah
tuhan-tuhan selain-Nya, jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan
terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikit pun bagi diriku dan
mereka tidah (pula) dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya aku kalau begitu pasti
berada dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu;
maha dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku.'" (QS. Yasin: 20-25)
Konteks Al-Qur'an hanya menyebutkan atau membatasi tentang proses pembunuhan itu.
Belum lama orang mukmin itu atau belum sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya
sehingga Allah SWT mengeluarkan perintah-Nya dan mengatakan:
"Dikatakan (kepadanya): 'Masuklah ke surga.' Ia berkata: 'Alangkah baiknya sekiranya
kaumku mengetahui, apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan
menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.'" (QS. Yasin: 26-27)
Jadi, Al-Qur'an al-Karim tidak menyebutkan nama-nama para nabi itu dan kisah-kisah
mereka, tetapi yang ditonjolkan adalah kisah lelaki mukmin di mana dalam konteks ayat
tersebut nama laki-laki mukmin pun tidak disebutkan. Tentu penyebutan namanya tidak
penting, tetapi yang lebih penting adalah apa yang terjadi padanya. Beliau adalah seorang
mukmin yang mengikuti para nabi AllahSWT.
Dikatakan kepadanya: masuklah ke dalam surga. Tentu proses penyiksaan yang
diterimanya dan pembunuhannya bukan membawa suatu nilai yang besar tetapi yang
perlu diperhatikan adalah bahwa ia beriman dan tetap berjuang membela para nabi.
Meski-pun ia mendapatkan ancaman pembunuhan, ia tetap menunjukkan keimanannya
dan keimanannya tetap membara. "Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu;
maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku."'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar