Senin, 18 November 2013

Nabi Isa


Matahari tampak akan tenggelam, angin pun bertiup sepoi-sepoi di sekitar pepohonan.
Harum semerbak mulai memenuhi mihrab Maryam. Bau itu menembus jendela mihrab
dan mengepakkan sayapnya di sekeliling gadis perawan yang khusuk dalam salat tanpa
seorang pun mendengar suaranya. Maryam merasa bahwa udara dipenuhi dengan bau
harum yang mengagumkan. Ia kembali melakukan salatnya dengan khusuk dan
mengungkapkan syukur kepadaAllahSWT.
Seekor burung hinggap di jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke atas dan
mengarahkan ke matahari serta mengepakkan kedua sayapnya lalu ia terjun ke air dan
mandi di dalamnya. Kemudian ia terbang ringan di sekitamya. Maryam ingat bahwa
beliau lupa untuk menyirami pohon mawar yang tumbuh secara tiba-tiba di tengah dua
batu yang tumbuh di luar mesjid. Maryam menyelesaikan salatnya lalu ia keluar dari
mihrab dan menuju pohon. Belum selesai beliau siap-siap untuk keluar sehingga para
malaikat memanggilnya:
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan
melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)." (QS. Ali
'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak wajahnya yang pucat dan semakin bertambah. Mihrab itu
dipenuhi dengan kalimat-kalimat para malaikat yang memancarkan cahaya. Maryam
merasa bahwa pada hari-hari terakhir terdapat perubahan pada suasana ruhaninya dan
fisiknya. Di tempat itu tidak terdapat cermin sehingga ia tidak dapat melihat perubahan
itu. Tetapi ia merasa bahwa darah, kekuatan dan masa mudanya mulai meninggalkan
tempatnya dan digantikan dengan kesucian dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau
menyadari bahwa ia sedang gugup. Beliau merasakan kelemahan manusiawi dan adanya
kekuatan yang luar biasa. Setiap kali tubuhnya merasakan kelemahan, maka
bertambahlah kekuatan dalam ruhnya. Perasaan yang demikian ini justru membangkitkan
kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahwa ia akan memikul tanggung jawab besar.
"Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah
memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia
(yong semasa dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Dengan kalimat-kalimat yang sederhana ini Maryam memahami bahwa Allah SWT telah
memilihnya dan menyucikannya dan menjadikannya penghulu para wanita dunia. Beliau
adalah wanita terbesar di dunia. Para malaikat kembali berkata kepada Maryam:
"Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orangyang
ruku." (QS. Ali 'Imran: 43)
Perintah tersebut ditetapkan setelah adanya berita gembira agar beliau meningkatkan
kekhusukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah SWT. Maryam lupa terhadap
pohon mawar dan beliau kembali salat. Maryam merasakan bahwa sesuatu yang besar
akan akan terjadi padanya. Beliau merasakan hal itu sejak beberapa hari, tetapi perasaan
itu semakin menguat saat ini.
Matahari meninggalkan tempat tidurnya sementara malam telah bangkit sedangkan bulan
duduk di atas singgasananya di langit dan di sekelilingnya terdapat awan-awan yang
indah dan putih. Kemudian datanglah pertengahan malam dan Maryam masih sibuk
dalam salatnya. Beliau menyelesaikan salatnya dan teringat pohon mawar itu lalu beliau
membawa air di suatu bejana dan pergi untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh di antara dua batu di tempat yang tidak jauh dari mesjid yang
hanya ditempuh beberapa langkah darinya. Tempat itu jauh dari jangkauan manusia
sehingga tak seorang pun mendekatinya. Tempat itu sudah dijadikan tempat yang khusus
bagi Maryam untuk melakukan salat di dalamnya atau beribadah. Maryam mendekati
pohon mawar itu dan menyiramnya. lalu beliau meletakkan bejana, kemudian ia
memikirkan pohon mawar itu di mana tangkainya semakin panjang pada dua malam yang
dilaluinya.
Tiba-tiba, Maryam mendengar suara derap kaki yang mengguncang bumi. Beliau tidak
mendengar suara kaki yang berjalan, tetapi beliau mendengar suara kaki yang menetap di
atas batu serta pasir. Maryam merasakan ketakutan. Ia merasakan bahwa ia tidak
sendirian. Ia menoleh ke sebelahnya namun ia tidak mendapati sesuatu pun. Kemudian
kedua matanya mulai berputar-putar dan memperhatikan suatu cahaya yang berdiri di
sana. Maryam gemetar ketakutan dan menundukkan kepalanya. Maryam berkata dalam
dirinya, siapa gerangan orang yang berdiri di sana. Maryam memandang kepada wajah
orang asing itu, dan menyebabkan ia gelisah. Wajah orang itu sangat aneh, di mana
dahinya bercahaya lebih daripada cahaya bulan. Meskipun kedua matanya memancarkan
kemuliaan dan kebesaran tetapi wajah orang itu justru menggambarkan kerendahan hati
yang mengagumkan.
Pandangan pertama yang dilihat oleh Maryam kepada orang itu mengisyaratkan, bahwa
orang itu memiliki kemuliaan yang diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama
julaan tahun. Maryam bertanya kepada dirinya, siapa gerangan orang ini? Kemudian
seakan-akan orang asing itu membaca pikiran Maryam dan berkata: "Salam kepadamu
wahai Maryam." Maryam dibuat terkejut mendengar adanya suara manusia di depannya.
Maryam berkata sebelum menjawab salamnya:
"Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika
kamu seorang yang bertakwa." (QS. Maryam: 18)
Maryam berlindung di bawah lindungan Allah SWT dan ia bertanya kepadanya, "Apakah
engkau manusia yang mengenal Allah SWT dan bertakwa kepadanya?" Kemudian orang
itu tersenyum dan berkata:
"Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang
anak laki-laki yang suci." (QS. Maryam: 19)
Orang asing itu belum selesai menyampaikan kalimatnya sehingga tempat itu dipenuhi
cahaya yang menakjubkan yang tidak menyerupai cahaya matahari, cahaya bulan, cahaya
lampu, cahaya lilin bahkan cahaya api. Di sana terdapat cahaya yang sangat jernih.
Kemudian terngianglah di kepala Maryam kalimat: "Aku adalah seorang utusan
Tuhanmu." Kalau begitu, dia adalah penghulu para malaikat, Ruhul Amin (Jibril) yang
telah berubah wujud menjadi manusia.
Maryam mengangkat kepalanya dengan gemetar menahan luapan cinta. Jibril berdiri di
depannya dalam bentuk manusia. Maryam memperhatikan kejernihan dahinya dan
kesucian wajahnya. Benar apa yang diduganya bahwa Jibril memiliki kemuliaan yang
diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Kemudian Maryam
mengingat kembali kalimat-kalimat yang diucapkan Jibril. Malaikat itu telah mengatakan
bahwa ia adalah utusan Tuhannya, dan ia telah datang untuk memberi Maryam seorang
anak laki-laki yang suci. Maryam ingat bahwa dirinya adalah seorang perawan yang
belum tersentuh oleh seorang pun. Ia belum menikah dan belum dilamar oleh seseorang
pun, maka bagaimana ia melahirkan anak tanpa melalui pernikahan. Pikiran-pikiran ini
berputar-berputar di kepala Maryam lalu ia berkata kepada Jibril:
"Maryam berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak
pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorangpezina!" (QS.
Maryam: 20)
Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat
Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu
adalah suatu perkara yang sudah diputushan."' (QS. Maryam: 21)
Maryam menerima kalimat-kalimat Jibril. Tidakkah Jibril berkata kepadanya bahwa ini
adalah perintah Allah SWT dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti akan
terlaksana. Kemudian, mengapa ia harus (ketika) melahirkan tanpa disentuh oleh seorang
manusia pun. Bukankah Allah SWT mendptakan Nabi Adam tanpa seorang ayah dan
seorang ibu? Sebelum diciptakannya Nabi Adam tidak ada pria dan wanita. Hawa
diciptakan dari Nabi Adam dan ia pun diciptakan dari laki-laki, tanpa perempuan.
Biasanya manusia diciptakan melalui pasangan laki-laki dan perempuan; biasanya ia
memiliki ayah dan ibu, tetapi mukjizat terjadi ketika Allah SWT menginginkannya untuk
terjadi. Kemudian Jibril meneruskan pembicaraannya:
"Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran searangputra yang
didptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya al-Masih Isa putra
Maryam, seorang yang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang
yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan
ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh." (QS. Ali
'Imran: 45-46)
Keheranan Maryam semakian bertambah. Betapa tidak, sebelum mengandung anak itu di
perutnya ia telahmengetahui namanya. Bahkan ia menhetahui bahwa anaknya itu akan
berbicara dengan manusia saat ia masih kecil. Sebelum Maryam menggerakan lisannya
untuk melontarkan pertanyaan lain, Jibril mengangkat tangannya dan mengerahkan udara
ke arah Maryam. Kemudian datanglah hembusan udara yang bercahaya yang belum
pernah dilihat sebelumnya oleh Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan
memenuhinya. Tak sempat Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril yang suci
telah pergi tanpa meninggalkan suara.
Udara yang dingin telah bergerak dan Maryam pun tampak menggigil. Maryam segera
kembali ke mihrabnya. Ia menutup pintu mihrab dan ia tenggelam dalam salat yang
khusuk dan ia pun menangis. Maryam merasakan kegembiraan, kebingungan dan
kegoncangan serta kedamaian yang dalam. Kini, Maryam tidak lagi sendirian. Sejak Jibril
meninggalkannya, ia merasakan bahwa ia tidak lagi sendirian. Ia menggerakkan
tangannya yang dipenuhi dengan cahaya, kemudian cahaya ini berubah di dalam perutnya
menjadi anak, seorang anak yang akan menjadi kalimat Allah SWT dan ruh-Nya yang
diletakkan pada Maryam. Ketika anak itu besar, ia akan menjadi seorang rasul dan nabi
yang ajarannya dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Maryam di malam itu tidur dengan nyenyak dan ia bangun di waktu Subuh. Belum lama
ia membuka kedua matanya sehingga ia dibuat terkejut ketika melihat mihrab dipenuhi
dengan buah-buahan yang sebenarnya tidak lagi musim. Maryam heran melihat hal itu. Ia
mulai mengingat apa yang telah terjadi padanya kemarin, yaitu bagaimana kejadian saat
menyiram pohon mawar, bagaimana pertemuannya dengan malaikat Jibril, bagaimana
Allah SWT meniupkan kalimat-Nya padanya, bagaimana ia kembali ke mihrab, dan
bagaimana tidurnya yang nyenyak. Maryam berkata kepada dirinya sambil melihat buahbuahan
yang banyak: Apakah aku akan memakan sendirian buah-buahan ini. Kemudian
ada suara dalam dirinya yang berkata: "Engkau tidak lagi sendirian wahai Maryam. Kini,
engkau bersama Isa. Engkau harus makan dengan baik. Dan Maryam mulai makan.
Lalu berlalulah hari demi hari. Kandungan Maryam berbeda dengan kandungan
umumnya wanita. Ia tidak merasakan sakit dan tidak merasa berat; ia tidak merasakan
sesuatu telah bertambah padanya dan perutnya tidak membuncit seperti umumnya wanita.
Alhasil, kehamilan yang dialaminya dipenuhi dengan nikmat yang baik. Datanglah bulan
yang kesembilan. Ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa Maryam tidak
mengandung Isa selama sembilan bulan, tetapi ia melahirkannya secara langsung sebagai
mukjizat.
Pada suatu hari, Maryam keluar ke suatu tempat yang jauh. Ia merasa bahwa sesuatu akan
terjadi hari itu. Tetapi ia tidak mengetahui hakikat sesuatu itu. Kakinya membimbingnya
untuk menuju tempat yang dipenuhi dengan pohon kurma. Tempat itu tidak biasa
dikunjungi oleh seseorang pun karena saking jauhnya; tempat yang tidak diketahui oleh
seseorang pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang mengetahui Maryam bahwa sedang hamil dan ia akan melahirkan.
Mihrab yang menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup. Orang-orang mengetahui bahwa
Maryam sedang sibuk beribadah dan tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam
duduk beristirahat di bawah pohon kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai
merasakan sakit pada dirinya, dan rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya, Maryam
melahirkan:
"Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon
kurma, ia berkata: 'Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi
sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam: 23)
Rasa sakit saat melahirkan anak yang dialami wanita suci ini menimbulkan penderitaanpenderitaan
lain yang segera menantinya. Bagaimana manusia akan menyambut anaknya
ini? Apa yang mereka katakan tentangnya? Bukankah mereka mengetahui bahwa ia
adalah wanita yang masih perawan? Bagaimana seorang gadis perawan bisa melahirkan?
Apakah manusia akan membenarkan Maryam yang melahirkan anak itu tanpa ada
seseorang pun yang menyentuhnya? Kemudian pandangan-pandangan keraguan mulai
menyelimutinya. Maryam berpikir bagaimana reaksi manusia kepadanya dan bagaimana
perkataan mereka terhadapnya sehingga hatinya dipenuhi dengan kesedihan. Belum lama
Maryam membayangkan dan meminta agar ia dimatikan dan dilupakan, tiba-tiba anak
yang baru lahir itu memanggilnya:
"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai
di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu
ahan mengugurkan buah kurma yang masak kepadamu makan, minum dan bersenang
hatilah kamu. Jika kamu rnelihat seorang manusia, maka katakantah: 'Sesungguhnya aku
telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam melihat al-Masih yang tampan wajahnya. Wajahnya tidak kemerah-merahan dan
rambutnya tidak keriting seperti anak-anak yang lahir di saat itu, tetapi ia berkulit lembut
dan putih. Anak itu diselimuti dengan kesucian dan kasih sayang; anak itu berbicara
kepada Maryam agar ia menghilangkan kesedihannya dan meminta padanya agar
menggoyangkan batang-batang pohon kurma supaya jatuh darinya sebagian buahnya
yang lezat dan Maryam dapat memakan dan meminum darinya sehingga hatinya pun
penuh dengan kedamaian serta kegembiraan dan tidak berpikir tentang sesuatu pun. Jika
Maryam melihat atau menemui manusia, maka hendaklah ia berkata kepada mereka
bahwa ia bernazar kepada Allah SWT untuk berpuasa dan tidak berbicara kepada
seseorang pun.
Maryam melihat al-Masih dengan penuh kecintaan. Anak itu baru dilahirkan beberapa
saat tetapi ia langsung memikul tanggung jawab ibunya di atas pundaknya. Selanjutnya,
ia akan memikul penderitaan orang-orang fakir. Maryam melihat bahwa wajah anak itu
menyiratkan tanda yang sangat aneh. Yaitu tanda yang mengisyaratkan bahwa ia datang
ke dunia bukan untuk mengambil darinya sesuatu, tetapi untuk memberinya segala
sesuatu. Maryam mengulurkan tangannya ke pohon kurma yang besar. Belum lama ia
menyentuh batangnya hingga jatuhlah darinya buah kurma yang masih muda dan lezat.
Maryam makan dan minum dan kemudian ia memangku anaknya dengan penuh kasih
sayang.
Saat itu, Maryam merasakan kegoncangan yang hebat. Silih-berganti ketenangan dan
kegelisahan menghampirinya. Segala pikirannya tertuju pada satu hal, yaitu Isa. Ia
bertanya-tanya dalam dirinya: Bagaimana orang-orang Yahudi akan menyambutnya, apa
yang akan mereka katakan tentangnya, apa yang akan mereka katakan terhadap Maryam,
apakah para pendeta dan para pembesar Yahudi percaya bahwa Maryam melahirkan
seorang anak tanpa disentuh oleh seseorang pun? Bukankah mereka terbiasa hidup
dengan suasana pencurian dan penipuan? Apakah seseorang di antara mereka akan
percayapadahal ia jauh dari langitbahwa langit telah memberinya seseorang anak.
Akhirnya, masa pengasingan Maryam telah berakhir dan Maryam harus kembali ke
kaumnya. Maryam kembali dan waktu menunjukkan Ashar. Pasar besar yang terletak di
jalan yang dilalui Maryam menuju mesjid dipenuhi dengan manusia. Mereka sibuk
dengan jual-beli. Mereka duduk berbincang-bincang sambil minum anggur. Belum lama
Maryam melewati pasar itu sehingga manusia melihatnya membawa seorang anak kecil
yang didekapnya. Salah seorang bertanya: "Bukankah ini Maryam yang masih perawan?
Lalu, anak siapa yang dibawanya itu?" Seorang yang mabuk berkata: "Itu adalah
anaknya." Mari kita dengar cerita apa yang akan disampaikannya. Akhirnya, orang-orang
Yahudi mulai "mengepung" dengan berbagai macam pertanyaan: "Anak siapa ini wahai
Maryam, mengapa engkau tidak mengembalikannya, apakah itu memang anakmu,
bagaimana engkau datang dengan membawa seorang anak sedangkan engkau adalah
gadis yang masih perawan?"
"Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan
ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina." (QS. Maryam: 28)
Maryam dituduh melakukan pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa terlebih
dahulu mendengarkan sanggahannya atau mengadakan penelitian atau membuktikan
bahwa perkataan mereka memang benar. Maryam dicerca sana-sini dan ia diingatkan,
bahwa bukankah ia seseorang yang tumbuh dari rumah yang baik dan bukanlah ibunya
seorang pelacur? Lalu mengapa semua ini terjadi padanya? Menghadapi semua tuduhan
itu, Maryam tampak tenang dan tetap menunjukkan kebaikannya. Wajahnya dipenuhi
dengan cahaya keyakinan. Ketika pertanyaan semakin menjadi-jadi dan keadaan semakin
sulit, maka Maryam menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia menunjuk ke arah
anaknya dengan tangannya. Maryam menunjuk Isa.
Orang-orang yang ada di situ tampak kebingungan. Mereka memahami bahwa Maryam
berpuasa dari berbicara dan meminta kepada mereka agar bertanya kepada anak itu. Para
pembesar Yahudi bertanya: "Bagaimana mereka akan melontarkan pertanyaan kepada
seorang anak kecil yang baru lahir beberapa hari? Apakah anak itu akan berbicara di
buaiannya" Mereka berkata kepada Maryam:
"Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" (QS.
Maryam: 29)
Berkata Isa:
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (injil) dan Dia menjadikan
aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku
berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat
selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang
sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadahu, pada hari aku
dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. "
(QS. Maryam: 30-33)
Belum sampai Isa menuntaskan pembicaraannya sehingga wajah-wajah para pendeta dari
kalangan Yahudi dan para uskup tampak pucat. Mereka menyaksikan mukjizat terjadi di
depan mereka secara langsung. Anak kecil itu berbicara di buaiannya; anak kecil yang
datang tanpa seorang ayah; anak kecil yang mengatakan bahwa Allah SWT telah
memberinya al-Kitab dan menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti bahwa kekuasaan
mereka sebentar lagi akan hancur. Setiap orang dari mereka akan menjadi tidak berarti
ketika anak kecil itu dewasa. Tak seorang pun di antara mereka yang dapat "menjual
pengampunan" kepada manusia atau menghakimi mereka melalui pemyataan bahwa ia
adalah wakil dari langit yang turun di bumi. Atau pernyataan, bahwa hanya dia yang
mengetahui syariat.
Para pendeta Yahudi merasa akan terjadi suatu tragedi kepribadian yang akan datang
kepada mereka dengan kelahiran anak kecil ini. Kedatangan al-Masih berarti
mengembalikan manusia kepada penyembahan semata-mata kepada Allah SWT. Ini
berarti menghapus agama Yahudi yang sekarang mereka yakini. Perbedaan antara ajaranajaran
Musa dan tindakan-tindakan orang-orang Yahudi menyerupai perbedaan antara
bintang-bintang di langit dan lumpur-lumpur di jalan. Para pendeta Yahudi
menyembunyikan kisah kelahiran Isa dan bagaimana ia berbicara di masa buaian. Mereka
justru menuduh Maryam yang masih perawan dengan kebohongan yang besar. Mereka
menuduh Maryam melakukan pelacuran, padahal mereka menyaksikan sendiri mukjizat
pembicaraan anaknya di masa buaian.
Mula-mula cerita tentang itu mereka sembunyikan untuk beberapa saat. Meskipun
demikian, berita tentang kelahiran Isa sampai ke Hakim Romawi, yaitu Heradus. Ia
memimpin orang-orang Palestina dan orang-orang Yahudi dengan kekuatan pedang. Ia
menakut-nakuti mereka dengan menumpahkan darah serta banyaknya mata-mata yang
dimilikinya. Pada suatu hari, ia duduk di istananya dan meminum anggur. Lalu ia
mendengar berita yang samar tentang kelahiran seseorang anak tanpa ayah; seorang anak
yang dikatakan ia mampu berbicara saat masih di buaian, lalu ia menyampaikan
pembicaraan yang menjurus pada ancaman terhadap kekuasaan Romawi. Kemudian
bergetarlah kursi yang ada di bawah tubuh Heradus. Ia memerintahkan untuk diadakan
suatu pertemuan mendadak yang dihadiri oleh para pengawalnya dan para mata-matanya.
Pertemuan itu pun terlaksana. Heradus duduk dengan wajahnya yang hitam mengkilat,
lalu ia memutarkan pandangannya ke arah mata-matanya dan bertanya: "Bagaimana
berita anak kecil yang berbicara di buaiannya?"
Salah seorang kepala mata-mata berkata: "Tampak bahwa masalahnya tidak benar. Kami
telah mendengar isu-isu sekitar anak kecil yang mereka katakan bahwa ia membuat
mukjizat dengan berbicara saat ia masih belia. Lalu saya mengutus anak buahku untuk
mencari kebenaran berita itu, tetapi mereka tidak menemukannya. Jelas bagi kami, bahwa
berita itu dilebih-lebihkan." Kemudian salah satu anggota mata-mata raja berkata: "Aku
telah mendapatkan bukti yang terpercaya bahwa tiga orang dari orang-orang Majusi
datang di balik suatu bintang yang mereka lihat menyala di suatu langit dan bintang
tersebut mengisyaratkan kelahiran anak kecil yang membawa mukjizat, yaitu anak kecil
yang akan menyelamatkan kaumnya." Hakim berkata: "Bagaimana ia dapat
menyelamatkan kaumnya dan kaum siapa yang diselamatkannya?" Salah seorang matamata
berkata: "Anak buahku tidak mengetahuinya karena orang-orang pandai dari Majusi
itu pergi dan tak seorang pun menemukan mereka."
Hakim berkata: "Bagaimana mereka dapat pergi dan bersembunyi lalu bagaimana cerita
anak kecil ini? Apakah di sana ada persekongkolan untuk menentang Romawi?" Hakim
melompat dari tempat duduknya ketika ia menyebut Romawi, dan ia mulai berbicara
dengan keadaan emosi: "Aku menginginkan kepala tiga orang yang cerdik itu dan aku
juga menginginkan kepala anak kecil itu. Dan aku menginginkan informasi yang lengkap.
Sungguh masalah ini semakin samar hai orang-orang yang bodoh." Lalu kepala matamata
berkata: "Barangkali ini hanya mimpi yang dibayangkan orang-orang Yahudi
bahwa mereka melihatnya." Hakim berkata: "Sungguh kepala-kepala kalian semua akan
terbang lebih cepat dari merpati jika kalian tidak mendatangkan cerita secara lengkap
tentang anak ini. Kebingungan dan kekacauan apa yang aku rasakan! Pergilah kalian dari
sini."
Anak buah Heradus dan para mata-mata pergi, sedangkan ia masih duduk memikirkan
masalah tersebut. Tampaknya masalah itu sangat menggelisahkannya. Ia tidak peduli
dengan kedatangan agama baru kepada manusia tetapi yang dipikirkannya adalah
kekuasaan Romawi yang ia menjadi simbolnya. Kemudian Heradus menetapkan untuk
memanggil pemuka orang Yahudi dan bertanya kepadanya tentang masalah ini. Para
pengawalnya yang khusus memanggil orang Yahudi itu. Tidak beberapa lama orang
Yahudi itu ada di depan hakim. Heradus berkata: "Aku ingin berbicara kepadamu tentang
suatu masalah yang sangat menggelisahkanku." Pendeta Yahudi itu berkata: "Aku ingin
mengabdi kepadamu."
Heradus berkata: "Aku mendengar berita-berita yang saling berlawanan tentang anak
kecil yang bisa berbicara di masa buaiannya dan ia mengatakan bahwa ia akan
menyelamatkan kaumnya. Maka bagaimana berita yang sebenarnya tentang itu?" Pendeta
itu berkatadan ia merasa bahwa pertanyaan itu sepertinya berupa jebakan yang tidak
diketahuinya secara pasti: "Apakah tuan yang mulia peduli dengan agama Yahudi?"
Heradus berkata dalam keadaan emosi: "Aku tidak peduli sedikit pun selain kekuasaan
Romawi. Jawablah pertanyaanku wahai pendeta." Pendeta Yahudi itu telah melihat Isa
berbicara di buaiannya. Ia memahami bahwa seandainya ia mengatakan itu, maka ia akan
mendapatkan penderitaan pada dirinya, maka ia lebih memilih sedikit berbohong. Ia
berkata kepada Heradus bahwa ia mendengar cerita itu tetapi ia meragukannya.
Heradus berkata: "Apakah benar agama kalian berbicara tentang kedatangan seorang
penyelamat bagi rakyat kalian?" Pendeta berkata: "Ini benar wahai tuan yang mulai."
Heradus berkata: "Apakah kalian mengetahui ini adalah persekongkolan menentang
keamanan kerajaan Romawi? Apakah kalian menyadari ini adalah bentuk
pengkhianatan?" Pendeta berkata: "Aku harap tuan membiarkan aku meluruskan suatu
pemikiran yang sederhana. Berita tentang hal itu adalah berita yang kuno. Berita ini
diyakini ketika rakyat menjadi tawanan di Bebel sejak ratusan tahun."
Heradus berkata: "Apakah memang di sana ada yang membenarkan berita ini? Sekarang,
apakah kamu secara pribadi membenarkannya? Apakah engkau melihat anak kecil itu
yang mereka katakan bahwa ia dilahirkan tanpa seorang ayah?" Pendeta itu berkata:
"Apakah ada seorang yang percaya wahai tuan yang mulia jika dikatakan ada seorang
anak yang lahir tanpa seorang ayah. Ini adalah mimpi rakyat biasa."
Heradus berkata: "Tidak ada sesuatu yang mengusir tidur dari mata seorang penguasa
selain mimpi-mimpi rakyat. Pergilah wahai pendeta dan jika engkau mendengar beritaberita,
maka sampaikanlah kepadaku sebelum engkau sampaikan kepada istrimu." Belum
lama pendeta itu pergi sehingga Heradus berpikir, bagaimana seandainya pendeta itu
berbohong. Ia menangkap benang kebohongan pada kedua matanya. Ia mengetahui
kebohongan ini karena ia sendiri sangat pandai berbohong. Kemudian bagaimana cerita
tiga orang cerdik yang mereka mengikuti bintang? Apakah di sana terdapat
persekongkolan menentang Romawi yang tidak diketahuinya?
Heradus berteriak di tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan mereka untuk
menangkap semua orang yang mendengar cerita ini atau ia akan melihat akibatnya. Mulamula
dia memerintahkan untuk mencari gadis perawan yang melahirkan anak itu dan
membunuh setiap anak yang lahir di saat itu. Sementara itu, Maryam keluar dari Palestina
menuju ke Mesir. Sebelumnya, pada suatu malam, datanglah kepadanya seseorang yang
belum pernah dilihatnya dan orang itu menyampaikan salam kepadanya serta
menyerukannya dan sambil berkata: "Bawalah anakmu wahai Maryam dan keluarlah
menuju Mesir." Dengan nada ketakutan Maryam bertanya, "Mengapa? Bagaimana aku
keluar menuju ke Mesir; dan bagaimana aku bisa mengenali jalan?" Orang asing itu
menjawab, "Keluarlah engkau niscaya Allah SWT akan melindungimu. Sesungguhnya
Hakim Romawi mencari anakmu dan ingin membunuhmu."
Maryam bertanya: "Kapan aku keluar?" Orang asing itu menjawab: "Sekarang juga.
Janganlah engkau khawatir sedikit pun karena engkau keluar bersama seorang Nabi yang
mulia. Semua nabi diusir oleh kaumnya dari negeri mereka dan rumah mereka.
Demikianlah hukum kehidupan. Kejahatan selalu berusaha untuk menyingkirkan
kebaikan tetapi pada akhirnya, kebaikan akan kembali menduduki singgasananya.
Keluarlah wahai Maryam." Akhirnya, Maryam pun pergi menuju ke Mesir. Maryam
melalui gurun Saina' bersama suatu kafilah yang menuju Mesir. Maryam berjalan
membawa Isa di jalan yang sama yang pernah dilalui Nabi Musa di mana ditampakkan
kepada Nabi Musa api yang suci dan beliau dipanggil dari sisi thur al-Aiman. Setelah
melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, Maryam sampai di Mesir. Mesir yang
dipenuhi dengan kebaikan, kemuliaan, kebudavaan klasik serta cuacanya yang stabil
mempakan tempat yang terbaik untuk pertumbuhan Isa as.
Al-Masih tumbuh dan berkembang serta menjalani masa kecilnya di Mesir. Kemudian
datanglah kepada Maryam orang asing yang telah memerintahkannya untuk
meninggalkan Palestina. Kali ini, ia memerintahkannya untuk kembali ke Palestina.
Orang asing itu berkata kepadanya: "Raja yang lalim telah mati, maka kembalilah
bersama anakmu wahai Maryam. Telah datang kesempatan emas bagi Isa untuk
menduduki singgasananya. Isa akan menjadi penyayang orang-orang fakir dan orangorang
yang benar. Kembalilah wahai Maryam." Maryam pun kembali. Dalam perjalanan
Maryam melalui banyak mata air di sungai Jordania.
Isa pun tumbuh menjadi dewasa dan mencapai masa mudanya. Isa keluar dari rumahnya
dan menuju tempat penyembahan kaum Yahudi. Saat itu bertepatan dengan hari Sabtu.
Di sana tidak ada satu rumah pun dari rumah kaum Yahudi yang dapat menyalakan api
atau memadamkannya pada hari Sabtu, atau mengambil buah di hari itu. Dilarang bagi
seorang wanita untuk membikin adonan roti atau seseorang anak kecil mencuci
anjingnya. Nabi Musa telah memerintahkan untuk menghormati hari Sabtu dan hanya
mengkhususkanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Terdapat hikmah di balik penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu menjadi hari yang
sangat disucikan di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka melaksanakannya dengan
berbagai macam tradisi dan mereka mencurahkan segala konsentrasi mereka untuk
menjaga hari Sabtu dan tidak meremehkannya. Sebab, mereka meyakini bahwa hari
Sabtu adalah hari yang dijaga dari langit sebelum Allah menciptakan manusia
sebagaimana mereka percaya bahwa Bani Israil telah diberikan pilihan kepada satu jalur
saja, yaitu menjaga hari Sabtu. Mereka bangga karena mereka dapat menjaganya
meskipun hal itu menyebabkan mereka kalah di kancah peperangan atau mereka tertawan
di tangan musuh. Bahkan saking ketatnya mereka mempertahankan kehormatan hari
Sabtu sampai-sampai mereka menambah-nambahi berbagai macam larangan di hari
Sabtu. Majelis kaum Yahudi menetapkan ratusan larangan yang tidak boleh dilakukan di
hari Sabtu, seseorang dilarang untuk memakai gigi palsu di hari Sabtu. Seorang yang
sakit dilarang untuk memakai perban atau memakai minyak di tempat yang sakit pada
hari Sabtu atau memanggil dokter. Dilarang pula di hari Sabtu untuk menulis dua huruf
abjad; dilarang juga untuk mempertahankan diri pada hari Sabtu; dilarang untuk panen
dan belajar di hari Sabtu. Kemudian, bepergian di hari Sabtu diharuskan untuk tidak lebih
dari dua ribu yard. Dilarang juga dihari Sabtu untuk membawa sesuatu ke luar rumah.
Jadi, banyaknya syariat, hukum serta larangan-larangan biasanya diikuti dengan
banyaknya keburukan atau paling tidak membantu terciptanya keburukan. Setiap timbul
suatu larangan, maka timbul bersamanya cara untuk menghindar darinya. Demikianlah,
kehidupan kaum Yahudi dipenuhi dengan kemunafikan yang luar biasa di mana secara
lahiriah mereka menampakkan penghormatan terhadap hari Sabtu, tetapi secara batiniah
mereka berusaha menodai kehormatan dengan berbagai macam cara.
Meskipun kelompok Farisiun bertanggung jawab terhadap tugas pelaksanaan syariat dan
mengawasinya dengan banyak mendapatkan jarninan-jaminan, maka kita akan melihat
bahwa mereka siap untuk menciptakan berbagai rekayasa dan tipu daya yang
memungkinkan mereka untuk menghindar dari hukum-hukum syariat di saat yang tepat.
Saat yang tepat adalah saat di mana syariat-syariat tersebut bertentangan dengan
kepentingan pribadi mereka atau dapat menjadi penghalang bagi mereka untuk
mendapatkan mata pencaharian yang haram yang sudah siap masuk pada kantong
mereka. Misalnya, terdapat kaidah syariat yang menetapkan perjalanan pada hari Sabtu
tidak boleh melebihi dua ribu yard. Namun orang-orang Farisiun mengadakan walimah di
mana mereka mengundang orang-orang untuk menghadiri acara tersebut pada hari Sabtu,
padahal tempat diadakannya acara itu berjarak lebih dari dua ribu yard dari rumah
mereka. Lalu, bagaimana mereka dapat melaksanakan hal tersebut? Sangat mudah sekali.
Mereka meletakkan pada sore hari Sabtu sebagian makanan yang berjarak dua ribu yard
dari rumah mereka lalu setelah itu mereka mendirikan suatu tempat tinggal di mana
mereka dapat berjalan setelahnya dan menempuh dua ribu yard yang lain. Dari sini
mereka dapat menambah jarak yang mereka inginkan. Begitu juga agar mereka
menghindar dari larangan membawa sesuatu ke luar rumah pada hari Sabtu, maka mereka
membuat tipu daya yang lain. Yaitu mereka mendirikan gerbang-gerbang pintu dan
jendela di berbagai jalan sehingga seluruh kota seperti rumah besar yang dimungkinkan
bagi mereka untuk membawa segala sesuatu dan bergerak di dalamnya.
Contoh lain yang menunjukan bagaimana orang-orang Yahudi mempermainkan syariat
sedangkan mereka mengklaim menjaganya adalah, bahwa syariat Musa menetapkan agar
seorang anak menginfaki kedua orang tuanya saat mereka menginjak usia tua dan
membutuhkannya. Tetapi kaum Farisiun memberikan kesempatan kepada anak-anak
untuk lari dan menghindar dari tanggung jawab ini dengan suatu tipu daya yang
sederhana. Ketika seorang anak dituntut oleh kedua orang tuanya untuk memberi nafkah,
maka ia pergi ke para pendeta dan bersepakat kepada mereka untuk mewakafkan semua
hartanya dan kekayaannya kepada haikal, yaitu tempat sembahan kaum Yahudi. Saat itu
kedua orang tuanya tidak mampu mengambil sesuatu pun darinya. Ketika mereka berdua
telah putus asa dan tidak lagi menuntut padanya untuk memberi nafkah, maka semua
harta kekayaannya akan dikembalikan kepadanya oleh para pendeta, dengan catatan
hendaklah ia memberikan bagian tertentu dari hartanya kepada para pendeta itu.
Demikianlah yang terdapat dalam Injil Mata.
Di tengah-tengah suasana kebodohan pemikiran yang luar biasa ini, juga terdapat sikap
keras kepala dan kejumudan berpikir yang mengelilingi kaum Yahudi. Terdapat tujuh
tingkat kesucian dan dua puluh enam salat yang harus mereka lakukan saat mereka
membasuh tangan sebelum memakan makanan, namun mereka menganggap bahwa
meniadakan pembacaan salat-salat sebagai bentuk pembunuhan terhadap jiwa dengan
cara bunuh diri dan tercegah dari kehidupan abadi. Demikianlah kekerasan sikap
masyarakat Yahudi yang menunjukkan bahwa moral mereka telah rusak dan dipenuhi
dengan kemunafikan yang tiada taranya.
Sementara itu, Isa berjalan menuju tempat beribadah. Orang-orang berjalan di
sekelilingnya. Mereka tampak membanggakan pakaian-pakaian yang berwarna dan
berharga sedangkan Isa berjalan dengan memakai baju putih dan menampakkan
kezuhudannya. Rambut Isa tampak lembut yang mencapai kedua bahunya dan tampak ia
basah terkena air awan yang menurunkan gerimis. Kemudian kedua kakinya berjalan di
atas tanah sehingga tanah itu dipenuhi dengan bau harum yang tidak diketahui
sumbernya. Baju yang dipakai oleh Isa terbuat dari bulu domba yang sangat sederhana
dan kasar. Meskipun hari itu hari Sabtu, Isa memetik buah di suatu kebun dan mengambil
dua buah yang beliau berikan kepada anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan semacam
ini menurut kepercayaan Yahudi dianggap sebagai tindakan yang menentang agama
Yahudi.
Isa mengetahui bahwa menjalankan agama yang hakiki bukan terletak pada ketaatan
eksternal sementara hati jauh dari sikap rendah diri. Oleh karena itu, Isa mencabut buah
dan memberikan makan kepada manusia pada hari Sabtu. Beliau menyalakan api untuk
wanita-wanita tua sehingga mereka tidak mati kedinginan.
Isa sering mengunjungi tempat sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di dalamnya dan
mengamati para pendeta dan manusia yang hilir mudik di sekitarnya. Sesampainya Isa di
tempat sembahan, ia berdiri di dalamnya. Isa mengamat-amati apa yang ada di dalamnya.
Dinding-dinding tempat beribadah itu terbuat dari kayu gahru yang memiliki bau yang
harum. Di samping itu, terdapat kelambu-kelambu yang terbuat dari kain-kain yang
mengagumkan yang dicampur dengan emas. Juga terdapat lampu-lampu yang terulur dari
atap dan juga ada lilin-lilin yang memenuhi ruangan dengan cahaya. Meskipun demikian,
kegelapan menyelimuti hati orang-orang yang ada di situ.
Nabi Isa berdiri cukup lama di tempat penyembahan itu. Setiap kali ia memutarkan
wajahnya, ia mendapati para pendeta di sana. Terdapat dua puluh ribu pendeta. Namanama
mereka tercatat dalam haikal. Mereka adalah kaum Waliyun yang memakai sakusaku
yang besar yang di dalamnya ada kitab-kitab syariat. Sedangkan kaum Farisiun,
mereka memakai pakaian yang lebar yang sisi-sisinya tertenun dengan emas. Mereka
adalah pembantu haikal yang resmi dengan memakai baju-baju mereka yang putih.
Adapun kaum Shaduqiyun adalah kelompok para pendeta aristokrat yang bersekutu
dengan penguasa di mana mereka memperoleh kekayaan melalui persekutuan ini. Nabi
Isa memperhatikan bahwa jumlah pengunjung haikalita lebih sedikit daripada jumlah
para pendeta dan para tokoh agama. Tempat penyembahan itu dipenuhi dengan kambing
dan merpati yang dibeli oleh para pengunjung tempat penyembahan itu. Mereka
menyerahkannya sebagai kurban kepada Allah. Yaitu kurban yang disembelih di dalam
tempat persembahan di atas tempat penyembelihan. Alhasil setiap langkah yang
diayunkan oleh para pejalan di tempat penyembahan itu akan menghasilkan uang.
Di tempat penyembahan Yahudi itulah tersingkap hakikat kehidupan kaum Yahudi. Nilai
satu-satunya yang disembah oleh manusia di zaman itu adalah uang. Jadi, kemewahan
materi atau kekayaan adalah nilai satu-satunya yang karenanya manusia akan bergulat
satu sama lain. Dalam hal itu, tidak ada perbedaan antara tokoh-tokoh pembawa ajaran
syariat dengan manusia-manusia biasa. Kaum Shaduqiyun dan kaum Farisiun bekerja
sama di antara mereka di dalam haikal itu seakan-akan mereka di dalam suatu pasar di
mana mereka memanfaatkannya untuk diri mereka dengan terus mencari kurban-kurban
di dalamnya. Seringkali kaum Shaduqiyun dan Farisiun berseteru dalam persoalan syariat
dan hukum. Demikian juga, mereka berseteru dalam menentukan kurban yang harus
mereka raih di haikal itu. Kaum Farisiun berpendapat bahwa hewan-hewan kurban itu
harus dibeli dari harta haikal sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap bahwa harta dari
haikal adalah hak mereka. Oleh karena itu, mereka menganggap bahwa hewan kurban itu
harus dibeli dengan jumlah tersendiri. Begitu juga kaum Farisiun mewajibkan untuk
membakar hewan yang disembelih di atas tempat penyembahan, sedangkan kaum
Shaduqiyun mereka mengambil hewan sembelihan ini untuk diri mereka sendiri.
Di dalam Talmud disebutkan bahwa kaum Shaduqiyun menjual merpati di toko-toko
mereka yang mereka miliki. Mereka sengaja memperbanyak kesempatan-kesempatan
yang diharuskan di dalamnya untuk mengorbankan burung-burung merpati sehingga
harga seekor burung merpati saja mencapai beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu
tokoh Farisiun yaitu Sam'an bin Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya mengurangi
kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya seseorang menyerahkan merpati
sebagai kurban. Setelah itu, harga burung cuma mencapai seperempat Dinar. Pergulatan
antara kedua kelompok itu mendatangkan pukulan berat bagi pemilik toko yang
menyimpan burung merpati terutama anak-anak dari kepala pendeta.
Nabi Isa memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa melihat kaum fakir
yang tidak mampu membeli hewan kurban sehingga mereka tidak mampu berkurban;
Nabi Isa melihatbagaimana para pendeta memperlakukan mereka dan memangsa mereka
seperti serigala yang buas. Nabi Isa berpikir di dalam dirinya, mengapa binatang-binatang
itu mereka bakar lalu dagingnya menjadi asap di udara, padahal di sana terdapat ribuan
kaum fakir yang mati kelaparan? Mengapa mereka mengira bahwa Allah SWT ridha
ketika tempat penyembelihan dilumuri dengan darah, lalu hewan kurban itu dibawa ke
rumah-rumah para pendeta dan toko-toko mereka untuk dijual? Mengapa orang-orang
fakir banyak berhutang dan mengeluarkan banyak uang untuk membeli binatang-binatang
kurban? Mengapa binatang-binatang kurban itu harus dimiliki dan hanya dirawat oleh
para pendeta lalu apa yang mereka lakukan dengan uang-uang ini? Lalu, di manakah
tempat orang-orang fakir di haikal itu? Bukankah hal yang aneh ketika seseorang
memasuki rumah dengan keharusan membawa uang?
Nabi Isa pergi dari tempat penyembahan itu dan ia meninggalkan kota menuju gunung.
Dada Nabi Isa dipenuhi dengan kecemburuan yang suci terhadap yang Maha Benar.
Wajahnya tampak semakin pucat ketika melihat berbagai macam kejahatan memenuhi
dunia. Nabi Isa berdiri di atas sebuah bukit dan beliau mulai melakukan salat. Tetesantetesan
air mata mulai berlinang dari pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi Isa mulai merenung
dan menangis. Di sana terdapat bunga yang nyaris mati karena kehausan lalu ketika ia
mendapatkan tetesan air mata al-Masih, maka bunga itu mekar kembali dan mendapatkan
kehidupan. Tetesan air mata al-Masih menyelamatkannya, sebagaimana beliau akan
menyelamatkan manusia dengan dakwahnya. Di malam yang penuh berkah ini pula, dua
orang Nabi yang mulia meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan Nabi Zakaria. Kedua
Nabi itu dibunuh oleh penguasa. Sejak kepergian mereka berdua, bumi kehilangan
banyak dari kebaikan. Pada malam itu juga, turunlah wahyu kepada Isa bin Maryam.
Allah SWT memutuskan perintah-Nya agar ia memulai dakwahnya.
Nabi Isa menutup lembaran halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang penuh dengan
tafakur dan ibadah. Beliau memulai perjalanannya yang berat dan penuh tantangan serta
penderitaan: beliau mulai berdakwah di jalan Allah SWT; beliau mulai membangun
kerajaan yang tegak berdasarkan kerendahan hati dan cinta. Kerajaan yang penguasanya
bertujuan untuk membebaskan dan menyucikan ruh. Kerajaan yang memancarkan sikap
rendah diri dan cinta. Nabi Isa ingin menyelamatkan ruhani. Ajaran Nabi Isa berdasarkan
keimanan terhadap hari kiamat dan kebangkitan. Nilai-nilai dan pemikiran tersebut tidak
ditemukan dalam kehi-dupan orang-orang Yahudi.
Syariat Musa menetapkan pemberlakuan hukum qisas: barangsiapa yang memukulmu di
pipi sebelah kananmu, maka pukullah pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah orangorang
Yahudi menerapkan hukum qisas tersebut? Jika yang dipukul mampu untuk
menghancurkan rumah orang yang memukul, maka ia tidak perlu merasa puas hanya
sekadar memukul pipi sebelah kanannya, namum jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia
memukul pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi hatinya dipenuhi dengan dendam
karena ia tidak dapat menghancurkan rumahnya.
Jadi, kebencian adalah pelabuhan tempat bersinggahnya syariat Musa. Meskipun beliau
adalah seorang Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi yang besar namun syariatnya
kini berada di bawah kekuasaan hati-hati yang mati, yaitu hati-hati yang penuh dengan
dendam dan kebencian. Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap semua ini? Allah
SWT telah mengutusnya dan memperkuat Taurat yang dibawa oleh Musa sebagaimana
Allah SWT menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang nabi tidak menghancurkan tugas
nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu mata rantai yang tujuannya adalah satu, yaitu
menciptakan kesucian dan mempertahankan kebenaran serta mengesakan Allah SWT.
Kemudian apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap syariat qisas cersebut? Yang jelas,
tindakan yang dilakukkan oleh Nabi Isa murni dari ilham yang didapatnya dari Allah
SWT. Nabi Isa mengem-balikan kaum kepada tujuan asli dari syariat. Nabi Isa
mengembalikan mereka kepada hikmah syariat yang asli. Nabi Isa mengembalikan
mereka kepada cinta. Nabi Isa tidak mengatakan sesuatu pun kepada orang yang
memukul pipi sebelah kanannya. Nabi Isa tidak berusaha untuk memukul pipi sebelah
kanannya. Al-Masih justru akan membalikkan pipi sebelah kirinya. Inilah syariat Nabi
Isa yang tidak berbeda sedikit pun dengan syariat Nabi Musa. Ia merupakan kedalaman
yang mengagumkan dari kedalaman syariat Nabi Musa. Nabi Isa ingin menetapkan
kepada kaum di sekelilinginya tentang sesuatu yang penting. Nabi Isa ingin memberitahu
mereka bahwa syariat bukan mengajari kalian untuk meletakkan dendam pada diri kalian
lalu kalian memukul lawan kalian. Syariat yang hakiki adalah, hendaklah kalian menebar
kasih sayang, pemaaf, dan cinta.
Terdapat banyak binatang-binatang buas di hutan. Binatang-binatang itu mencintai diri
mereka sendiri. Mereka bermusuhan dan saling membunuh demi makanan dan minuman.
Mereka memberikan makan kepada anak-anaknya. Perbedaan antara manu-sia dan
binatang adalah perbedaan pada tingkat cinta. Hewan tidak akan mampu melampui
derajat cintanya kepada makhluk yang lain. Atau dengan kata lain, hewan tidak dapat
membagi cintanya kepada jenis yang lain. Sedangkan manusia mampu melakukan hal itu.
Di situlah manusia mampu dapat mencapai kemuliaannya dan kemanusiaannya. Al-
Masih memberitahu kaumnya bahwa manusia tidak akan menjadi manusia sempurna
kecuali setelah ia mencintai orang lain sebagaimana ia mendntai dirinya sendiri.
"Aku mendengar bahwa dikatakan, hendaklah engkau mencintai orang yang dekat
denganmu dan membenci musuhmu, sedangkan aku berkata kepada kalian, cintailah
musuh kalian dan doakanlah orang yang melaknati kalian. Berbuat baiklah kepada
pembenci kalian dan salatlah untuk orang-orang berbuat buruk kepada kalian." (Injil
Mata).
Dakwah Nabi Isa datang dan menghapus syariat Nabi Musa dalam bentuk eksternal. Jika
kita berusaha membandingkan dua syariat tersebut dalam bentuk yang sederhana, maka
pada hakikat-nya dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menghapus bid'ah yang dilakukan
oleh kaum Farisiun dan Shaduqiun terhadap syariat Nabi Musa dan menunjukkan hakikat
syariat ini dan tujuan-tujuannya yang tinggi. Di tengah-tengah masa materialisme yang
sangat luar biasa dan dunia dipenuhi dengan penyembahan terhadap emas dan
tersebarnya berbagai macam kejahatan, munculah dakwah al-Masih sebagai reaksi ideal
yang menunjukkan ketinggian dan kesucian. Al-Masih mengetahui bahwa ia mengajak
manusia untuk menciptakan perilaku ideal dalam kehidupan; Al-Masih menyadari bahwa
dakwahnya penuh dengan idealisme tetapi idealisme ini sendiri pada saat yang sama
merupakan solusi satu-satunya untuk mengobati kehidupan dari kesengsaraan dan
penyakit-penyakit menular; Al-Masih mengetahui bahwa tidak semua manusia tidak
mampu untuk mencapai puncak yang diisyaratkannya. Tetapi paling tidak, hendaklah
setiap orang berusaha sedikit mendaki sehingga ia selamat.
Dakwah Nabi Isa terdiri dari kesudan yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa bertujuan
untuk menyelamatkan ruh atau dakwah yang dapat dianggap sebagai pedoman perilaku
individu, bukan suatu system perincian-perincian tersebut dan hanya memfokuskan
kepada sumber utama, yaitu ruh. Isa ingin raenghidupkan ruhani manusia dan
membimbingnya untuk mencapai cahaya Sang Pencipta. Oleh karena itu, Isa datang
dengan didukung oleh ruhul kudus. Ruhul kudus adalah Jibril. Kita tidak mengetahui
bagaimana Allah SWT memperkuat Isa dengan Ruh Kudus: apakah Jibril menemaninya
dan menyertainya sepanjang pengutusannya? Jibril turun kepada nabi untuk
menyampaikan risalah atau membawa mukjizat atau justru mendatangkan hukuman atas
kaumnya, tetapi ia tidak bersama mereka sepanjang waktu. Oleh karena itu, apakah
memang Jibril menemani Isa sehingga beliau diangkat ke langit?
Hampir saja hati menjadi tenang dengan tafsiran ini karena dalam kehidupan Nabi Isa
terdapat sisi-sisi malaikat di mana beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa yang
berupa mukjizat-mukjizat. Bahkan kemampuan beliau sampai pada batas menghidupkan
orang-orang mati dengan izin Allah SWT. Begitu juga, beliau memiliki kemampuan yang
luar biasa di mana beliau dengan hanya meniupkan pada suatu tanah, maka tanah itu
terbentuk menjadi burung dan ia terbang dengan izin Allah SWT. Selain itu, Nabi Isa
sama sekali tidak mendekati wanita sepanjang hidupnya sehingga beliau diangkat oleh
Allah SWT. Beliau tidak menikah. Ini juga sifat malaikat di mana kita saksikan bahwa
sebagian para nabi yang diutus oleh Allah SWT dan memiliki beberapa wanita bahkan
kitab-kitab Yahudi menyebutkan bahwa jumlah istri-istri nabi mereka Sulaiman
misalnya, mencapai seribu wanita.
Isa hidup dalam keadaan tenggelam dalam ibadah seperti anak dari bibinya, yaitu Yahya.
Jika Yahya khusuk beribadah dan tinggal di gunung dan gurun bahkan dia menginap di
gua, maka hal itu adalah hal yang alami baginya, sedangkan Isa hidup justru di tengahtengah
masyarakat kota. Persoalannya adalah, bukan hanya Isa tidak terkait hubungan
dengan seorang wanita dan bukan hanya mukjizat-mukjizat yang diperolehnya yang luar
biasa yang berhubungan dengan ruh, tetapi yang lebih dari itu adalah, bahwa beliau
didukung oleh ruhul kudus sepanjang masa dakwahnya. Tentu itu adalah nikmat yang tak
seorang pun dari para nabi sebelumnya diberi. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: 'Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku
kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan roh kudus. Kamu
dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan
(ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat, dan Injil, dan (ingatlah
pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan
izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang
sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang
buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku,
dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup)
dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan
mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keteranganketerangan
yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: 'Ini tidak lain
hanya sehir yang nyata.' Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang
setia: 'Berimanlah kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka nienjawab: 'Kami telah
beiiman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut menyebutkan lima mukjizat Nabi Isa. Pertama, bahwa beliau mampu
berbicara dengan manusia saat beliau masih di buaian. Kedua, beliau diajari Taurat dan
Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa telah tersembunyi dan telah mengalami
perubahan yang dilakukan oleh orang-orang cerdik dari kaum Yahudi. Ketiga, beliau
membentuk tanah seperti burung kemudian meniupkannya lalu tanah itu menjadi burung.
Keempat, beliau mampu menghidupkan orang-orang yang mati. Kelima, beliau mampu
menyembuhkan orang yang buta dan orang yang belang. Terdapat mukjizat yang keenam
yang disebutkan dalam Al-Qur'an al-Karim:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putra Maryam, bersediakah
Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah
kepada Allah jika betul-betul kamu orangyang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin
memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa
kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan hidangan itu.' Isa putra Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah
kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari
raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah
kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah
Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan
menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun
hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku ahan menyiksanya dengan siksaan yang tidak
pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah:
112-115)
Mukjizat yang keenam itu adalah turunnya makanan dari langit karena permintaan
Hawariyin. Juga terdapat mukjizat yang ketujuh yang terdapat surah Ali 'Imran yaitu
beliau diberi kemampuan melihat hal-hal yang gaib melalui panca inderanya meskipun
beliau tidak menyaksikannya secara langsung. Oleh karena itu, beliau memberitahu
kepada sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya apa yang mereka makan dan apa yang
mereka simpan di rumah-rumah mereka:
"Dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di
rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran
kerasulanku) bagimu, jika kamu benar-benar beriman. " (QS. Ali 'Imran:: 49)
Inilah mukjizat Nabi Isa yang ketujuh yang didahului oleh mukjizat kelahirannya yang
sangat mengagumkan. Beliau lahir tanpa seorang ayah, lalu diikuti mukjizat berikutnya di
mana beliau diangkat dari bumi ke langit ketika penguasa yang lalim berusaha
menyalibnya. Barangkali pembaca akan bertanya-tanya: mengapa mukjizat-mukjizat
seperti ini diperoleh oleh Nabi Isa? Kita mengetahui bahwa mukjizat adalah hal yang luar
biasa yang Allah SWT berikan kepada nabi-Nya. Tetapi pemberian itu menjadi sempuma
jika mukjizat itu disesuaikan dengan keadaan zaman diutusnya nabi tersebut sehingga
mukjizat itu sangat berpengaruh dalam jiwa kaum dan mampu menggoncangkan hati
mereka dan menjadikan mereka berimana kepada pemilik mukjizat ini. Jadi, mukjizat
menjadi suatu hal yang luar biasa. Oleh karena itu, Allah SWT berkehendak agar
mukjizat ini sesuai dengan zaman diutusnya nabi tersebut.
Jadi, setiap mukjizat yang dibawa oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi Saleh diutus di
tengah-tengah kaum yang melihat bagaimana seekor unta yang melahirkan dari gunung
atau mampu membelah batu-batuan gunung. Sedangkan Nabi Musa diutus di tengahtengah
kaum yang gemar memainkan sihir sehingga sihir mendapat tempat istimewa.
Oleh karena itu, mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa bentuk lahirnya seakan-akan
menyerupai sihir, tetapi pada hakikatnya ia justru menjatuhkan sihir. Mukjizat itu berupa
tongkat yang menjadi ular dan kemudian ular itu memakan tongkat-tongkat para tukang
sihir.
Lain halnya dengan Nabi Isa, beliau diutus di tengah-tengah kaum materialis yang
mengingkari ruh dan hari kebangkitan. Mereka menduga bahwa manusia hanya sekadar
tubuh tanpa ruh. Mereka adalah kaum yang meyakini bahwa darah makhluk adalah
ruhnya atau jiwanya. Taurat yang ada di tangan Yahudi menyebutkan bahwa tafsir an-
Nafst adalah darah. Disebutkan di dalamnya: "Janganlah engkau memakan darah dari
tubuh manusia karena jiwa setiap tubuh adalah darahnya. "
Nabi Isa diutus di tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah yang
dasarnya mengatakan bahwa penciptaan alam memiliki sumber pertama, seperti sebab
dari akibat. Jadi, alam memiliki wujud yang mendahuluinya. Di tengah-tengah masa yang
niaterialis ini, di mana ruh diingkari, maka secara logis mukjizat Nabi Isa terkait dengan
usaha menunjukkan alam ruhani. Demikianlah Isa dilahirkan tanpa seorang ayah.
Mukjizat ini cukup untuk membungkam kaum yang mengatakan bahwa alam memiliki
sumber pertama. Jelas bahwa alam tidak memiliki wujud yang mendahuluinya. Kita
berada di hadapan Sang Pencipta yang mengadakan sistem bagi segala sesuatu dan
menjadikan sebab bagi segala sesuatu. Dia menjadikan proses kelahiran anak berasal dari
hubungan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini sendiri menciptakan sebab-sebab dan
sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan Dia tidak tunduk kepada sebab-sebab itu.
Dengan kehendak-Nya yang bebas, Dia mampu memerintahkan kelahiran anak tanpa
melalui ayah sehingga anak itu lahir. Dan, kelahiran Isa pun terjadi tanpa seorang ayah.
Cukup ditiupkan ruh kepadanya:
"Lalu Kami tiupkan ke dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan Kami jadikan dia dan
anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. " (QS. al-Anbiya': 91)
Kelahiran Isa membawa mukjizat yang luar biasa yang menegaskan dua hal: pertama,
kebebasan kehendak Ilahi dan ketidak terkaitannya dengan sebab karena Dia adalah
Pencipta sebab-sebab, kedua pentingnya ruh dan menjelaskan kedudukannya serta
nilainya di antara kaum yang hanya mementingkan fisik sehingga mereka mengingkari
ruh. Seandainya kita mengamati sebagian besar mukjizat Nabi Isa, maka kita akan
melihatnya dan mendukung pandangan tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang
mampu membentuk tanah seperti burung lalu beliau meniupkannya sehingga tanah itu
menjadi burung. Mukjizat ini pun menguatkan adanya ruh. Semula ia berupa tanah yang
bersifat fisik yang tidak dapat disifati dengan kehidupan tetapi ketika Nabi Isa
meniupnya, maka segenggam tanah itu menjadi burung yang memiliki kehidupan,
Sungguh sesuatu yang bukan fisik masuk ke dalamnya. Sesuatu itu adalah ruh. Ruh itu
masuk ke dalam tanah sehingga ia menjadi burung. Jadi, ruh adalah nilai yang hakiki,
bukan jasad atau fisik. Di samping itu, juga ada mukjizat menghidupkan orang-orang
yang mati. Bukankah ini juga menunjukkan adanya ruh dan adanya hari akhir atau hari
kebangkitan. Orang yang mati telah ditelan oleh bumi di mana anggota tubuhnya telah
hancur berantakan sehingga ia hampir menjadi tulang-belulang yang hancur lalu al-Masih
memanggilnya dan tiba-tiba dia hidup kembali dan bangkit dari kematiannya.
Seandainya orang yang mati hanya berupa fisik sebagaimana dikatakan orang-orang
Yahudi, maka ia tidak akan mampu bangkit dari kematiannya karena fisiknya telah
hancur tetapi mayit itu mampu bangkit dari kematian. Jasadnya kembali hidup dan ia
bangkit dari kuburannya serta berbicara. Jadi, ruh adalah nilai yang hakild. bukan fisik
atau jasad. Kalau begitu, di sana terdapat hari kebangkitan dan hari kiamat. Hal ini
bukanlah mustahil sebagaimana yang dikatakan orang-orang Yahudi, karena setelah
kematian jasad menjadi tanah yang berterbangan di udara. Itu bukan mustahil tetapi
mungkin-mungkin saja. Dalil dari hal itu adalah, kebangkitan orang-orang yang telah
mati di hadapan mata kepala mereka sendiri. Nabi Isa telah menghidupkan mereka agar
kaumya vakin bahwa kiamat fisik akan terjadi dari kematian dan itu adalah benar dan
bahwa hari akhir adalah benar.
Juga terdapat mukjizat yang lain, yaitu beliau mampu memberi tahu kaumnya tentang apa
yang mereka simpan di rumah-rumah mereka, tanpa terlebih dahulu beliau masuk ke
rumah mereka atau dapat bocoran dari seseorang. Mukjizat ini menetapkan bahwa panca
indera bukanlah nilai yang hakiki. Nabi Isa tidak melihat apa yang ada di rumah mereka
tetapi ruhnya mampu untuk melihat dan berbicara atau memberitahu mereka. Jadi, ruhani
adalah nilai yang hakiki, bukan fisik. Demikianlah mukjizat-mukjizat Isa datang untuk
memberitahukan pentingnya ruh dan kebebasan kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat Nabi
Isasebagaimana dikatakan oleh guru kami Muhammad Abu Zahra'termasuk dari
jenis propagandanya dan sesuai dengan tujuan risalahnya, yaitu dakwah untuk mendidik
ruhani dan keimanan kepada hari kebangkitan dan hari kemudian, dan di sana ada
kehidupan lain di mana seseorang yang berbuat baik akan dibalas kebaikannya dan orang
yang berbuat buruk akan dibalas keburukannya.
Lalu, apakah mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati masih memberikan celah
kepada para pengingkar akhirat untuk terus mengingkarinya atau memberikan ruangan
kepada penentang hari kebangkitan untuk meneruskan penentangannya? Kami telah
mengatakan bahwa orang-orang Yahudi telah diracuni dengan pikiran ketidakpercayaan
atau penentangan pada hari akhirat serta tidak beriman kepada hari akhir, maka
menghidupkan orang-orang yang mati yang dibawa atau dikuasai oleh Isa menjadi suatu
pukulan telak bagi mereka yang membuat mereka beriman, tetapi mereka masih
menentang tanda-tanda kebesaran Allah.
Nabi Isa menutup lembaran kehidupannya yang lembut dan dan ia mulai berdakwah di
jalan Allah. Beliau didukung oleh ruhul kudus dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Al-
Qur'an al-Karim menceritakan kepada kita bahwa esensi dakwah al-Masih tidak banyak
berubah dari esensi dakwah para nabi sebelumnya, yaitu menyuarakan Islam yang intinya
adalah menebarkan tauhid yang sempurna hanya serta menyerahkan diri kepada Allah:
"Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian."
Al-Qur'an memberitahu kita bahwa yang mengatakan kalimat tersebut adalah Isa.
Kalimat tersebut adalah kalimat yang sama yang pernah disampaikan seluruh nabi,
meskipun nama mereka, sifat mereka, mukjizat mereka, baju mereka, bahasa mereka,
usia mereka, bentuk mereka, dan warna kulit mereka tidak sama. Mereka semua
bersepakat untuk menyuarakan Islam dan hanya menyerahkan diri kepada Allah SWT
serta beriman bahwa Allah SWT adalah Tuhan mereka dan Tuhan alam semesta. Tiada
sekutu bagi-Nya dan tiada yang setara dengan-Nya. Dia Maha Esa yang tidak beranak
dan tidak diperanakkan dan tiada sesuatu pun yang menyerupai-Nya.
Isa tidak mengatakan persoalan tauhid lebih banyak atau lebih sedikit dari apa yang
pemah disampaikan oleh para nabi. Al-Qur'an datang kira-kira setelah lima ratus tahun
dari pengangkatan Nabi Isa. Allah SWT, melalui ilmu-Nya yang azali mengetahui apa
yang terjadi di tengah-tengah kaum Masehi di mana mereka berselisih tentang hakikat
Isa. Oleh karena itu, Al-Qur'an al-Karim berusaha menyingkap dialog mereka yang
belum terjadi. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu
mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'
Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan
hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui
apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka.
Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau
adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.'" (QS. al-Maidah: 116-117)
Al-Qur'an secara tegas mengatakan bahwa dakwah al-Masih adalah dakwah tauhid. Al-
Qur'an ingin mengatakan bahwa al-Masih terlepas dari segala tuduhan yang dialamatkan
kepadanya, yaitu tuduhan bahwa ia anak Tuhan atau ia justru tuhan itu sendiri. "Aku tidak
pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku
(mengatakannya) yaitu: 'Sembahluh Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu."
Nabi Isa pergi berdakwah di jalan Allah SMT. Inti dakwahnya adalah, bahwa tidak ada
perantara antara Pencipta dan makhluk; tidak ada perantara antara seorang penyembah
dan yang disembah. Allah SWT menurunkan kitab Injil kepada Nabi Isa. Ia adalah kitab
suci yang datang untuk membenarkan Taurat dan berusaha menghidupkan syariatnya
yang pertama. Injil adalah cahaya, petunjuk, dan peringatan bagi orang-orang yang
bertakwa. Nabi Isa ingin meluruskan tafsiran orang-orang Yahudi terhadap syariat di
mana mereka menyampaikan tafsir dari syariat itu secara harfiah dan sesuai dengan
kepentingan mereka. Nabi Isa menenangkan orang-orang yang yang menjaga syariat
bahwa ia tidak datang untuk menghilangkan syariat, tetapi ia datang untuk
menyempurnakannya dan menyelesaikan tugas para nabi. Namun Isa lebih menekankan
pada penafsiran esensinya, bukan kepada bentuk lahiriahnya.
Nabi Isa memberi pengertian kepada orang-orang Yahudi bahwa sepuluh wasiat yang
dibawa oleh Isa mengandung makna-makna yang lebih dalam dari apa yang mereka
bayangkan. Wasiat yang keenam bukan hanya melarang pembunuhan materi,
sebagaimana yang mereka pahami tetapi juga menyangkut penindasan dan usaha
rnencelakakan orang lain. Sedangkan wasiat yang ketujuh bukan hanya melarang zina
(dalam pengertian terjadinya hubungan antara laki-laki dengan perempuan melalui caracara
yang tidak sah), tetapi zina berarti segala bentuk perbuatan yang menjurus kepada
dosa. Misalnya, ketika mata diarahkan kepada lawan jenis disertai syahwat dan hasrat
seksual, maka itu pun berarti zina. Nabi Isa berkata: "Sesungguhnya lebih baik bagi
manusia untuk menghindarkan matanya dari sesuatu yang dapat menghancurkannya
daripada ia harus hancur dengan mata itu sendiri. Syariat yang dibawa oleh Isa melarang
untuk melanggar sumpah dan janji Nabi Isa memberi pengertian kepada kaumnya bahwa
hendaklah mereka tidak melakukan sumpah palsu karena merupakan "kesalahan besar
jika nama Allah dibuat main-main di atas mulut-mulut manusia." (Injil Mata 21 sampai
48).
Dakwah Nabi Isa juga berbenturan dengan arus materialisme yang sangat mendominasi
masyarakat saat itu. Oleh karena itu, beliau mengingatkan manusia dari perbuatan
munaflk, pamrih, tamak, dan gila pujian. Begitu juga beliau mengingatkan mereka dari
sifat rakus terhadap kekayaan dunia; beliau mengingatkan agar jangan sampai mereka
menimbun harta di dunia. Yakni, hendak lah mereka tidak memfokuskan perhatian
mereka pada urusan-urusan duniawi semata yang sifatnya tidak abadi. Tetapi hendaklah
rnereka memfokuskan perhatian mereka pada hal-hal yang bersifat samawi (ukhrawi)
karena itu bersifat abadi.
Nabi Isa memberitahu kepada masyarakatnya agar mereka menjadi orang-orang yang
teliti saat memilih gaya hidup mereka karena pada gilirannya akal mereka akan menjadi
cermin darinya. Kecenderungan manusia itu terkait kuat dengan hatinya. Jika hati tertuju
kepada cahaya langit, maka kehidupan manusia akan tampak bersinar tetapi jika hati
tertuju pada kegelapan dunia, maka kehidupannya pun tampak gelap. Nabi Isa
mengingatkan kaumnya dari sikap pamrih dan cinta dunia. Beliau mengajak mereka
untuk teliti dalam memilih majikan yang mereka mengabdi kepadanya karena manusia
tidak dapat mengabdi kepada dua majikan dalam satu waktu. Boleh jadi ia akan
menjadikan harta sebagai majikannya, atau boleh jadi ia akan menjadikan Allah SWT
sebagai tuannya. Jika ia menyembah harta, maka berarti ia jauh dari penyembahan
terhadap Tuhannya. Oleh karena itu, hendaklah manusia menjauhi dunia, seperti
makanan dan pakaian di mana mereka akan dikuasai oleh kegelisahan dan
ketidaktenangan serta keraguan tentang penjagaan Allah SWT kepada mereka. Allah
SWT telah berjanji untuk memenuhi kebutuhan hamba-hamba-Nya dalam kehidupan.
Ketika timbul kegelisahan dan keraguan pada diri mereka, maka itu dikarenakan
keraguan mereka terhadap penjagaan Allah SWT dan ketidakpercayaan mereka kepada
janji-janjinya dan rahmat-Nya serta bimbingan-Nya. Allah SWT-lah yang menciptakan
mereka dan Dia pula yang menjamin kehidupan mereka dan melindungi mereka. Bahkan
Dia juga melindungi makhluk yang paling kecil urusannya seperti burung di langit dan
kumbang-kumbang di kebun.
Nabi Isa memberitahu kaumnya bahwa hanya memperhatikan dunia adalah hal yang
salah, yang tidak pantas dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Itu adalah sikap para
penyembah berhala karena penyembah berhala tidak mengetahui apa yang lebih baik
darinya, sedangkan orang-orang yang beragama mengetahui bahwa di sana terdapat
bimbingan Ilahi yang mengajak mereka untuk percaya kepada Allah SWT dan tidak
begitu peduli dengan dunia. Allah SWT mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka lebih
daripada apa yang mereka ketahui; Allah SWT akan melindungi mereka dan akan
menjamin kehidupan mereka. Karena itu, yang layak bagi mereka adalah, hendaklah
mereka memohon agar diberi kekuasaan Allah SWT dan kebaikan dari-Nya. Yakni
kehidupan ruhani dan apa yang dikandungnya dari kebahagiaan abadi.
Di samping itu, Nabi Isa menasihati mereka agar jangan terlalu pusing dengan kejadiankejadian
yang akan datang dan persoalan-persoalan esok hari karena esok hari sudah
berjalan sebagaimana mestinya. Jika kebutuhan dan penderitaan datang silih berganti,
maka bantuan dan perlindungan Ilahi pun terus datang silih berganti. Dakwah Nabi Isa
juga berbenturan dengan dualisme yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Kita
saksikan sebagaimana mereka suka mendapatkan kebaikan yang ditujukan kepada diri
mereka, maka mereka pun biasa untuk melakukan kejahatan kepada orang-orang lain.
Demikianlah, kehidupan orang-orang Yahudi dicemari sikap dualisme ini. Nabi Isa
mewasiatkan kepada manusia agar mereka memperlakukan sesama mereka sesuai dengan
akidah yang mengatakan: "Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau
memperlakukan dirimu sendiri"
Nabi Isa terus melangsungkan dakwahnya dan mengajak manusia untuk menyembah
Allah SWT serta tidak menyekutukan-Nya, sebagaimana beliau juga mengajak manusia
untuk membersihkan dan menyudkan ruhani serta hati dan berasaha memasuki kerajaan
langit. Dakwah Nabi Isa itu sangat memukul kalangan para pendeta Yahudi. Kalimatkalimat
yang dilontarkan Nabi Isa bagaikan senjata yang siap menerpa wajah mereka dan
menyatakan peperangan terhadap mereka serta menyingkap kedok kemunafikan mereka.
Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur dalam masalah tersebut karena
mereka melihat bahwa itu hanya sekadar perselisihan internal antara kelompok-kelompok
Yahudi. Bagi mereka, selama orang-orang Yahudi sibuk dengan masalah mereka sendiri
dan tidak peduli dengan kekuasaan, mereka pun tidak turut campur.
Kemudian para pendeta Yahudi mulai merancang suatu persekongkolan untuk
menyingkirkan Isa. Mereka ingin mengusir Isa dan membuktikan bahwa Isa datang untuk
menghancurkan syariat Musa. Syariat Musa memutuskan untuk merajam wanita yang
berzina. Para pendeta Yahudi menghadirkan wanita yang salah yang berhak dirajam.
Mereka berkumpul di sekeliling Isa dan bertanya kepadanya: "Tidakkah syariat
menetapkan untuk merajam wanita yang bersalah?" Isa menjawab: "Benar," Mereka
berkata: "Ini adalah wanita yang bersalah." Isa memandang wanita itu dan ia pun melihat
para pendeta Yahudi. Isa mengetahui bahwa para pendeta Yahudi lebih banyak
kesalahannya daripada wanita tersebut. Para pendeta itu menunggujawaban Isa. Jika ia
mengatakan bahwa wanita itu tidak berhak dibunuh, maka berarti ia menentang syariat
Musa, dan jika ia mengatakan bahwa ia berhak dibunuh, maka ia justru menghancurkan
dirinya sendiri yang membawa syariat cinta dan toleransi. Nabi Isa memahami bahwa ini
adalah persekongkolan. Beliau tersenyum dan wajahnya tampak bercahaya. Kemudian
beliau melihat para pendeta Yahudi dan wanita itu sambil berkata: "Barangsiapa di antara
kalian yang tidak memiliki kesalahan, maka hendaklah ia merajam wanita itu."
Suara beliau yang keras itu memecahkan keheningan tempat penyembahan. Beliau
menetapkan peraturan baru yang berhubungan dengan hukum yang dijatuhkan kepada
orang yang ber-buat salah. Hendaklah orang yang tidak berbuat salah menghukum orang
yang salah dan tidak berhak seseorang pun dari kalangan manusia untuk menghukum
orang yang bersalah jika ia sendiri bersalah, tetapi yang menghukumnya adalah Allah
SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi dan Allah SWT adalah Maha Pengasih di antara
yang mengasihi.
Nabi Isa keluar dari tempat penyembahan itu. Tiba-tiba, wanita itu mengejar dari
belakangnya. Lalu wanita itu mengeluarkan dari pakaiannya satu botol dari minyak yang
berharga. Ia berdiri di depan Isa dan menjatuhkan dirinya di atas kedua kaki Isa lalu
menciumnya dan membasuhnya dengan minyak wangi dan air mata. Setelah itu, ia
mengeringkan kedua kakinya dengan rambutnya. Bagi wanita itu, al-Masih mempakan
harapan terakhir yang dapat menyelamatkannya. Lalu keluarlah dari belakang Isa seorang
tokoh pendeta Yahudi. Ia berdiri menyaksikan pemandangan tersebut dan ia merasa
kagum terhadap kasih sayang Isa. Isa melihat kepadanya dan bertanya; "Seorang kreditor
yang memiliki dua orang debitor, salah satunya berhutang lima ratus dinar dan yang lain
lima puluh dinar." Pendeta itu berkata: "Ya." Isa berkata: "Tak seorang pun dari mereka
berdua yang merniliki uang yang cukup untuk melunasi uangnya. Lalu si kreditor
memaafkan mereka dan membebaskan mereka dari hutang." Pendeta berkata: "Ya."
Kemudian Isa bertanya: "Siapa di antara mereka yang paling senang kepada kreditor itu?"
Pendeta menjawab: "Tentu yang berhutang lebih besar.'' Isa berkata: "Benar apa yang
engkau ucapkan. Lihadah wanita ini. Aku telah masuk ke rumahmu tetapi engkau tidak
memberikan kepadaku air agar aku dapat membasuh wajahku, tetapi wanita itu
membasuh kedua kakiku dengan air mata lalu ia mengusapnya dengan rambut kepalanya.
Begitu juga engkau tidak memberikan ciuman kepadaku tetapi wanita ini tidak merasa
puas dengan hanya mencium kedua kakiku. Jadi, hatimu sungguh sangat keras tetapi hati
wanita itu dipenuhi dengan rasa cinta. Maka barangsiapa yang banyak mencintai niscaya
kesalahan-kesalahannya akan diampum." Kemudian Isa menoleh ke wanita itu dan
memerintahkannya untuk bangkit dari tanah sambil berkata: "Ya Allah, ampunilah wanita
ini dan hilangkanlah kesalahan-kesalahannya."
Nabi Isa berusaha menyadarkan para pendeta Yahudi bahwa para dai yang menyeru di
jalan Allah SWT bukanlah algojoalgojo yang bengis yang menerapkan hukum syariat
tanpa melihat keadaan masyarakat yang bersalah, tetapi mereka datang dan membawa
ajaran Allah SWT yang merupakan ajaran yang penuh dengan rahmat kepada manusia.
Jadi, rahmat adalah tujuan semua dakwah Ilahi ini. Bahkan diutusnya para nabi itu sendiri
mengandung rahmat Allah SWT terhadap kaum mereka.
Isa terus berdoa kepada Allah SWT agar merahmati kaumnya. Beliau menyuruh kaumnya
agar menyayangi diri mereka sendiri dan beriman kepada Allah SWT. Kehidupan Nabi
Isa menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam ibadah. Mu'tamar bin Sulaiman
berkata, sebagaimana diri wayatkan Ibnu 'Asakir: "Nabi Isa menemui kaumnya dengan
memakai pakian dari wol. Beliau keluar dalam keadaan tidak beralas kaki sambil
menangis serta wajahnya tampak pucat karena kelaparan dan bibimya tampak kering
karena kehausan. Nabi Isa berkata, "salam kepada kalian wahai Bani Israil. Aku adalah
seseorang yang meletakkan dunia di tempatnya sesuai dengan izin Allah SWT, tanpa
bermaksud membanggakan diri. Apakah kalian mengetahui di mana rumahku?" Mereka
menjawab: "Di mana rumahmu wahai Ruhullah?"
Nabi Isa menjawab: "Rumahku adalah mesjid, wewangianku adalah air makananku
adalah rasa lapar, pelitaku adalah bulan di waktu malam dan salatku di waktu musim
dingin di saat matahari terletak di timur, bungaku adalah tanaman-tanaman bumi,
pakaianku terbuat dari wol, syiarku adalah takut kepada Tuhan Yang Maha Mulia, temantemanku
adalah orang-orang yang fakir, orang-orang yang sakit, dan orang-orang yang
miskin. Aku memasuki waktu pagi dan aku tidak mendapati sesuatu pun di rumahku
begitu juga aku memasuki waktu sore dan aku tidak menemukan sesuatu pun di rumahku.
Aku adalah seseorang yang jiwanya bersih dan tidak tercemar. Maka siapakah yang lebih
kaya daripada aku?"
Isa terus melakukan dakwahnya. Ia didukung oleh mukjizat dari Allah SWT. Nabi Isa
mampu membuat bentuk burung dari tanah kemudian ia meniupnya, maka tanah itu
menjadi burung dengan izin Allah SWT. Selain itu, ujung bajunya yang sederhana jika
tersentuh orang yang sakit, maka orang itu akan sembuh. Bahkan jika Isa meletakkan
tangannya di atas mata orang yang buta atau orang yang terkena sakit belang niscaya ia
akan sembuh. Jadi, Nabi Isa didukung oleh mukjizat yang luar biasa. Bahkan beliau
mampu menghidupkan orang-orang yang mati dari kuburan mereka sehingga mereka
keluar dalam keadaan hidup dengan izin Allah SWT.
Para ahli tafsir mengatakan bahwa Nabi Isa menghidupkan empat orang. Pertama, al-Azir
yaitu temannya. Kemudian dua orang anak laki-laki dari seorang tua, dan seorang anak
perempuan satu-satunya dari seorang ibu. Mereka adalah tiga orang yang mati di zaman
Nabi Isa. Ketika orang-orang Yahudi melihat hal tersebut, mereka berkata: "Engkau
menghidupkan orang-orang yang mati dan kematian mereka tidak lama .Barangkali
mereka tidak mati tapi mereka sekadar mengalami keadaan tidak sadarkan diri atau mati
suri. Lalu mereka meminta kepada Nabi Isa untuk membangkitkan Sam bin Nuh dari
kematiannya.
Para ahli tafsir mengatakan bahwa Nabi Isa bertanya kepada mereka, "Di manakah kaum
kuburan Sam bin Nuh?" Mereka keluar bersama Isa sehingga mereka mencapai kuburan.
Lalu Nabi Isa berdoa kepada Allah SWT agar menghidupkan orang yang mati di situ.
Sam bin Nuh keluar dari kuburannya, dan rambut dikepala-nya tampak beruban. Isa
berkata kepadanya: "Bagaimana rambut di kepalamu bisa beruban, sementara di
zamanmu kau tidai. ada uban," Sam berkata: "Ya Ruhullah, aku mendengar engkau
berdoa untukku lalu aku mendengar suara yang mengatakan, aku akan mengabulkan
wahai Ruhullah. Aku mengira bahwa kiamat telah tiba. Karena takutnya kepada hal itu
sehingga rambut di kepalaku beruban."
Apa pun yang dikatakan berkaitan dengan cerita itu yang menyebutkan tentang
bagaimana Nabi Isa menghidupkan orang-orang yang mati, namun kita tidak mengetahui
konteks Al-Qu'ran serta perincian-perincian yang menjelaskan hal tersebut. Allah SWT
hanya menyebutkan bahwa Isa menghidupkan orang-orang yang mati dengan izin-Nya.
Kita percaya bahwa Nabi Isa mampu menghidupkan mereka tetapi kita tidak mengetahui
apakah mereka mati kembali setelah dihidupkan atau mereka sempat menjalani
kehidupan selama beberapa saat. Nabi Isa terus berjalan di jalan Allah SWT. Beliau
membuat bagi mereka apa yang disebut dengan hukum ruh. Beliau menaiki gunung dan
para sahabat-sahabatnya berdiri di sekitarnya. Nabi Isa melihat orang-orang yang
beriman kepadanya yang terdiri dari orang-orang yang fakir, orang-orang yang
menderita, dan orang- orang yang sedih. Jumlah mereka sedikit sebagaimana lazimnya
jumlah para pengikut nabi.
Gunung diliputi dengan awan tipis dan turunlah hujan gerimis. Isa mulai berbicara:
"Sungguh beruntung bagi orang-orang miskin karena mereka memiliki kerajaan langit.
Beruntunglah orang-orang yang sedih karena mereka akan menjadi orang-orang yang
mulia. Beruntunglah yang diserahi amanat karena mereka akan mewarisi bumi.
Beruntunglah orang-orang yang lapar dan haus karena mereka akan dikenyangkan.
Beruntunglah orang-orang yang menyayangi karena mereka akan disayangi.
Beruntunglah orang-orang yang bersih hatinya karena mereka akan melihat Allah SWT.
Beruntunglah orang-orang yang tertindas demi mempertahankan kebenaran karena
mereka akan mendapatkan kerajaan langit. Kalian adalah garam bumi jika garam telah
rusak, maka siapa gerangan yang dapat mengembalikannya menjadi garam kembali."
Renungkanlah kedalaman ungkapan dari Nabi Isa, "kalian adalah garam bumi."
Garam adalah sesuatu yang memberikan rasa yang khusus dan tanpa garam makanan
akan menjadi hambar. Yakni, tanpa orang-orang mukmin, maka cita rasa kehidupan
terasa tidak bermakna; tanpa kehadiran orang-orang Muslim dan perbuatan mereka yang
ikhlas terhadap Allah SWT akan tampak kehidupan sangat berat dan tidak berarti. Di
samping itu, kehadiran manusia sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi pun sia-sia,
dan keagungan manusia sebagai hamba Allah SWT pun tidak bermakna, dan pada
gilirannya kehidupan akan dipenuhi dengan kejahatan dan keburukan.
Allah SWT teiah mewahyukan kepada "garam bumi" agar mereka beriman kepada Nabi
Isa. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa yang setia:
'Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah
beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 111)
Al-Hawariyin mengakui kebenaran ajaran Nabi Isa dan mereka menyatakan keislaman
kepadanya, sebagaimana ratu Saba' mengakui kebenaran ajaran Nabi Sulaiman dan
menyatakan keislaman padanya, dan sebagaimana semua para nabi menyatakan
keislaman. Hakikat ajaran para nabi terbatas kepada pernyataan keislaman dan semua
nabi menyeru kepada jalan tauhid dan jalan Islam. Islam dalam pandangan kami memiliki
makna yang lebih dalam daripada tauhid. Pengakuan seseorang terhadap Allah SWT dan
keimanan akan keesaan-Nya dalam menciptakan makhluk tidak mencegah orang itu
untuk berbuat dosa, sedangkan keislaman atau penyerahan hati dan anggota badan serta
pemikiran kepada Allah SWT merupakan suatu tingkatan sedikit lebih tinggi. Ini adalah
tingkat kepatuhan orang-orang yang patuh dan puncak ketauhidan orang-orang yang
bertauhid. Itu adalah keserasian antara tindakan dengan pikiran, yaitu usaha manusia
untuk menghindari kesalahan dan memurnikan amal hanya untuk Allah SWT. Al-Qur'an
al-Karim memberitahu kita bahwa Allah SWT menyampaikan wahyu kepada al-
Hawariyin agar mereka beriman kepadanya dan kepada Rasul-Nya Isa.
Marilah kita renungkanlah sejenak tentang wahyu Allah SWT terhadap Hawariyin. Kita
mengetahui bahwa Allah SWT mewahyukan kepada manusia dan kepada makhlukmakhluk
lainnya. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada lebah..." (QS. an-Nahl: 68)
Yang dimaksud dengan wahyu di sini adalah memberikan ilham kepada makhluk agar
mereka menuju ke jalan fitrahnya yang telah Allah SWT gariskan di atasnya sehingga
mereka mencapai jalan kesempurnaan. Tidakkah Anda ingat tentang jawaban Nabi Musa
terhadap pertanyaan Fira'un:
"Fir'aun berkata: 'Siapakah Tuhan kamu berdua wahai Musa. " (QS. Thaha: 49)
"Musa berkata: 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap
sesuatu bentuk kejadiannya kemudian memberinsa petunjuk. " (QS. Thaha: 50)
Makna di sana dan di sini sama. Makna yang sama tersebut diterapkan kepada kaum
Hawariyin di mana wahyu Allah SWT terhadap mereka berupa pemberian ilham kepada
mereka demi kebaikan mereka dan kebahagiaan mereka, dan wahyu ini tidak
bertentangan dengan ikhtiar mereka dan usaha mereka serta keinginan mereka, bahkan
tidak bertentangan dengan kebebasan mereka. Allah SWT telah melihat hati mereka yang
dipenuhi dengan kebaikan. Dia melihat mereka sebagai garam bumi, maka Allah SWT
mewahyukan kepada mereka agar beriman kepadanya dan rasul-Nya sehingga mereka
pun beriman dan mereka pun bersaksi bahwa mereka orang-orang yang berserah diri atau
Muslim.
Tampaknya kaum Hawariyin menyembunyikan keimanan mereka sehingga Isa
merasakan kekufuran kaumnya semakin menjadi-jadi lalu Isa memanggil mereka:
"Siapakah di antara kalian yang menolong aku menuju jalan Allah SWT?" Allah SWT
berfirman:
"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkatalah dia:
'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan (agama) Allah?'
Para Hawariyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: 'Kamilah penolong-penolong
(agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan sahsikanlah bahwa sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang menyerahkan diri. Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada
apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami
ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi.'" (QS. Ali 'Imran: 52-53)
Nas Al-Quran menunjukkan bahwa Nabi Isa mengajak mereka untuk mengikuti Islam
sehingga mereka pun berserah diri; nas Al-Quran menegaskan bahwa Nabi Isa
menyampaikan kabar gembira dengan kedatangan seorang rasul yang datang setelahnya
yang bernama Ahmad. Dikatakan dalam Al-Qur'an:
"Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: 'Hai Bani Israil, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat
dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang
sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).' Maka tatkala rasul itu datang kepada
mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'Ini adalah sihir yang
nyata.'" (QS. Shaff: 6)
Kita tidak mengetahui secara pasti kapan Nabi Isa menyampaikan kabar berita tentang
kedatangan seorang rasul ini yang datang setelah masanya, yaitu Ahmad saw. Apakah
kabar berita itu beliau sampaikan dipermulaan pengutusannya kepada manusia, atau
apakah beliau menyampaikan kabar itu pada akhir masa dakwahnya dan sebelum beliau
diangkat ke langit? Tetapi melihat konteks Al-Qur'an tampaknya kabar berita tersebut itu
disampaikan di permulaan dakwahnya, sebagaimana firman-Nya: "Maka tatkala rasul itu
datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'lni
adalah sihir yang nyata.'"
Kata ganti (dhamir) dalam ayat tersebut kembali kepada Nabi Isa. Ayat tersebut
menunjukkan bahwa Nabi Isa menyampaikan kabar gembira dengan datangnya
Muhammad atau Ahmad ketika Allah SWT mengutus kepada kaumnya. Kemudian
terjadilah di hadapan Nabi Isa berbagai macam mukjizat yang luar biasa seperti
penghidupan orang yang mati, peniupan tanah, dan sebagainya. Ketika Nabi Isa datang
membawa bukti-bukti yang jelas ini, maka mereka menuduhnya bahwa ia membawa
sihir. Nabi Isa mengetahui bahwa tuduhan semacam ini telah dialamatkan kepada
sebagian besar para nabi sebelumnya. Beliau juga mengetahui bahwa nabi yang terakhir
pun akan mendapatkan tuduhan yang sama. Oleh karena itu, nabi yang mulia itu tetap
berdakwah di jalan Allah SWT dan tidak peduli dengan tuduhan kaumnya yang
mengatakan bahwa beliau membawa sihir.
Kemudian pertentangan antara Nabi Isa dan Bani Israil semakin meningkat. Mereka
adalah orang-orang yang hatinya keras, yang membeku di hadapan kebenaran. Isa datang
kepada mereka dan menghancurkan segala pemikiran mereka dan kehidupan mereka
serta sistem mereka. Sesungguhnya dakwah Nabi Isa terfokus kepada kebenaran,
kedamaian dan keadilan dan pada saat yang sama mengumumkan peperangan terhadap
kehidupan orang-orang yang lalim yang telah menjauhi kebenaran. keadilan, dan
kedamaian. Injil Mata menyebutkan melalui lisan Isa: "Jangalah kalian mengira bahwa
aku membawa kedamaian ke muka bumi. Aku tidak datang hanya membawa kedamaian
tetapi aku datang membawa pedang."
Kalimat tersebut menyiratkan hakikat yang penting dari hakikat dakwah para nabi. Para
nabi adalah pejuang sejati di mana senjata yang mereka gunakan di medan peperangan
beraneka ragam. tetapi mereka pada hakikatnya adalah pejuang. Mereka memulai
peperangan mereka dengan satu pemikiran yaitu suatu tekad mengatakan bahwa tiada
Tuhan selain Allah SWT. Pemikiran itu tentu berbenturan dengan kepercayaan akan
tuhan-tuhan yang diyakini oleh manusia, baik tuhan-tuhan yang terbuat dari emas atau
batu. Pemikiran itu sangat mengganggu ketenangan orang-orang yang lalim atau
penguasa yang bengis serta sangat melawan kepentingan mereka, sehingga para raja dan
para penguasa seperti biasanya bergerak menentang nabi kecuali orang yang
mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Para pembesar dari kalangan kaum nabi
menentang nabi. Al-Mala' adalah para pembesar sebagaimana telah kami jelaskan dalam
kisah Nabi Nuh dan sesudahnya. Kemudian Nabi terus melangsungkan peperangan
mewujudkan tekadnya: Nabi meletakkan dasar peperangannya dengan menyampaikan
ketuhanan Allah SWT.
Setelah meneguhkan dasar yang kuat ini, Nabi menetapkan keadilan. Tak seorang pun
berhak untuk menghinakan seseorang atau menjadikannya sebagai budak karena
penghambaan hanya pantas ditujukan kepada Allah SWT. Manusia adalah sama di antara
mereka sehingga tidak berhak seseorang untuk memanfaatkan kekuatan manusia untuk
membangun kejayaan pribadinya atau unruk memperkaya dirinya dengan merugikan
orang lain, atau menghancurkan hak-hak mereka atau berbuat buruk terhadap mereka
dalam berbagai bentuknya. Jadi, inti dakwah para nabi berarti mengganti dan mengubah
sistem yang rusak yang didirikan oleh para pembesar kaumnya. Kalau begitu, ia adalah
dakwah yang menyatakan peperangan dan karena itu seseorang nabi harus membava
senjata. Setelah meneguhkan pemikiran tersebut, dimulailah peperangan. Seorang nabi
menggunakan pedang. Ia berlindung di balik senjata dan senjata yang dimiliki oleh setiap
nabi berbeda-beda.
Mula-mula seorang nabi tidak menggunakan senjata apa pun dalam peperangannya selain
berusaha untuk membangkitkan akal. Lalu peperangan semakin meningkat sehingga nabi
terpaksa untuk menggunakan senjata. Para musuh memaksanya untuk menggunakan
senjata sehingga para nabi pun menggunakan senjata. Di sini setiap nabi mempunyai
senjata yang berbeda-beda. Terkadang senjata seorang nabi berupa mukjizat yang dapat
menghentikan langkah dan menghancurkan mereka seperti taufan (kisah Nabi Nuh) atau
angin (kisah Nabi Hud), dan terkadang senjata para nabi adalah mukjizat yang
membantunya untuk mengalahkan musuh-musuhnya secara pasti seperti ditundukkannya
jin dan burung baginya (kisah Nabi Sulaiman) dan senjata nabi berupa mukjizat yang
menyelamatkannya dari tipu daya musuh seperti berubahnya api menjadi sesuatu yang
dingin dan membawa keselamatan (kisah Nabi Ibrahim) dan terkadang senjata nabi yang
luar biasa yang memperkuat dakwahnya seperti menghidupkan orang-orang yang mati
(kisah Nabi Isa) dan terkadang senjata nabi berupa pedang yang dipegang di tangannya
saat ia melangsungkan peperangan dan mempertahankan dakwahnya (kisah Nabi
Muhammad saw).
Jadi, senjata para nabi berbeda-beda, baik dalam bentuk kualitas maupun kapasitasnya.
Allah SWT mengetahui kondisi mereka lebih dari apa yang kita ketahui sehingga Allah
SWT sangat tepat ketika memilihkan senjata untuk setiap nabi. Dan tak seorang nabi pun
yang tinggal di suatu tempat sementara ia tidak berjuang dan tidak bergerak dan tidak
mengalami penderitaan dari kaumnya. Oleh karena itu, sesuai dengan kadar kesabaran
para nabi dan perjuangan mereka dalam menyampaikan dakwah di jalan Allah SWT,
mereka layak untuk mendapatkan tempat yang istimewa di sisi Allah SWT.
Isa bin Maryam telah menyampaikan bahwa beliau adalah seorang pejuang yang
membawa senjata. Kata-katanya sendiri berusaha menghancurkan masyarakat yang keras,
masyarakat yang bodoh. Masyarakat di zaman Nabi Isa berdiri di atas kesalahan,
kesyirikan, kebohongan, kemunafikan, meterialisme, pamrih, kelaliman dan tidak ada
kebebasan. Maka melalui kalimat-kalimatnya, Nabi Isa menghancurkan semua ini. Nabi
Isa memberitahu kaumnya bahwa dakwahnya di jalan Allah SWT bukan terfokus pada
dakwah kedamaian tetapi dalam hal-hal tertentu dakwahnya pun berisi pernyataan
perang. Sesuatu menjadi tidak bernilai ketika tidak berusaha dipertahankan oleh yang
bersangkutan sampai tetes darah penghabisan. Timbulnya pemikiran-pemikiran, nilainilai
dan prinsip-prinsip tidak hanya bersandar kepada idealismenya tetapi nilainya justru
bersandar kepada usaha keras yang dikerahkan oleh para pembawanya dalam rangka
mempertahankannya. Tanpa peperangan dan mengangkat senjata dakwah para nabi akan
menjadi pemikiran-pemikiran yang sekadar idealisme yang tidak akan menghentikan
seseorang pun dan tidak akan membangkitkan seseorang pun.
Kita mengetahui bahwa sebagian besar nabi berhadapan dengan kelompok besar dari
masyarakat yang menentangnya dan berusaha memeranginya. Mula-mula mereka
mengejeknya dan pada akhirnya mereka berusaha untuk membunuhnya. Kita mengetahui
bahwa para nabi berusaha mati-matian untuk memperjuangkan kebenaran yang
dibawanya. Melalui kisah para nabi, kita mengetahui bahwa bagaimana serangan
masyarakat, para pembesar, dan para penguasa terhadap para nabi tetapi pada saat yang
sama kita seakan-akan tidak melihat bagaimana serangan para nabi terhadap mereka.
Penjelasan dari hal itu sangat mudah. Peperangan yang dibangkitkan oleh kebatilan atas
para nabi didukung oleh alat-alat yang canggih dan sangat kuat di mana mereka memiliki
berbagai macam sarana untuk menjatuhkan para nabi, sedangkan para nabi hanya
menyandarkan kekuatan dari yang Maha Benar, yaitu Allah SWT; kekuatan yang tidak
berdasarkan pada sebab-sebab tertentu atau tidak peduli dengan tuduhan-tuduhan atau
kegaduhan.
Para nabi hanya terus melangsungkan dakwahnya yang berdasarkan kepada usaha
membangkitkan akal dan hati serta menvucikan ruh. Keteguhan sikap para nabi ini bagi
musuh-musuh mereka merupakan problem yang besar. Dakwah nabi juga menjamah
suatu keluarga di mana seorang ayah dapat beriman sementara seorang anak dapat
menentang atau seorang anak dapat beriman sementara si ayah dapat menentang atau
seorang istri beriman atau seorang suami kafir atau seorang suami beriman sementara si
istri kafir. Perbedaan anak laki-laki dengan ayahnya dan seorang istri dengan suaminya
menimbulkan permusuhan di dalam rumah-rumah. Dengan terjadinya hal ini, masyarakat
bergerak untuk menentang nabi dan semakin meningkatkan tekanan-tekanan mereka
kepadanya sehingga permusuhan dan kebencian mereka kepada nabi semakin meruncing.
Mereka pun berusaha untuk melawan nabi itu yang bagi mereka telah memisahkan antara
ayah dan anaknya atau ia datang untuk memisahkan seorang anak perempuan dari
ibunya.
Kemudian seorang nabi meletakkan suatu undang-undang bagi orang yang mengikutinya,
yaitu undang-undang pokok yang membatalkan undang-undang yang tidak sesuai
dengannya. Undang-undang ini tampak dalam kalimat nabi: "pertama-tama cinta kepada
Allah dan kemudian cinta kepada nabi dan setelah itu cinta kepada sesama manusia."
Makna-makna yang demikian ini tercermin secara jelas dari kalimat-kalimat Isa yang
disampaikan oleh Injil Mata pada pasal ke-10.
Al-Masih berkata: "Janganlah engkau mengira bahwa aku datang membawa kedamaian
di bumi, aku datang bukan hanya membawa kedamaian tetapi pedang. Aku datang untuk
menjadikan seorang anak berbeda dengan ayahnya dan seorang anak perempuan berbeda
dengan ibunya sehingga musuh seseorang justru terdapat pada keluarganya. Maka
barangsiapa yang mencintai ibunya dan ayahnya lebih dari kecintaannya kepadaku, maka
ia tidak berhak mencintaiku, dan barangsiapa yang mencintai anak laki-lakinya dan
perempuannya lebih dariku, maka ia tidak berhak mengikutiku. Meskipun kehidupannya
tampak beruntung sebenarnya ia telah rugi, dan barangsiapa yang kehidupannya merugi
karena aku, maka sebenarnya ia telah beruntung."
Penjelas Injil mengatakan: "Pemikiran orang-orang Yahudi tentang al-Masih adalah,
ketika al-Masih datang, maka semua pengikutnya akan merampas kekayaan dan kejayaan
di dunia ini lalu ia hanya memberi mereka ketenangan dan kedamaian. Ketika al-Masih
datang, ia menjelaskan kepada para muridnya bahwa hal tersebut tidak benar, karena jika
ia datang untuk memberikan kedamaian kepada para pengikutnya, maka mereka akan
terancam kelaliman dan mereka akan mati karena tajamnya pedang. Maka hendaklah
mereka tidak mengharapkan kedamaian tetapi peperangan; hendaklah mereka tidak
mengharapkan keserasian tetapi perpecahan." Demikianlah masyarakat Yahudi terbagi
menjadi dua kelompok: kelompok orang-orang yang fakir, orang-orang yang lemah dan
orang-orang yang bersih hatinya bersama Isa, sedangkan kelompok mayoritas menentang
Isa. Bahkan kelompok mayoritas kafir itu sering menyakiti Isa.
Injil Mata menceritakan penderitaan al-Masih pada pasal ke-11. Ia menceritakan
bagaimana kemarahan al-Masih terhadap orang-orang yang tidak mengabdi kepada
Yuhana (Yahya) dengan baik atau mengabdi kepadanya secara pribadi dengan baik. Injil
Mata menguntip pernyataan Isa sebagai berikut: "Dengan apa aku menyerupakan
generasi ini, Sesungguhnya mereka menyerupai anak-anak kecil yang duduk di pasar
yang berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil berkata: "Kami telah
meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami mengasihi kalian tetapi kalian tidak
menangis." Yuhana telah datang dan tidak makan dan minum tetapi mereka mengatakan,
sesungguhnya ia terkena setan. lalu datanglah seorang anak manusia yang makan dan
minurn lalu mereka mengatakan, ia adalah seorang yang ahli makan dan ahli minum
khamer."
Dokumen itu menunjukkan penderitaan al-Masih dan menyingkap peperangan yang akan
dihadapinya. Penderitaan yang dialami oleh hati suci al-Masih adalah sebagai tindakan
generasi tersebut di mana beliau diutus di dalamnya sebagai orang yang memberi
petunjuk dan menyampaikan berita gembira tentang kerajaan langit. Beliau
menyerupakan generasi Yahudi itu dengan anak-anak kecil yang duduk-duduk di pasar
sambil berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil berkata: "kami telah
meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami berbelas kasih kepada kalian tetapi
kalian tidak menangis." Al-Masih mengisyaratkan dengan pernyataan itu tentang apa
yang diperbuat anak-anak kecil saat mereka bermain-main, di mana biasanya mereka
meniru orang-orang yang besar saat mereka bergembira dengan menari-nari dan saat
mereka sedih mereka menangis. Demikianlah mereka sangat cepat berubah antara
bergembira dan sedih tanpa melalui pertimbangan dan kesadaran. Demikianlah keadaaan
orang-orang Yahudi saat mereka mengabdi kepada Yahya, kemudian saat mereka
mengabdi kepada al-Masih. Yahya telah datang kepada mereka dalam keadaan menangis,
tidak makan dan tidak minum dari apa yang mereka makan dan yang mereka minum. Ia
tidak bergaul dengan sembarangan manusia. Telah datang kepada mereka seorang nabi
yang ahli ibadah tetapi kebanyakan mereka menolaknya dan mereka mengatakan bahwa
ia terkena setan. Kemudian datang kepada mereka al-Masih di mana ia makan dan minum
bersama pada acara walimah dan hari raya lalu mereka pun menolaknya dan mengatakan
bahwa ia suka makan dan minum khamer padahal beliau adalah cermin terbesar dalam
menghilangkan syahwat dan kesucian yang sempurna.
Alhasil, generasi itu adalah generasi yang main-main Iayaknya anak kecil. Tidak ada
sesuatu pun yang dapat mempengaruhi mereka dan mereka tidak mau bertaubat.
Meskipun demikian, di sana terdapat kelompok kecil dari manusia yang terpengaruh dan
bertaubat. Dokumen tersebut menunjukkan betapa beratnya penderitaan Isa di tengahtengah
generasi yang sezaman dengannya. Isa mengalami banyak penderitaan dalam
menyampaikan dakwahnya. Isa banyak menderita di tengah-tengah kaum yang pikiran
mereka belum matang. Mereka tak ubahnya seperti anak-anak kecil yang suka bermainmain.
Kaum yang tak tergugah oleh kalimat-kalimat yang baik dan mereka tidak bergerak
atau tersentuh ketika menyaksikan mukjizat-mukjizat yang luar biasa.
Allah SWT kembali memperkuat Isa dengan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan.
Mukjizat di sini adalah senjata yang diberikan Allah SWT kepada nabi-Nya agar nabi
tersebut menjadi tenteram dan agar menambah keyakinan orang-orang yang beriman
kepadanya, sedangkan bagi orang-orang kafir mukjizat tersebut justru menambah
kekufuran mereka sehingga Allah SWT memberikan pembalasan yang setimpal kepada
kedua kelompok tersebut. Mukjizat yang Allah SWT berikan kepada Isa bin Maryam
yang lain adalah, Allah SWT mengabulkan doa Hawariyin dengan menurunkan makanan
dari langit. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putra Maryam, bersediakah
Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah
kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin
memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa
kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan hidangan itu.' Isa putra Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah
kiranya kepada hami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari
raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah
kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah
Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan
menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun
hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak
pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah:
112-115)
Barangkali kita terheran-heran ketika memperhatikan perkataan Hawariyin, "wahai Isa
bin Maryam, apakah Tuhanmu mampu?" Mungkin pertama-tama yang terlintas dalam
pikiran kita berkenaan dalam ayat tersebut adalah, keraguan Hawariyin terhadap
kekuatan atau kekuasaan Allah SWT. Bagaimana hal itu mampu mereka laku-kan
sedangkan mereka adalah murid-murid Isa yang beriman dan berserah diri kepada Allah
SWT? Berkaitan dengan tafsir ayat tersebut, para ulama berbeda pendapat. Sebagian
ulama mengatakan, bahwa pertanyaan mereka 'apakah Tuhanmu mampu?' Yakni, berarti
apakah Tuhanmu bisa? Kemudian mereka mencarikan alasan yang membenarkan
perkataan Hawariyin itu dengan mengatakan bahwa pertanyaan itu dilontarkan saat
mereka baru saja mengikuti Isa, sebelum mereka banyak mengetahui Allah SWT. Oleh
karena itu, Isa berkata dalam jawabannya terhadap pertanyaan mereka, bertakwalah
kepada Allah SWT jika kamu benar-benar orang mukmin. Yakni, janganlah kalian
meragukan kekuasaan atau kekuatan Allah SWT.
Qurthubi menampik tafsir ini. Hawariyin adalah para penolong Allah SWT, sesuai
dengan nas Al-Qur'an dan tentu tidak boleh bagi penolong Allah SWT untuk tidak
mengetahui kekuatan-Nya, apalagi meragukan kekuasaan-Nya. Sebagian ulama
mengatakan bahwa perkataan tersebut dikeluarkan orang-orang yang bersama Hawariyin
yang berasal dari Bani Israil dan tidak seorang pun dari Hawariyin yang mengatakan
demikian kecuali mereka hanya sekedar menukil perkataan tersebut. Ada pendapat lain
lagi yang mengatakan bahwa ayat tersebut tidak dibaca 'hal yastathi' rabbuka' tetapi
dibaca 'hal tastathi' rabbaka' sebagaimana bacaan Aisyah dan sebagaimana dibaca oleh
Nabi. Maknanya, "apakah engkau mampu menghadirkan kekuatan Tuhanmu terhadap
apa yang engkau minta." Ada pendapat yang lain mengatakan ia dibaca 'hal tastathi'
rabbaka', yakni "apakah engkau mampu untuk berdoa kepada Tuhanmu atau meminta-
Nya."
Sebagian kaum sufi berpendapat bahwa kaum Hawariyin bukan tidak mengetahui
kekuasaan Allah SWT tetapi pertanyaan itu justru bersumber dari cinta kepada Allah
SWT dan keinginan menyaksikan kekuasaan Allah SWT. Sikap mereka ini menyerupai
dengan perbedaan tingkatan sikap Nabi Ibrahim as ketika beliau mengatakan:
"Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang
mati?' Allah berfirman: 'Apakah kamu belum percaya?' Ibrahim menjawab: 'Saya telah
percaya, tetapi agar bertambah mantap hatiku.'" (QS. al-Baqarah: 260)
Oleh karena itu, kaum Hawariyin berkata: "Dan hati kami menjadi mantap," sebagaimana
Nabi Ibrahim berkata: "Agar bertambah mantap hatiku." Inilah tafsir yang membuat kita
puas dan membuat hati kita tenang. Nabi Isa menjawab pertanyaan mereka: 'Bertakwalah
kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman.' Yakni, hati-hatilah kalian
dengan banyak bertanya dan menguji Allah SWT karena kalian tidak mengetahui apa
yang boleh kalian minta untuk didatangkan bukti-bukti kekuasaan Allah SWT. Perkataan
Nabi Isa, jika kalian benar-benar beriman terfokus kepada apa yang dibawanya yang
berupa mukjizat-mukjizat atau tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Nabi Isa bermaksud
untuk mengatakan, sesungguhnya apa yang telah aku bawa dari mukjizat-mukjizat bagi
kalian seharusnya sudah cukup membuat hati kalian mantap. "Mereka berkata: 'Kami
ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin
bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan hidangan itu.'"
Kaum Hawariyin menjelaskan kepada Isa sebab pertanyaan mereka ketika beliau
melarangnya. Jika Nabi Isa keluar, maka beliau diikuti lima ribu orang atau lebih.
Sebagian mereka dari kalangan Hawariyin dan sebagian yang lain campuran di antara
pengikutnya dan musuhnya. Dikatakan bahwa mereka berpuasa dan mereka tidak
mempunyai makanan, lalu para pengikut berkata kepada kaum Hawariyin, "Tanyalah
kepada Isa apakah ia mampu berdoa kepada Tuhannya sehingga diturunkan kepada kita
makanan dari langit." Kemudian kaum Hawariyin pergi dengan membawa surat kaum itu
kepada Isa. Ketika Isa meminta mereka untuk merasa cukup dengan mukjizat-mukjizat
sebelumnya, mereka kembali melontarkan kebenaran permintaan mereka: 'Kami ingin
memakan hidangan itu. Mereka adalah orang-orang yang lapar sementara mereka tidak
mempunyai makanan. Dan supaya tenteram hati kami.
Hati kaum Hawariyin menjadi tenang seperti tenangnya hati Ibrahim. Dan para pengikut
pun merasa hatinya tenang dan mengakui bahwa Isa adalah Nabi yang diutus untuk
mereka. Dan hati musuh juga menjadi tenang karena mereka menyaksikan kebatilan
mereka sehingga pilihan mereka untuk tidak mengikuti Isa berakibat pada suatu saat
mereka akan dimintai pertanggung jawaban.
"Dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami. Yakni kami
mengetahui bahwa engkau utusan Allah. Dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan hidangan itu. Yakni, kami menyaksikan keesaan Allah dan risalah dan
kenabianmu. Dan bagi orang lain yang tidak menyahsikannya, maka kami akan
menceritakan kepada mereka peristiwa yang terjadi."
Isa putra Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu
hidangan dari langit (yang hari turimnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi
orang-orang yang bersama kavii dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi
kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pembeti rezeki Yang Paling Utama.'
Ketika kaum Hawariyin bertanya kepada Isa bin Maram agar diturunkan makanan dari
langit, maka Nabi Isa berdiri dan meletakkan pakaian dari kulit wol kemudian beliau
melangkahkan kakinya dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya, lalu
beliau menundukkan kepalanya dalam keadaan khusuk dan tunduk kepada Allab SWT.
Kemudian beliau membuka matanya dan menangis sehingga air matanya membasahi
jenggotnya bahkan mencapai dadanya dan berkata: 'Ya Tuhan kami, turunhanlah kiranya
kepada kami suatu hidangan dari langit... Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan
menurunkan hidangan itu kepadamu.
Lalu turunlah makanan besar dari celah dua awan: satu awan di atasnya satu awan di
bawahnya. Saat itu manusia melihatnya. Nabi Isa berkata, "Ya Allah jadikanlah makanan
ini sebagai rahmat dan jangan menjadi fitnah." Lalu turunlah di depan Nabi Isa sapu
tangan yang menutupinya kemudian Nabi Isa tersungkur dalam keadaan sujud yang
diikuti oleh kaum Hawariyin. Mereka mendapati suatu bau yang harum yang belum
pernah mereka temukan sebelumnya.
Nabi Isa berkata, "Siapakah di antara kalian yang paling ikhlas dan paling percaya
kepada Allah SWT agar ia membuka makanan itu sehingga kita bisa makan darinya serta
berzikir kepada Allah SWT atasnya serta bersyukur kepadanya." Kaum Hawariyin
berkata: "Wahai Ruhullah sesungguhnya engkau lebih berhak daripada kami dalam hal
itu.", maka Nabi Isa berdiri lalu beliau mengambil wudhu dan salat. Kemudian beliau
banyak berdoa sambil duduk di sisi makanan itu dan membukanya. Tiba-tiba di atas
makanan itu terdapat ikan yang lezat yang tidak ada durinya. Nabi Isa ditanya: "Wahai
Ruhullah, apakah ini makanan dari dunia atau dari surga?" Nabi Isa menjawab:
"Bukankah Tuhan kalian melarang kalian untuk bertanya pertanyaan semacam ini. Ia
turun dari langit dan tidak ada makanan sepertinya di dunia dan ia bukan berasal dari
surga tetapi ia adalah sesuatu yang Allah SWT ciptakan dengan kekuasaan yang luar
biasa di mana Dia cukup mengatakan "jadilah, maka jadilah."
Para mufasir berbeda pendapat sekitar bentuk makanan yang diturunkan kepada Isa,
apakah itu ikan atau daging? Apakah roti atau buah-buahan? Kami memandang bahwa
pembahasan-pembahasan ini kurang penting. Sesuatu yang paling penting yang perlu kita
perhatikan adalah apa yang dikatakan oleh Nabi Isa, Sesungguhnya ia diciptakan oleh
Allah SWT dengan kekuasaan yang mengagumkan di mana Dia cukup mengatakan
"Jadilah, maka jadilah ia."
Inilah hakikat makanan tersebut. Ia merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yaitu
suatu tanda yang Allah SWT mengancam bagi siapa yang menentangnya Dia akan
menyiksanya dengan azab yang belum pernah diterima oleh seseorang pun di dunia. Para
ulama berbeda pendapat apakah makanan tersebut memang diturunkan atau tidak, tetapi
menurut pendapat mayoritas dan ini yang benar makanan tersebut memang diturunkan,
sesuai dengan firman Allah SWT: "Aku akan menurunkan hidangan itu bagimu. "
Dikatakan bahwa ribuan pengikut Nabi Isa memakannya dan makanan tersebut tidak
habis. Setiap orang yang buta ia sembuh dari butanya dan setiap orang yang belang ia
sembuh dari belangnya akibat memakan hidangan itu. Alhasil, setelah menyantap
makananitu, orang yang sakit sembuh dari penyakitnya. Maka hari turunnya makan itu
dijadikan hari raya dari hari raya-hari raya kaum Hawariyin dan para pengikut Nabi Isa.
Kemudian berita dan peristiwa turunnya makanan itu mulai hilang dan mulai dilupakan
sehingga kita tidak menemukan beritanya hari ini di Injil-Injil yang mereka akui. Setelah
peristiwa makanan yang Allah SWT ceritakan dalam surah al-Maidah, Allah SWT
menunjukkan kepada kita sikap lain dari Nabi Isa bin Maryam. Allah SWT berkata
setelah menceritakan kepada kita tentang turunnya mukjizat makanan dari langit:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu
mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah!'
Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan
hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui
apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada rnereka kecuali apa yang Engkau tiepadaku
(mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi
saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau
wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha
Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya
mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.' Allah berfirman:
'lni adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.
Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di
dalamnya selama-selamanya; Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha
terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.' Kepunyaan Allah-lah kerajaan
langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. " (QS. al-Maidah: 116-120)
Dengan ayat-ayat tersebut, Al-Qur'an menutup surah al-Maidah. Demikianlah konteks
Al-Qur'an berpindah secara mengejutkan dari turannya makanan kepada sikap atau dialog
antara Allah SWT dan Isa bin Maryam pada hari kiamat. Allah SWT bertanya pada hari
kiamat: 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah
aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'
Para ahli ilmu sepakat bahwa pertanyaan tersebut bukan bersifat pertanyaan mumi
meskipun tampak dalam bentuk pertanyaan karena Allah SWT mengetahui apa yang
dikatakan oleh Isa. Tentu yang dimaksud dengan pertanyaan itu adalah sesuatu yang lain.
Ada yang mengatakan bahwa Allah SWT bermaksud memberitahu Isa bahwa kaumnya
telah mengubah ajarannya sepeninggalnya. Dan mereka telah mendapatkan fitnah. Ada
lagi yang mengatakan bahwa Allah SWT bermaksud dari pertanyaan itu untuk mencela
orang-orang yang mengubah akidah Nabi Isa setelah beliau tidak ada. Kami kira
pertanyaan tersebut memuat dua makna dan mencakup makna yang lain.
Allah SWT ingin menyingkap dan memberitahu manusia dalam Kitab-Nya yang terakhir
bahwa Nabi Isa terlepas dari berbagai macam tuduhan, dan apa saja yang dilakukan
kaumnya sepeninggalnya. Konteks AI-Qur'an menunjukkan tentang peristiwa gaib yang
belum terjadi meskipun akan terjadi pada hari kiamat. Oleh karena itu, Al-Qur'an
menyampaikannya dalam bentuk fi'il madhi (kata kerja bentuk lampau). Al-Qur'an
menyampaikan berita gaib ini kepada penduduk dunia agar mereka mengetahui hakikat
Isa bin Maryam.
Allah SWT bertanya kepadanya dan Isa bin Maryam menjawab. Sebagai nabi besar, Isa
tidak menjawab kecuali setelah ia mengatakan: 'Maha Suci Engkau ya Allah.' Sebelum
menjawab, Isa memulai dengan tasbih dan menyucikan Allah SWT. Nabi Isa
menampakkan kepatuhan dan ketundukan kepada kemuliaan Allah SWT dan rasa takut
terhadap azab-Nya. Qurthubi menyampaikan dalam tafsirnya:
"Ketika Allah SWT berkata kepada Isa, apakah engkau berkata kepada manusia
jadikanlah aku dan ibuku tuhan selain Allah, maka Isa tampak gemetar terhadap
perkataan itu sehingga ia mendengar rintihan dari tulang-tulangnya di dalam jasadnya
lalu ia berkata: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan
hakku (mengatakannya). Tidak mungkin aku memutuskan sesuatu yang tidak aku miliki,
yang diriku tidak dapat melakukannya. Aku hanya seorang hamba, bukan seorang yang
disembah: Jika aku pernah mengatakannya maha tentulah Enghau telah mengetahuinya.
Demikianlah Nabi Isa menyampaikan jawabannya kepada Allah SWT dan ia
mengembalikan sesuatu kepada Allah SWT. Dan Allah SWT Maha Mengetahui terhadap
apa yang dikatakannya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Yakni, Engkau mengetahui apa yang aku
sembunyikan sedangkan aku tidak mengetahui apa yang engkau sembunyikan. Engkau
mengetahui rahasiaku dan apa yang terlintas dalam hatiku dan aku tidak mengetahui apa
yang Engkau sembunyikan dari ilmu gaib-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui
perkara yang gaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap hal-hal yang gaib. Hanya Engkau
yang tahu terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah mereka setelah Engkau angkat aku
dari bumi: 'Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
kepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu.'
Demikianlah kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Isa bin Maryam. Dia hanya
mengajak manusia untuk hanya menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya:
Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka.
Sesungguhnya Engkau mengawasi mereka saat aku tinggal di tengah-tengah mereka dan
mengajak mereka ke jalan yang benar. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah
yang mengawasi mereka. Al-Wafat dalam Kitab Allah mempunyai tiga bentuk: Pertama,
wafat dalam pengertian kematian, sebagaimana firman Allah SWT:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya." (QS. az-Zumar: 42)
Yakni ketika tercabutnya ajal. Kedua, bahwa wafat adalah tidur, sebagaimana firman
Allah SWT:
"Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari. " (QS. al-An'am: 60)
Yakni yang menidurkan kalian. Ketiga, wafat berarti pengangkatan, sebagaimana firman
Allah SWT:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku yang menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan
mengangkat kamu kepada-Ku. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Demikianlah Isa terbebas dari apa yang mereka katakan dan apa yang mereka nisbatkan
kepadanya. Isa mengumumkan bahwa dakwahnya tidak lebih dari sekadar ajakan untuk
bertahuid dan tidak keluar dari kerangka Islam yang diakui oleh pengikutnya. Kemudian
Isa kembali menyampaikan pembicaraannya dan meminta belas kasihan kepada Allah
SWT: Jika Engkau rnenyiksa mereka, makasesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-
Mu. Tidak seorang pun dari makhluk yang mempunyai kekuasaan di atas-Mu dan tidak
ada Pencipta selain-Mu. Maha Suci Engkau dan tiada sekutu bagi-Mu dalam kerajaan dan
kekuasaan. Pada akhirnya, mereka adalah hamba-Mu dan seorang hamba tidak memiliki
apa-apa di hadapan tuannya kecuali kepatuhan: Dan jika Engkau mengampuni mereka,
maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'
Isa tidak mengatakan jika Engkau mengampuni mereka, maka Engkau Maha Pengampun
dan Maha Pengasih. Jadi, jawaban Isa terfokus pada penyerahan diri dan kepatuhan serta
tunduk kepada kemuliaan Allah SWT dan kebesaran-Nya. Para pengikut Nabi Isa adalah
hamba-hamba Allah SWT yang patuh. Jika Allah SWT berkehendak, maka Dia akan
menyiksa mereka sesuai dengan siksaan yang layak mereka terima, dan jika Dia
berkehendak, maka Dia akan mengampuni mereka karena Dia mengetahui karena mereka
memang layak untuk mendapatkan ampunan. Dengan penyerahan yang mutlak ini, Isa
menyampaikan jawaban atas pertanyaan Allah SWT dan beliau berlepas diri dari apa
yang dikatakan oleh kaumnya sepeninggalnya. Isa menyampaikanpada awal
pembicaraannyabahwa hanya Allah SWT yang patut disembah, dan pada akhir
pembicaraannya Isa menyampaikan penyerahan dirinya kepada Allah SWT. Allah
berfirman: 'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar
kebenaran mereka.
Allah SWT memuji ketulusan Isa, dan karena dialog tersebut terjadi pada hari kiamat,
Allah SWT berfirman: "Hari ini adalah hari kiamat di mana orang-orang yang benar akan
dapat mengambil manfaat dari kebenaran mereka di dunia. Kebenaran mereka di sana
akan mereka temukan balasannya yang berupa rahmat di sini. "Bagi mereka surga yang
di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-selamanya;
Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. "
Demikianlah balasan orang-orang yang benar, surga. Dan ada balasan yang lebih baik
dari surga, yaitu kepuasan (ridha) seorang hamba terhadap Allah SWT dan keridhaan
Allah SWT terhadap hamba. Pengertian kepuasaan seorang hamba adalah
kegembiraannya terhadap penyembahan kepada Allah SWT sedangkan pengertian
keridhaan Allah SWT terhadap hamba-Nya adalah rahmat yang diberikan-Nya kepada
mereka: Itulah keberuntungan yang paling besar.' Setelah itu Allah SWT,
memberitahukan hakikat Isa dan seluruh nabi-Nya: "Kepunyaan Allah-lah kerajaan
langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu." Allah SWT adalah Penguasa satu-satunya dan Dia Pencipta satu-satunya.
Selain-Nya adalah hamba.
Isa terus melangsungkan dakwahnya sehingga kejahatan dan keburukan mengetahui
bahwa singgasana mereka terancam hancur. Lalu pasukan keburukan bergerak untuk
menangkapnya. Orang-orang Yahudi menyakitinya dan menuduhnya dengan berbagai
macam tuduhan. Isa dikatakan sebagai penyihir dan sebagai orang yang mengubah syariat
dan mereka menisbatkan kekuatannya yang luar biasa kepada kekuatan setan. Ketika
mereka tidak lagi memiliki tipu daya yang dapat melumpuhkan Nabi Isa dan mereka
melihat orang-orang yang lemah dan orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya, maka
mereka mulai membikin suatu, makar. Mereka mempengaruhi orang-orang Romawi.
Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur karena menganggap bahwa
perselisihan-perselisihan antara orang-orang Yahudi adalah perselisihan yang terjadi
demi memperebutkan kepentingan sesama mereka. Lalu diadakanlah majelis Sanhadurim
(yaitu majelis undang-undang tertinggi dari kalangan Yahudi). Mereka berkumpul untuk
membuat persekongkolan demi menyingkirkan Isa. Persekongkolan itu mengambil
bentuk yang baru.
Ketika orang-orang Yahudi tidak mampu memerangi Nabi Isa, mereka berpikir untuk
membunuhnya. Mulailah para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah untuk membuat
suatu kesimpulan tentang cara yang mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang
tidak menirnbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat.
Ketika para kepala Yahudi bermusyarah, maka salah seorang dari murid al-Masih yang
dua belas pergi kepada mereka, yaitu Yahuda al-Iskhriyutha. Ia berkata kepada mereka,
"Apa yang kalian berikan jika aku berhasil menyerahkannya kepada kalian."
"Meja penghianatan telah digelar di antara mereka dan dimulailah perundingan. Orangorang
Yahudi berusaha mencari titik temu dan mereka sepakat untuk memberinya tiga
puluh lempeng dari perak. Ini adalah harga yang biasa mereka lakukan untuk membeli
seorang budak sesuai dengan syariat Yahudi." (penjelasan Injil Mata)
Selesailah konspirasi yang menetapkan untuk menangkap al-Masih dan kemudian
membunuhnya. Dikatakan bahwa kepala pendeta Yahudi merobek-robek bajunya secara
dramatis di suatu pertemuan agama dan ia berteriak, "sungguh Isa telah kafir." Pero
bekan baju dalam tradisi orang-orang Yahudi dilakukan ketika mereka mendengar atau
melihat sesuatu yang mengandung penghinaan terhadap Allah. Para pendeta Yahudi tidak
memiliki kekuasaan untuk menetapkan hukum bunuh pada saat itu. Semua itu dilakukan
oleh kekuasaan penguasa Romawai. Tetapi tampaknya mereka berhasil meyakinkan
kekuasaan Romawi bahwa Isa telah membuat rencana untuk melengserkan kekuasaan
Romawi atau mereka berhasil meyakinkan penguasa Romawi bahwa masalah yang
mereka hadapi murni berkaitan dengan tradisi mereka dan keyakinan mereka. Kemudian
mereka menyarankan agar penguasa tidak turut campur atas apa yang mereka tetapkan.
Demikianlah konspirasi itu telah ditetapkan dan telah diputuskan bahwa Isa harus
ditangkap dan kemudian disalib.
Empat Injil yang diakui oleh kalangan Masehi saat ini membicarakan tentang proses
pembunuhan Isa di mana beliau disalib kemudian beliau bangkit dari kematiannya dan
naik ke langit. Semua Injil ini sepakat tentang proses pengyaliban Isa dan kematiannya,
sebagaimana mereka sepakat tentang tabiat Isa yang mengandung ketuhanan yang
bercampur dengan tabiatnya sebagai manusia. Kami akan menyampaikan keyakinan
orang-orang Masehi berkaitan dengan Isa sebagaimana diyakini oleh mayoritas kaum
Nasrani saat ini, kemudian kami akan mengemukakan keyakinan Islam tentang Isa
sebagaimana diceritakan oleh Al-Qur'an al-Karim dan disampaikan oleh para ulama dan
disebutkan dalam hadis. Setelah itu, kita akan membicarakan hal-hal yang perlu
dibicarakan berkaitan hubungan antara kaum Muslim dan kaum Masehi serta kaitannya
dengan akidah mereka.
Injil Mata mengatakan, "Isa ditangkap dan majelis Sanhadirum memutuskan bahwa ia
harus dibunuh. Kemudian para anggota mejelis itu dari kepala-kepala para pendeta dan
para tokoh mereka menghinanya dan mengejeknya serta berbuat aniaya terhadapnya
bahkan mereka meludahi wajahnya dan menempelengnya. Sambil mengejek mereka
berkata, "beritahukanlah wahai al-Masih siapa yang memukulrnu." Setelah itu al-Masih
ditangkap dan ia ditetapkan untuk dibunuh.
Adalah sudah menjadi tradisi di kalangan orang-orang Romawi untuk mencambuk orang
yang ditetapkan untuk dibunuh sebelum pelaksaan hukum tersebut. Oleh karena itu, para
penguasa Romawi menetapkan agar al-Masih dicambuk terlebih dahulu. Sedangkan
syariat Musa menetapkan agar cambukan itu tidak melebihi empat puluh kali, namun
orang-orang Romawi tidak berhenti pada batasan ini bahkan mereka terus mencambuk
korban dengan cambukan yang kejam dan terus-menerus sehingga punggung yang
bersangkutan hampir saja patah dan napasnya nyaris tinggal sedikit. Setelah itu, mereka
mulai melaksanakan hukum bunuh kepadanya. Demikianlah yang dilakukan oleh tentara
terhadap penyelamat kita. (Injil Mata 26)
Selesailah proses pecambukan, lalu penguasa Romawi menyerahkan Isa kepada tentara
agar mereka menyalibnya. Kemudian para tentara membuat sesuatu hal yang bermaksud
untuk menghibur. Mereka mencabut pakaian Isa yang dilumuri dengan darah yang ada
luka di tubuhnya setelah proses pencabukan, lalu mereka memakaikan pakaian merah
dengan maksud untuk mengejeknya. Para raja biasanya memakai pakaian merah. Mereka
terus menghinanya. Mereka memakaikannya mahkota dari duri dan meletakkannya di
atas kepalanya. (Injil Mata 26)
Akhirnya, mereka sampai pada suatu tempat yang bernama Jaljatsah, yaitu suatu tempat
di luar pagar Ursyilim. Tradisi Yahudi menetapkan untuk memberi satu gelas khamer
yang bercampur dengan minyak wangi bagi orang yang ditetapkan untuk dihukum mati
sebelum pelaksanaan hukum. Ini dimaksudkan sebagai alat pembius untuk meringankan
penderitaannya. Tetapi para tentara menentang tradisi ini dan mereka memberi al-Masih
satu gelas dari cuka yang bercampur dengan sesuatu yang pahit." (Injil Mata 26)
Teks Injil mata mengatakan (cetakan tahun 1972) pada pasal kedua puluh tujuh:
"Sehingga mereka sampai ke suatu tempat yang bernama Jaljatsah lalu mereka
memberinya minuman keras yang bercampur dengan empedu agar ia meminumnya.
Ketika ia merasakannya, ia enggan untuk meminumnya. Kemudian mereka menyalibnya.
Kemudian mereka duduk di sana menjaganya dan meletakkan di atas kepalanya suatu
tuduhan yang tertulis: Ini adalah Yasu', penguasa Yahudi. Mereka benar-benar
menyalibnya bersama Yasim. Salah seorang dari keduanya di sebelah kanannya dan yang
lain di sebelah kirinya. Lalu orang-orang yang lewat di tempat itu mencelanya dan
berkata, "wahai yang menghancurkan tempat sembahan dan yang membangunnya pada
tiga hari, selamatkanlah dirimu dan jika engkau adalah anak Allah, maka turunlah dari
tempat penyaliban itu."
Demikianlah sebagian riwayat kaum Masehi tentang proses penyalipan serta penafsiran
mereka berkaitan dengannya. Kami telah menukilnya tanpa memperhatikan tentang
catatan yang terdapat dalam Injil Mata yang terbaru, yaitu ia merupakan catatan yang
paling baik dalam bentuknya yang terkumpul dari ulama-ulama mereka dan tokoh-tokoh
agama Masehi sehingga ia lebih mudah untuk dipahami dan lebih sederhana. Kami telah
mengemukakan sebagiannya kepada Anda dalam halaman-halaman ini.
Sementara itu, dalam akidah Islam disebutkan suatu riwayat yang berbeda dengan
riwayat yang ada dalam Injil-Injil yang terdapat sekarang, baik yang berhubungan dengan
kehidupan akhir yang dialami oleh Isa maupun tabiat Isa yang merupakan sumber
perselisihan setelah pengangkatannya. Al-Qur'an al-Karim menceritakan bahwa Allah
SWT tidak menghendaki Bani Israil untuk membunuh Isa atau menyalibnya tetapi Allah
SWT menyelamatkannya dari kekufuran mereka lalu mengangkatnya di sisi-Nya. Mereka
tidak berhasil membunuhnya dan tidak berhasil menyalibnya tetapi ia diserupakan seperti
orang-orang di antara mereka. Allah SWT berfirman:
"Dan karena ucapan mereka: 'Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra
Maryam, Rasul Allah,' padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya,
tetapi yang mereka bunuh ialah arang yang diserupakan dengan Isa bagi meeha.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benarbenar
dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidah mempunyai keyakinan
tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak
pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah
telah mengangkat Isa kepadanya." (QS. an-Nisa': 157-158)
Dan Allah SWT juga berflrman:
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan
karnu pada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu
dari orang-orang yang kafir. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Para ulama-ulama Islam sepakat atas hal itu dan mereka berselisih pendapat tentang cara
beragumentasi terhadap apa yang mereka yakini sebagai kebenaran. Sebagian mereka
meyakini nas-nas Al-Qur'an saja yang menyebut tentang Isa al-Masih dan mereka tidak
mendukungnya atau memperkuatnya dengan kitab-kitab lain selain Al-Qur'an. Kedua
metode tersebut memiliki titik kekuatan tersendiri. Orang yang berpegangan dengan
pendapat yang pertama mengatakan bahwa Nabi melarang untuk membahas kitab-kitab
pegangan kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Bagi kaum itu agama mereka dan bagi kita
agama kita dan hanya Allah SWT yang akan memutuskan segala perselisihan di antara
kita pada hari kiamat.
Sedangkan orang-orang yang berpegangan dengan cara yang kedua mengatakan bahwa
larangan Nabi tersebut terjadi pada permulaan masa Islam di mana kaum Muslim sangat
dekat dengan masa jahiliah. Nabi memerintahkan mereka agar tidak disibukkan dengan
kitab-kitab lain selain kitab mereka, yakni Al-Qur'an. Yang demikian ini dimaksudkan
agar mereka memiliki akidah yang kuat dan keyakinan mereka benar-benar tertanam
dalam diri mereka, Tetapi ilmu dan pandangan ilmiah menetapkan bahwa seorang yang
alim harus banyak menggali kitab-kitab kuno dalam rangka mengetahui kebenaran dan
jika ia mendapati sesuatu yang sesuai dengan apa yang didapatinya dengan kebenaran,
maka hatinya akan lebih merasa tenang dan damai. Berkaitan dengan kelompok yang
pertama yang merasa cukup dengan Al-Qur'an, kita tidak menemukan perincian-perincian
yang mendalam berkenaan dengan usaha penangkapan Isa, bagaimana proses
pengangkatannya ke langit, di mana Isa diserupakan dengan salah seorang di antara
mereka, bagaimana dia diserupakan dengan salah seorang di antara mereka. Allah SWT
telah menyerupakannya dengan salah seorang di antara mereka sedangkan Nabi Isa
diangkat ke langit. Demikianlah penjelasan singkat mereka, tidak ada penambahan lagi.
Sedangkan kelompok yang kedua, mereka melontarkan kisah secara lengkap. Mereka
mengatakan bahwa Allah SWT menyerupakan Isa dengan Yahuda. Yahuda ini adalah
Yahuda al-Askhariyutha yang menurut Injil ia menjualnya kepada musuh-musuhnya dan
menunjukkan kepada mereka tentang keberadaannya. Ia adalah seorang muridnya yang
terpilih. Demikian ini sesuai dengan Injil Barnabas di mana disebutkan di dalamnya:
"Ketika para tentara mendekat bersama Yahuda di tempat yang di situ terdapat Yasu',
maka Yasu' mendengar kedatangan segerombolan orang yang menuju tempatnya. Oleh
karena itu, ia segera pergi ke rumah dalam keadaan takut. Di dalam rumah itu terdapat
sebelas orang yang tidur. Ketika Allah melihat bahaya akan mengancam hamba-Nya,
maka Dia merintahkan Jibril, Mikail, dan Rafail (Israfil), serta Idril (Izrail) yang mereka
semua adalah para utusan-Nya untuk mengambil Yasu' dari dunia. Lalu datanglah
malaikat-malaikat yang suci di mana mereka mengambil Yasu' dari pintu yang dekat
dengan arah selatan. Mereka membawanya dan meletakkannyadi langit yang ketiga
dengan disertai para malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah selama-lamanya.
Yahuda masuk secara paksa ke kamar yang di situlah Yasu' diangkat ke langit. Saat itu
murid-murid sedang tidur semuanya, lalu Allah mendatangkan keajaiban yang luar biasa
di mana Yahuda berubah cara berbicaranya dan juga wajahnya. Ia sangat mirip sekali
dengan Yasu' sehingga kami mengiranya Yasu'. Adapun ia (Yahuda) setelah
membangunkan kami, ia mencari-cari di mana si guru berada. Oleh karena itu, kami
merasa heran dan kami menjawab, "bukankah engkau wahai tuanku guru kami, apakah
sekarang engkau telah melupakan kami?" Demikianlah kisah yang terdapat dalam Injil
Barnabas. Allah SWT berfirman:
"Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang Sesungguhnya telah berlalu
sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa
memakan makanan." (QS. al-Maidah: 75)
Para ulama berkata, "Al-Masih dinamakan al-Masih karena ia mengusap bumi dan
membersihkannya serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari fitnah di zaman itu
karena saking hebatnya kebohongan orang-orang Yahudi kepadanya dan bagaimana
usaha mereka untuk menciptakan dusta padanya dan kepada ibunya as." Banyak ulama
yang meriwayatkan tentang kesucian spiritual dari Nabi Isa. Abu Hurairah meriwayatkan
dari Nabi bahwa beliau menceritakan tentang al-Masih sebagai berikut: "Isa melihat
seorang lelaki yang mencuri lalu ia berkata: "Wahai si fulan apakah engkau mencuri?"
Orang itu berkata: "Tidak, demi Allah aku tidak mencuri," Isa berkata: "Aku beriman
kepada Allah SWT dan pengelihatanku telah berbohong." Ini menunjukkan kesucian
ruhani Isa di mana ia lebih memilih sumpah orang itu atas apa yang disaksikannya. Ia
membayangkan bahwa orang tersebut tidak akan bersumpah dan membawa nama Allah
SWT yang Maha Besar lalu ia berdusta sehingga ia menerima pernyataannya dan ia
kembali kepada dirinya sendiri sambil berkata: "Aku beriman kepada Allah SWT, yakni
aku mempercayaimu dan mataku telah berbohong karena engkau telah bersumpah." Ada
riwayat lagi yang mengatakan bahwa suatu hari Nabi Isa berjalan bersama sahabatnya
dan mereka melewati bangkai anjing yang busuk baunya, lalu sahabat-sahabat Isa sangat
terpukul dan sangat menderita dengan bau anjing itu. Melihat sikap mereka, Isa berkata:
"Lihatlah betapa putih giginya."
Isa ingin mengajari manusia bagaimana mereka menghadapi keburukan di mana Nabi Isa
menekankan agar mereka lebih melihat kepada keindahan dan kebaikan. Dakwah Nabi
Nabi Isa merupakan puncak dari ketinggian ruhani dan idealisme yang mengagumkan di
mana Beliau lebih menekankan kebaikan daripada keburukan. Rasulullah berkata:
"Semua para nabi adalah saudara, agama mereka satu sedangkan mereka dilahirkan dari
berbagai macam ibu dan aku adalah manusia yang utama begitu juga Isa bin Maryam di
mana tidak ada nabi setelahku dan sesudahnya." Dalam berbagai riwayat disebutkan
bahwa Nabi Isa akan turun pada akhir zaman. Islam sangat memberikan penghormatan
kepada Isa yang sesuai dengan kedudukannya sebagai salah satu nabi ulul azmi yang
besar. Islam menamakannya Rasulullah dan Kalimatullah yang telah diberikan kepada
Maryam. Allah SWT berfirman:
"Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah
hamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih Isa putra
Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah
kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: '(Tuhan itu) tiga.'
Berhentilah dari ucapan itu. (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang
Maha Esa, Maha Suci dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah
kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah untuk menjadi Pemelihara. Al-Masih sekali-kali tidak
enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat malaikat yang
terdekat (kepada Alah). Barangsiapa yang enggan dari menyernbah-Nya dan
menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepadanya.
Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, maka Allah akan
menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-
Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan
menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi
diri mereka, pelindung dan penolong selain dari Allah. " (QS. an-Nisa': 171- 173)
Ibnu Katsir berkata dalam Qhisasul Anbiya': Para pengikut Nabi Isa berselisih pendapat
setelah Nabi Isa diangkat ke langit. Sebagian mereka mengatakan, di tengah-tengah kita
ada hamba Allah SWT dan rasul-Nya (Ariyus). Sebagian lagi mengatakan, dia adalah
Allah. Yang lain lagi mengatakan, dia adalah anak Allah. Mereka berselisih pendapat
tentang Injil yang menyebutkan berbagai kebo hongan di mana terdapat di dalamnya
penambahan, pengurangan, dan pergantian. Al-Qur'an al-Karim telah membahas
persoalan ketuhanan. Ia menjelaskan bahwa Allah SWT Maha Suci dari segala sekutu
dan anak dan segala hal yang menyerupai-Nya serta segala bentuk ingkarnasi, kejauhan,
kedekatan dan pencapaian pandangan mata. Allah SWT berfirman:
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, YangMahaEsa.'Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak
ada seorang pun yang setara dengan Dia. " (QS. al-Ikhlash: 1-4)
Dan tentang Isa as Allah berfirman: "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah,
adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya: 'Jadilah' (seorang manusia), maka jadilah ia." (QS. Ali 'Imran:
59)
"Mereka (orang-orang kafir) berkata: Allah mempunyai anah.' Maha Suci Allah, bahkan
apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepadanya.
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu,
maka (cukuplah) Dia mengatakan kepadanya: 'Jadilah', lalujadilah ia." (QS. al-Baqarah:
116-117)
"Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair itu putra Allah' dan orang-orang Nasrani berhata:
Al-Masih itu putra Allah.' Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka
meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Mereka dilaknat oleh Allah; bagaimana
mereka sampai berpaling?" (QS. at-Taubah: 30)
Nas tersebut mengisyaratkan akidah orang-orang Mesir dan orang-orang seperti mereka
dari umat-umat yang terdahulu di mana akidah mereka terfokus pada keyakinan
penyaliban Isa, tentang tebusan dan kebangkitan Tuhan yang disembelih serta
penentangannya terhadap para pengikutnya setelah kematiannya.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah itu ialah
al-Masih putra Maryam.' Katakanlah: 'Maka siapakah (gerangan) yang dapat
menghalang-halangi kehendah Allah, jika Dia hendak membinasakan al-Masih putra
Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?'
Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apayang ada di antara keduanya; Dia
menciptakan apa yang dihehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
(QS. al-Maidah: 17)
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Allah salah seorang dari yang
tiga,' padahal sekali-kali tidak ada selain dari Tuhan YangEsa." (QS. al-Maidah: 73)
Demikianlah Al-Qur'an al-Karim menyebutkan sikap berbagai aliran yang saling
berlawanan yang tumbuh setelah pengangkatan al-Masih. Al-Qur'an menjelaskan bahwa
al-Masih adalah hamba Allah SWT dan seorang rasul yang diutus kepada Bani Israil.
Kata hamba dan rasul adalah kata yang sangat jelas artinya, adapun yang dimaksud
dengan al-Kalimah dan ar-Ruh, maka kedua kata tersebut perlu dijelaskan. Kaum
Muslim memahami bahwa al-Kalimah adalah petunjuk Allah SWT yang diberikan-Nya
kepada Maryam sedangkan ar-Ruh adalah menunjukkan atau mengisyaratkan kepada
Ruh Kudus, yaitu Jibril as. Allah SWT telah menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa
dengan ruh yakni Jibril:
"Dan (ingatlah) ketiha Aku dukung kamu dengan Ruhul Kudus." (QS. al-Maidah: 110)
Setelah mengemukakan keyakinan kaum Masehi tentang karakter Nabi Isa dan akhir dari
kehidupannya dan setelah menjelaskan kebenaran yang Allah SWT ceritakan kepada kita
tentang karakter tersebut dan akhir dari kehidupan yang dialami oleh Nabi Isa, kita ingin
mengetahui apa yang harus dilakukan oleh kaum Muslim dalam hubungan mereka
dengan orang-orang Masehi serta keyakinan mereka. Islam menetapkan atau
menyampaikan nas-nas yang jelas yang mengkhususkan agama Masehidi antara
agama-agama yang laindengan kecintaan. Al-Qu'ran mengingkari ketuhanan al-Masih;
ia juga mengingkari penyaliban dan tebusan dosa yang dilakukannya. Namun Al-Qur'an
menegaskan dalam nasnya bahwa agama Nasrani merupakan agama yang lebih dekat
kecintaannya kepada Islam. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap
orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan
sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang
yang beriman ialah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.'
Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani)
terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak
menyombongkan diri." (QS. al-Maidah: 82)
Allah SWT memuji para pengikut al-Masih yang berjalan di atas petunjuknya. Allah
SWT berfirman:
"Dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih
sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah (keadaan tidak menikah dan
mengurung diri di biara) padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi
mereka sendirilah yang mengada-adakannya untuk mencarai keridhaan Allah." (QS. al-
Hadid: 27)
Tidak terdapat kontradiksi dari dua sikap tersebut. Pengingkaran Al-Qur'an terhadap
ketuhanan al-Masih dan pengakuannya terhadap kecintaan kaum Nasrani serta pujiannya
terhadap orang-orang yang mengikuti Nabi Isa mengandung makna lebih dari satu:
Pertama, bahwa Masehi berdasarkan pada agama Tauhid dan sangat sulit bagi para
pengikutnya untuk meninggalkan tauhid, dan hanya Allah SWT yang mengakui hakikat
apa yang terpendam dalam hati; kedua, dalam kalangan orang-orang Nasrani terdapat
para pendeta dan para rahib yang tidak bersikap congkak di hadapan Allah SWT tetapi
mereka sangat patuh dan tunduk kepadanya; ketiga, sebagian pengikut Nabi Isa memiliki
hati yang dipenuhi dengan kasih sayang dan rahmat. Tentu rahmat dan kasih sayang
tersebut tidak tumbuh kecuali dari keimanan terhadap hari akhir. Allah SWT telah
menetapkan perintah-Nya kepada kaum Muslim agar mereka memperlakukan ahlul kitab
dengan perlakuan yang mulia dan baik, sebagaimana Islam menjamin kebebasan untuk
menentukan keyakinan pada setiap manusia. Allah SWT berfirman:
"Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya?" (QS. Yunus: 99)
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang salah." (QS. al-Baqarah: 256)
"Katakanlah: 'Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)
yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidah kita sembah kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka
katakanlah kepada mereka: 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang
menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64)
Kita perhatikan bahwa ayat-ayat tersebut berbicara tentang cara memperlakukan kaum
Masehi sebagai individu sebagaimana ia berbicara tentang bagaimana kita
memperlakukan keyakinan mereka. Sehubungan dengan kaum Masehi sebagai individu,
kita menyaksikan ayat-ayat tersebut memerintahkan untuk membalas kecintaan yang
mereka perlihatkan di mana nas tersebut dengan tegas mengatakan bahwa mereka lebih
dekat kecintaannya kepada orang-orang yang beriman. Jika Allah SWT yang menegaskan
hal tersebut, maka orang-orang Muslim harus membalas kebaikan dan kecintaan yang
ditunjukkan oleh kaum Nasrani. Adapun sehubungan dengan keyakinan mereka, di dalam
Al-Qur'an terdapat banyak ayat yang melarang untuk memaksa manusia dalam bentuk
apa pun. Allah SWT berfirman:
"Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka barangsiapa yang ingin
beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir." (QS.
al-Kahfi: 29)
Yang demikian itu, karena keimanan yang didahului dengan paksaan adalah bukan
keimanan karena ia berarti mencabut ikhtiar atau kebebasan manusia, padahal itu adalah
syarat dari keimanan. Dan barangkali inilah yang menunjukkan kesempumaan Islam
dilihat dari sikapnya yang demikian indah. Kami kira tanpa kita harus memaksakan
tafsiran kita kepada ayat-ayat tersebut dan memohon kepada Allah SWT dari kesalahan
dan kebodohan bahwa Islam dengan sikapnya itu ingin menjauhkan para pengikutnya
dari kalangan awam dari perdebatan yang panjang dan melelahkan seputar keyakinan
orang lain. Tentu perdebatan tersebut tidak akan berujung dan akan menjadi seperti debat
kusir saja. Namun tugas tersebut hanya diemban oleh para ulama, di mana mereka
membahas sebagaimana mereka kehendaki berbagai keyakinan-keyakinan
keberagamaan, sedangkan orang-orang awam tidak diberi tanggung jawab dalam hal itu.
Lagi pula, perselisihan antara keyakinan dan aliran-aliran di kalangan Masehi dan
kalangan Yahudi jika melibatkan orang-orang awam, maka itu hanya memboroskan
waktu dan hanya membuat lelah saja.
Islam akan kembali menjadi asing dan akan kembali menjadi asing seperti pertama kali
terbit. Dalam suasana keasingan Islam yang pertama, orang-orang Muslim berhasil
membangun suatu individu Muslim yang kokoh. Dan ketika bangunan tersebut telah
selesai, maka sempurnalah pembangunan pemerintahan Islam. Kita tidak mendengar
bahwa salah seorang di antara mereka terlibat dalam perdebatan yang sengit yang tidak
berujung sekitar keyakinan orang lain. Sesungguhnya memberi petunjuk kepada orang
lain sehingga orang tersebut engetahui jalan menuju Allah SWT adalah perbuatan yang
indah, tetapi hidayah tersebut didahului dengan tekad seseorang untuk memberikan
petunjuk kepada dirinya sendiri. Seandainya orang-orang Islam membimbing mereka
menuju jalan Allah SWT niscaya Allah SWT memberi petunjuk melalui mereka siapa
saja yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya.
Al-Qur'an menetapkan dua mukjizat kepada Nabi Isa yang tidak disebutkan dalam kitab
Injil: pertama mukjizat yang berupa pembicaraannya saat ia masih menyusui dibuaian.
Dan yang kedua mukjizat makanan yang turun dari langit kepada kaum Hawariyin.
Sebagaimana Al-Qur'an menetapkan kemuliaan yang diperoleh oleh Nabi Isa saat ia
diselamatkan dari tangan-tangan jahat orang-orang Yahudi yang ingin menyiksanya atau
membunuhnya sehingga Nabi Isa terselamatkan dan dia diangkat ke langit. Rasulullah
saw mewasiatkan kepada sahabatnya agar mereka memperlakukan orang-orang Masehi
dengan penuh kebaikan, bahkan beliau menikahi Maria al-Qibthiya. Ibnu Jarir
meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa seseorang lelaki dari Bani Salim bin Auf yang
bernama al-Hasin mempunyai dua orang anak yang masih Kristen, lalu ia masuk Islam
dan bertanya kepada Rasulullah saw bagaimana seandainya ia harus memaksa kedua
anaknya untuk memeluk Islam sedangkan mereka berdua menolak agama lain selain
agama Masehi? Kemudian Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi:
"Tidak ada paksaan dalam memeluk agama (Islam)." (QS. al-Baqarah: 256)
Ketika para utusan Najran dari kalangan kaum Masehi datang ke Madinah untuk
berunding dengan Nabi, maka beliau memberi mereka setengah dari mesjidnya agar
mereka dapat melaksanakan salat dengan cara mereka di dalamnya. Pada suatu hari
Rasulullah saw berdiri untuk melakukan salat kepada seseorang jenazah lalu dikatakan
kepadanya bahwa ia adalah jenazah Yahudi. Kemudian Rasulullah menjawab:
"Bukankah ia adalah manusia." Dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda:
"Barangsiapa yang mengganggu secara aniaya seorang Yahudi atau seorang Nasrani,
maka aku akan jadi musuhnya pada hari kiamat." Terkadang kekuasaan akan langgeng
meskipun disertai dengan kekufuran tetapi ia tidak akan abadi ketika disertai dengan
kelaliman.
Para ulama Islam berselisih pendapat berkaitan dengan keadaan Nabi Isa setelah
pengangkatannya. Mereka sepakat bahwa beliau tidak disalib tetapi Allah SWT
mengangkatnya di sisi-Nya. Tetapi ketika ia tidak disalib, maka bagaimana keadaannya
setelah itu: apakah ia masih hidup, ataukah ia mati seperti matinya nabi yang lain?
Mayoritas mengatakan bahwa Allah SWT mengangkat Isa dengan fisiknya dan ruhnya di
sisi-Nya. Mereka mengambil zahir dari firman-Nya:
"Tetapi Allah mengangkatnya di sisi-Nya." (QS. an-Nisa': 158)
Juga sebagian hadis yang mendukung hal tersebut. Sementara itu, kelompok yang lain
dari kalangan mufasirin, dan ini adalah kelompok yang minoritas, mereka mengatakan
bahwa Nabi Isa hidup sehingga Allah SWT mematikannya sebagaimana Dia mematikan
nabi-nabi-Nya lalu Dia mengangkat ruhnya di sisi-Nya sebagaimana ruh para nabi
diangkat, begitu juga ruh para shidiqin (orang-orang yang benar) dan syuhada. Mereka
mengambil zahir firman-Nya:
"(Ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai ha, sesungguhnya Aku akan menyampaikan
kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu
dari orang-orang yang kafir." (QS. Ali 'Imran: 55)
Kami sendiri lebih memilih pendapat yang pertama karena ia sangat sesuaisebagai
mukjizat yang luar biasadengan kelahiran Isa di mana kelahiran tersebut dipenuhi
dengan mukjizat yang luar biasa, juga sesuai dengan kehidupannya dan kesuciannya.
Jadi, kedua-duanya merupakan mukjizat yang luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar