Matahari tampak akan tenggelam,
angin pun bertiup sepoi-sepoi di sekitar pepohonan.
Harum semerbak mulai memenuhi
mihrab Maryam. Bau itu menembus jendela mihrab
dan mengepakkan sayapnya di
sekeliling gadis perawan yang khusuk dalam salat tanpa
seorang pun mendengar suaranya.
Maryam merasa bahwa udara dipenuhi dengan bau
harum yang mengagumkan. Ia
kembali melakukan salatnya dengan khusuk dan
mengungkapkan syukur
kepadaAllahSWT.
Seekor burung hinggap di jendela
mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke atas dan
mengarahkan ke matahari serta
mengepakkan kedua sayapnya lalu ia terjun ke air dan
mandi di dalamnya. Kemudian ia
terbang ringan di sekitamya. Maryam ingat bahwa
beliau lupa untuk menyirami pohon
mawar yang tumbuh secara tiba-tiba di tengah dua
batu yang tumbuh di luar mesjid.
Maryam menyelesaikan salatnya lalu ia keluar dari
mihrab dan menuju pohon. Belum
selesai beliau siap-siap untuk keluar sehingga para
malaikat memanggilnya:
"Hai
Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan
melebihkan kamu
atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)." (QS. Ali
'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak
wajahnya yang pucat dan semakin bertambah. Mihrab itu
dipenuhi dengan kalimat-kalimat
para malaikat yang memancarkan cahaya. Maryam
merasa bahwa pada hari-hari
terakhir terdapat perubahan pada suasana ruhaninya dan
fisiknya. Di tempat itu tidak
terdapat cermin sehingga ia tidak dapat melihat perubahan
itu. Tetapi ia merasa bahwa
darah, kekuatan dan masa mudanya mulai meninggalkan
tempatnya dan digantikan dengan
kesucian dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau
menyadari bahwa ia sedang gugup.
Beliau merasakan kelemahan manusiawi dan adanya
kekuatan yang luar biasa. Setiap
kali tubuhnya merasakan kelemahan, maka
bertambahlah kekuatan dalam
ruhnya. Perasaan yang demikian ini justru membangkitkan
kerendahan hatinya. Maryam
mengetahui bahwa ia akan memikul tanggung jawab besar.
"Dan
(ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah
telah
memilih kamu,
menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia
(yong semasa
dengan kamu)."
(QS. Ali 'Imran: 42)
Dengan kalimat-kalimat yang
sederhana ini Maryam memahami bahwa Allah SWT telah
memilihnya dan menyucikannya dan
menjadikannya penghulu para wanita dunia. Beliau
adalah wanita terbesar di dunia.
Para malaikat kembali berkata kepada Maryam:
"Hai
Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orangyang
ruku." (QS. Ali 'Imran:
43)
Perintah tersebut ditetapkan
setelah adanya berita gembira agar beliau meningkatkan
kekhusukannya, sujudnya, dan
rukuknya kepada Allah SWT. Maryam lupa terhadap
pohon mawar dan beliau kembali
salat. Maryam merasakan bahwa sesuatu yang besar
akan akan terjadi padanya. Beliau
merasakan hal itu sejak beberapa hari, tetapi perasaan
itu semakin menguat saat ini.
Matahari meninggalkan tempat
tidurnya sementara malam telah bangkit sedangkan bulan
duduk di atas singgasananya di
langit dan di sekelilingnya terdapat awan-awan yang
indah dan putih. Kemudian
datanglah pertengahan malam dan Maryam masih sibuk
dalam salatnya. Beliau
menyelesaikan salatnya dan teringat pohon mawar itu lalu beliau
membawa air di suatu bejana dan
pergi untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh di antara
dua batu di tempat yang tidak jauh dari mesjid yang
hanya ditempuh beberapa langkah
darinya. Tempat itu jauh dari jangkauan manusia
sehingga tak seorang pun
mendekatinya. Tempat itu sudah dijadikan tempat yang khusus
bagi Maryam untuk melakukan salat
di dalamnya atau beribadah. Maryam mendekati
pohon mawar itu dan menyiramnya.
lalu beliau meletakkan bejana, kemudian ia
memikirkan pohon mawar itu di
mana tangkainya semakin panjang pada dua malam yang
dilaluinya.
Tiba-tiba, Maryam mendengar suara
derap kaki yang mengguncang bumi. Beliau tidak
mendengar suara kaki yang
berjalan, tetapi beliau mendengar suara kaki yang menetap di
atas batu serta pasir. Maryam
merasakan ketakutan. Ia merasakan bahwa ia tidak
sendirian. Ia menoleh ke
sebelahnya namun ia tidak mendapati sesuatu pun. Kemudian
kedua matanya mulai berputar-putar
dan memperhatikan suatu cahaya yang berdiri di
sana. Maryam gemetar ketakutan
dan menundukkan kepalanya. Maryam berkata dalam
dirinya, siapa gerangan orang
yang berdiri di sana. Maryam memandang kepada wajah
orang asing itu, dan menyebabkan ia
gelisah. Wajah orang itu sangat aneh, di mana
dahinya bercahaya lebih daripada
cahaya bulan. Meskipun kedua matanya memancarkan
kemuliaan dan kebesaran tetapi
wajah orang itu justru menggambarkan kerendahan hati
yang mengagumkan.
Pandangan pertama yang dilihat
oleh Maryam kepada orang itu mengisyaratkan, bahwa
orang itu memiliki kemuliaan yang
diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama
julaan tahun. Maryam bertanya
kepada dirinya, siapa gerangan orang ini? Kemudian
seakan-akan orang asing itu
membaca pikiran Maryam dan berkata: "Salam kepadamu
wahai Maryam." Maryam dibuat
terkejut mendengar adanya suara manusia di depannya.
Maryam berkata sebelum menjawab
salamnya:
"Sesungguhnya
aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika
kamu seorang
yang bertakwa."
(QS. Maryam: 18)
Maryam berlindung di bawah
lindungan Allah SWT dan ia bertanya kepadanya, "Apakah
engkau manusia yang mengenal
Allah SWT dan bertakwa kepadanya?" Kemudian orang
itu tersenyum dan berkata:
"Sesungguhnya
aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang
anak laki-laki
yang suci."
(QS. Maryam: 19)
Orang asing itu belum selesai
menyampaikan kalimatnya sehingga tempat itu dipenuhi
cahaya yang menakjubkan yang
tidak menyerupai cahaya matahari, cahaya bulan, cahaya
lampu, cahaya lilin bahkan cahaya
api. Di sana terdapat cahaya yang sangat jernih.
Kemudian terngianglah di kepala
Maryam kalimat: "Aku adalah seorang utusan
Tuhanmu." Kalau begitu,
dia adalah penghulu para malaikat, Ruhul Amin (Jibril) yang
telah berubah wujud menjadi
manusia.
Maryam mengangkat kepalanya
dengan gemetar menahan luapan cinta. Jibril berdiri di
depannya dalam bentuk manusia.
Maryam memperhatikan kejernihan dahinya dan
kesucian wajahnya. Benar apa yang
diduganya bahwa Jibril memiliki kemuliaan yang
diperoleh orang yang menyembah
Allah SWT selama jutaan tahun. Kemudian Maryam
mengingat kembali kalimat-kalimat
yang diucapkan Jibril. Malaikat itu telah mengatakan
bahwa ia adalah utusan Tuhannya,
dan ia telah datang untuk memberi Maryam seorang
anak laki-laki yang suci. Maryam
ingat bahwa dirinya adalah seorang perawan yang
belum tersentuh oleh seorang pun.
Ia belum menikah dan belum dilamar oleh seseorang
pun, maka bagaimana ia melahirkan
anak tanpa melalui pernikahan. Pikiran-pikiran ini
berputar-berputar di kepala
Maryam lalu ia berkata kepada Jibril:
"Maryam
berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak
pernah seorang
manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorangpezina!" (QS.
Maryam: 20)
Jibril berkata:
"Demikianlah
Tuhanmu berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat
Kami
menjadikannya suatu tanda bagi manusia sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu
adalah suatu
perkara yang sudah diputushan."' (QS. Maryam: 21)
Maryam menerima kalimat-kalimat
Jibril. Tidakkah Jibril berkata kepadanya bahwa ini
adalah perintah Allah SWT dan
segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti akan
terlaksana. Kemudian, mengapa ia
harus (ketika) melahirkan tanpa disentuh oleh seorang
manusia pun. Bukankah Allah SWT
mendptakan Nabi Adam tanpa seorang ayah dan
seorang ibu? Sebelum
diciptakannya Nabi Adam tidak ada pria dan wanita. Hawa
diciptakan dari Nabi Adam dan ia
pun diciptakan dari laki-laki, tanpa perempuan.
Biasanya manusia diciptakan
melalui pasangan laki-laki dan perempuan; biasanya ia
memiliki ayah dan ibu, tetapi
mukjizat terjadi ketika Allah SWT menginginkannya untuk
terjadi. Kemudian Jibril
meneruskan pembicaraannya:
"Sesungguhnya
Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran searangputra yang
didptakan)
dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya al-Masih Isa putra
Maryam, seorang
yang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang
yang didekatkan
(kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan
ketika sudah
dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh." (QS. Ali
'Imran: 45-46)
Keheranan Maryam semakian
bertambah. Betapa tidak, sebelum mengandung anak itu di
perutnya ia telahmengetahui
namanya. Bahkan ia menhetahui bahwa anaknya itu akan
berbicara dengan manusia saat ia
masih kecil. Sebelum Maryam menggerakan lisannya
untuk melontarkan pertanyaan
lain, Jibril mengangkat tangannya dan mengerahkan udara
ke arah Maryam. Kemudian
datanglah hembusan udara yang bercahaya yang belum
pernah dilihat sebelumnya oleh
Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan
memenuhinya. Tak sempat Maryam
melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril yang suci
telah pergi tanpa meninggalkan
suara.
Udara yang dingin telah bergerak
dan Maryam pun tampak menggigil. Maryam segera
kembali ke mihrabnya. Ia menutup
pintu mihrab dan ia tenggelam dalam salat yang
khusuk dan ia pun menangis.
Maryam merasakan kegembiraan, kebingungan dan
kegoncangan serta kedamaian yang
dalam. Kini, Maryam tidak lagi sendirian. Sejak Jibril
meninggalkannya, ia merasakan
bahwa ia tidak lagi sendirian. Ia menggerakkan
tangannya yang dipenuhi dengan
cahaya, kemudian cahaya ini berubah di dalam perutnya
menjadi anak, seorang anak yang
akan menjadi kalimat Allah SWT dan ruh-Nya yang
diletakkan pada Maryam. Ketika
anak itu besar, ia akan menjadi seorang rasul dan nabi
yang ajarannya dipenuhi dengan
cinta dan kasih sayang.
Maryam di malam itu tidur dengan
nyenyak dan ia bangun di waktu Subuh. Belum lama
ia membuka kedua matanya sehingga
ia dibuat terkejut ketika melihat mihrab dipenuhi
dengan buah-buahan yang
sebenarnya tidak lagi musim. Maryam heran melihat hal itu. Ia
mulai mengingat apa yang telah
terjadi padanya kemarin, yaitu bagaimana kejadian saat
menyiram pohon mawar, bagaimana
pertemuannya dengan malaikat Jibril, bagaimana
Allah SWT meniupkan kalimat-Nya
padanya, bagaimana ia kembali ke mihrab, dan
bagaimana tidurnya yang nyenyak.
Maryam berkata kepada dirinya sambil melihat buahbuahan
yang banyak: Apakah aku akan
memakan sendirian buah-buahan ini. Kemudian
ada suara dalam dirinya yang
berkata: "Engkau tidak lagi sendirian wahai Maryam. Kini,
engkau bersama Isa. Engkau harus
makan dengan baik. Dan Maryam mulai makan.
Lalu berlalulah hari demi hari.
Kandungan Maryam berbeda dengan kandungan
umumnya wanita. Ia tidak
merasakan sakit dan tidak merasa berat; ia tidak merasakan
sesuatu telah bertambah padanya
dan perutnya tidak membuncit seperti umumnya wanita.
Alhasil, kehamilan yang
dialaminya dipenuhi dengan nikmat yang baik. Datanglah bulan
yang kesembilan. Ada sebagian
ulama yang mengatakan bahwa Maryam tidak
mengandung Isa selama sembilan
bulan, tetapi ia melahirkannya secara langsung sebagai
mukjizat.
Pada suatu hari, Maryam keluar ke
suatu tempat yang jauh. Ia merasa bahwa sesuatu akan
terjadi hari itu. Tetapi ia tidak
mengetahui hakikat sesuatu itu. Kakinya membimbingnya
untuk menuju tempat yang dipenuhi
dengan pohon kurma. Tempat itu tidak biasa
dikunjungi oleh seseorang pun
karena saking jauhnya; tempat yang tidak diketahui oleh
seseorang pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang mengetahui
Maryam bahwa sedang hamil dan ia akan melahirkan.
Mihrab yang menjadi tempat
ibadahnya selalu tertutup. Orang-orang mengetahui bahwa
Maryam sedang sibuk beribadah dan
tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam
duduk beristirahat di bawah pohon
kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai
merasakan sakit pada dirinya, dan
rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya, Maryam
melahirkan:
"Maka rasa
sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon
kurma, ia
berkata: 'Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi
sesuatu yang
tidak berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam: 23)
Rasa sakit saat melahirkan anak
yang dialami wanita suci ini menimbulkan penderitaanpenderitaan
lain yang segera menantinya.
Bagaimana manusia akan menyambut anaknya
ini? Apa yang mereka katakan
tentangnya? Bukankah mereka mengetahui bahwa ia
adalah wanita yang masih perawan?
Bagaimana seorang gadis perawan bisa melahirkan?
Apakah manusia akan membenarkan
Maryam yang melahirkan anak itu tanpa ada
seseorang pun yang menyentuhnya?
Kemudian pandangan-pandangan keraguan mulai
menyelimutinya. Maryam berpikir
bagaimana reaksi manusia kepadanya dan bagaimana
perkataan mereka terhadapnya
sehingga hatinya dipenuhi dengan kesedihan. Belum lama
Maryam membayangkan dan meminta
agar ia dimatikan dan dilupakan, tiba-tiba anak
yang baru lahir itu memanggilnya:
"Janganlah
kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai
di bawahmu. Dan
goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu
ahan mengugurkan
buah kurma yang masak kepadamu makan, minum dan bersenang
hatilah kamu.
Jika kamu rnelihat seorang manusia, maka katakantah: 'Sesungguhnya aku
telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan
berbicara dengan
seorang manusia pun pada hari ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam melihat al-Masih yang
tampan wajahnya. Wajahnya tidak kemerah-merahan dan
rambutnya tidak keriting seperti
anak-anak yang lahir di saat itu, tetapi ia berkulit lembut
dan putih. Anak itu diselimuti
dengan kesucian dan kasih sayang; anak itu berbicara
kepada Maryam agar ia
menghilangkan kesedihannya dan meminta padanya agar
menggoyangkan batang-batang pohon
kurma supaya jatuh darinya sebagian buahnya
yang lezat dan Maryam dapat
memakan dan meminum darinya sehingga hatinya pun
penuh dengan kedamaian serta
kegembiraan dan tidak berpikir tentang sesuatu pun. Jika
Maryam melihat atau menemui
manusia, maka hendaklah ia berkata kepada mereka
bahwa ia bernazar kepada Allah
SWT untuk berpuasa dan tidak berbicara kepada
seseorang pun.
Maryam melihat al-Masih dengan
penuh kecintaan. Anak itu baru dilahirkan beberapa
saat tetapi ia langsung memikul
tanggung jawab ibunya di atas pundaknya. Selanjutnya,
ia akan memikul penderitaan
orang-orang fakir. Maryam melihat bahwa wajah anak itu
menyiratkan tanda yang sangat
aneh. Yaitu tanda yang mengisyaratkan bahwa ia datang
ke dunia bukan untuk mengambil
darinya sesuatu, tetapi untuk memberinya segala
sesuatu. Maryam mengulurkan
tangannya ke pohon kurma yang besar. Belum lama ia
menyentuh batangnya hingga
jatuhlah darinya buah kurma yang masih muda dan lezat.
Maryam makan dan minum dan
kemudian ia memangku anaknya dengan penuh kasih
sayang.
Saat itu, Maryam merasakan kegoncangan
yang hebat. Silih-berganti ketenangan dan
kegelisahan menghampirinya.
Segala pikirannya tertuju pada satu hal, yaitu Isa. Ia
bertanya-tanya dalam dirinya:
Bagaimana orang-orang Yahudi akan menyambutnya, apa
yang akan mereka katakan
tentangnya, apa yang akan mereka katakan terhadap Maryam,
apakah para pendeta dan para
pembesar Yahudi percaya bahwa Maryam melahirkan
seorang anak tanpa disentuh oleh
seseorang pun? Bukankah mereka terbiasa hidup
dengan suasana pencurian dan
penipuan? Apakah seseorang di antara mereka akan
percaya—padahal ia jauh dari langit—bahwa langit telah memberinya seseorang
anak.
Akhirnya, masa pengasingan Maryam
telah berakhir dan Maryam harus kembali ke
kaumnya. Maryam kembali dan waktu
menunjukkan Ashar. Pasar besar yang terletak di
jalan yang dilalui Maryam menuju
mesjid dipenuhi dengan manusia. Mereka sibuk
dengan jual-beli. Mereka duduk
berbincang-bincang sambil minum anggur. Belum lama
Maryam melewati pasar itu
sehingga manusia melihatnya membawa seorang anak kecil
yang didekapnya. Salah seorang
bertanya: "Bukankah ini Maryam yang masih perawan?
Lalu, anak siapa yang dibawanya
itu?" Seorang yang mabuk berkata: "Itu adalah
anaknya." Mari kita dengar
cerita apa yang akan disampaikannya. Akhirnya, orang-orang
Yahudi mulai "mengepung"
dengan berbagai macam pertanyaan: "Anak siapa ini wahai
Maryam, mengapa engkau tidak
mengembalikannya, apakah itu memang anakmu,
bagaimana engkau datang dengan
membawa seorang anak sedangkan engkau adalah
gadis yang masih perawan?"
"Hai
saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan
ibumu
sekali-kali bukanlah seorang pezina." (QS. Maryam: 28)
Maryam dituduh melakukan
pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa terlebih
dahulu mendengarkan sanggahannya
atau mengadakan penelitian atau membuktikan
bahwa perkataan mereka memang
benar. Maryam dicerca sana-sini dan ia diingatkan,
bahwa bukankah ia seseorang yang
tumbuh dari rumah yang baik dan bukanlah ibunya
seorang pelacur? Lalu mengapa
semua ini terjadi padanya? Menghadapi semua tuduhan
itu, Maryam tampak tenang dan
tetap menunjukkan kebaikannya. Wajahnya dipenuhi
dengan cahaya keyakinan. Ketika
pertanyaan semakin menjadi-jadi dan keadaan semakin
sulit, maka Maryam menyerahkan
segalanya kepada Allah SWT. Ia menunjuk ke arah
anaknya dengan tangannya. Maryam
menunjuk Isa.
Orang-orang yang ada di situ
tampak kebingungan. Mereka memahami bahwa Maryam
berpuasa dari berbicara dan
meminta kepada mereka agar bertanya kepada anak itu. Para
pembesar Yahudi bertanya:
"Bagaimana mereka akan melontarkan pertanyaan kepada
seorang anak kecil yang baru
lahir beberapa hari? Apakah anak itu akan berbicara di
buaiannya" Mereka berkata
kepada Maryam:
"Bagaimana
kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" (QS.
Maryam: 29)
Berkata Isa:
"Sesungguhnya
aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (injil) dan Dia menjadikan
aku seorang
nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku
berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat
selama aku
hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang
sombong lagi
celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadahu, pada hari aku
dilahirkan, pada
hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. "
(QS. Maryam: 30-33)
Belum sampai Isa menuntaskan
pembicaraannya sehingga wajah-wajah para pendeta dari
kalangan Yahudi dan para uskup
tampak pucat. Mereka menyaksikan mukjizat terjadi di
depan mereka secara langsung.
Anak kecil itu berbicara di buaiannya; anak kecil yang
datang tanpa seorang ayah; anak
kecil yang mengatakan bahwa Allah SWT telah
memberinya al-Kitab dan
menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti bahwa kekuasaan
mereka sebentar lagi akan hancur.
Setiap orang dari mereka akan menjadi tidak berarti
ketika anak kecil itu dewasa. Tak
seorang pun di antara mereka yang dapat "menjual
pengampunan" kepada manusia
atau menghakimi mereka melalui pemyataan bahwa ia
adalah wakil dari langit yang
turun di bumi. Atau pernyataan, bahwa hanya dia yang
mengetahui syariat.
Para pendeta Yahudi merasa akan
terjadi suatu tragedi kepribadian yang akan datang
kepada mereka dengan kelahiran
anak kecil ini. Kedatangan al-Masih berarti
mengembalikan manusia kepada
penyembahan semata-mata kepada Allah SWT. Ini
berarti menghapus agama Yahudi
yang sekarang mereka yakini. Perbedaan antara ajaranajaran
Musa dan tindakan-tindakan
orang-orang Yahudi menyerupai perbedaan antara
bintang-bintang di langit dan
lumpur-lumpur di jalan. Para pendeta Yahudi
menyembunyikan kisah kelahiran Isa
dan bagaimana ia berbicara di masa buaian. Mereka
justru menuduh Maryam yang masih
perawan dengan kebohongan yang besar. Mereka
menuduh Maryam melakukan
pelacuran, padahal mereka menyaksikan sendiri mukjizat
pembicaraan anaknya di masa
buaian.
Mula-mula cerita tentang itu
mereka sembunyikan untuk beberapa saat. Meskipun
demikian, berita tentang
kelahiran Isa sampai ke Hakim Romawi, yaitu Heradus. Ia
memimpin orang-orang Palestina
dan orang-orang Yahudi dengan kekuatan pedang. Ia
menakut-nakuti mereka dengan
menumpahkan darah serta banyaknya mata-mata yang
dimilikinya. Pada suatu hari, ia
duduk di istananya dan meminum anggur. Lalu ia
mendengar berita yang samar
tentang kelahiran seseorang anak tanpa ayah; seorang anak
yang dikatakan ia mampu berbicara
saat masih di buaian, lalu ia menyampaikan
pembicaraan yang menjurus pada
ancaman terhadap kekuasaan Romawi. Kemudian
bergetarlah kursi yang ada di
bawah tubuh Heradus. Ia memerintahkan untuk diadakan
suatu pertemuan mendadak yang
dihadiri oleh para pengawalnya dan para mata-matanya.
Pertemuan itu pun terlaksana.
Heradus duduk dengan wajahnya yang hitam mengkilat,
lalu ia memutarkan pandangannya
ke arah mata-matanya dan bertanya: "Bagaimana
berita anak kecil yang berbicara
di buaiannya?"
Salah seorang kepala mata-mata
berkata: "Tampak bahwa masalahnya tidak benar. Kami
telah mendengar isu-isu sekitar
anak kecil yang mereka katakan bahwa ia membuat
mukjizat dengan berbicara saat ia
masih belia. Lalu saya mengutus anak buahku untuk
mencari kebenaran berita itu, tetapi
mereka tidak menemukannya. Jelas bagi kami, bahwa
berita itu
dilebih-lebihkan." Kemudian salah satu anggota mata-mata raja berkata:
"Aku
telah mendapatkan bukti yang
terpercaya bahwa tiga orang dari orang-orang Majusi
datang di balik suatu bintang yang
mereka lihat menyala di suatu langit dan bintang
tersebut mengisyaratkan kelahiran
anak kecil yang membawa mukjizat, yaitu anak kecil
yang akan menyelamatkan
kaumnya." Hakim berkata: "Bagaimana ia dapat
menyelamatkan kaumnya dan kaum
siapa yang diselamatkannya?" Salah seorang matamata
berkata: "Anak buahku tidak
mengetahuinya karena orang-orang pandai dari Majusi
itu pergi dan tak seorang pun
menemukan mereka."
Hakim berkata: "Bagaimana
mereka dapat pergi dan bersembunyi lalu bagaimana cerita
anak kecil ini? Apakah di sana
ada persekongkolan untuk menentang Romawi?" Hakim
melompat dari tempat duduknya
ketika ia menyebut Romawi, dan ia mulai berbicara
dengan keadaan emosi: "Aku
menginginkan kepala tiga orang yang cerdik itu dan aku
juga menginginkan kepala anak
kecil itu. Dan aku menginginkan informasi yang lengkap.
Sungguh masalah ini semakin samar
hai orang-orang yang bodoh." Lalu kepala matamata
berkata: "Barangkali ini
hanya mimpi yang dibayangkan orang-orang Yahudi
bahwa mereka melihatnya."
Hakim berkata: "Sungguh kepala-kepala kalian semua akan
terbang lebih cepat dari merpati
jika kalian tidak mendatangkan cerita secara lengkap
tentang anak ini. Kebingungan dan
kekacauan apa yang aku rasakan! Pergilah kalian dari
sini."
Anak buah Heradus dan para mata-mata
pergi, sedangkan ia masih duduk memikirkan
masalah tersebut. Tampaknya
masalah itu sangat menggelisahkannya. Ia tidak peduli
dengan kedatangan agama baru
kepada manusia tetapi yang dipikirkannya adalah
kekuasaan Romawi yang ia menjadi
simbolnya. Kemudian Heradus menetapkan untuk
memanggil pemuka orang Yahudi dan
bertanya kepadanya tentang masalah ini. Para
pengawalnya yang khusus memanggil
orang Yahudi itu. Tidak beberapa lama orang
Yahudi itu ada di depan hakim.
Heradus berkata: "Aku ingin berbicara kepadamu tentang
suatu masalah yang sangat
menggelisahkanku." Pendeta Yahudi itu berkata: "Aku ingin
mengabdi kepadamu."
Heradus berkata: "Aku
mendengar berita-berita yang saling berlawanan tentang anak
kecil yang bisa berbicara di masa
buaiannya dan ia mengatakan bahwa ia akan
menyelamatkan kaumnya. Maka
bagaimana berita yang sebenarnya tentang itu?" Pendeta
itu berkata—dan ia merasa bahwa pertanyaan itu
sepertinya berupa jebakan yang tidak
diketahuinya secara pasti:
"Apakah tuan yang mulia peduli dengan agama Yahudi?"
Heradus berkata dalam keadaan
emosi: "Aku tidak peduli sedikit pun selain kekuasaan
Romawi. Jawablah pertanyaanku
wahai pendeta." Pendeta Yahudi itu telah melihat Isa
berbicara di buaiannya. Ia
memahami bahwa seandainya ia mengatakan itu, maka ia akan
mendapatkan penderitaan pada
dirinya, maka ia lebih memilih sedikit berbohong. Ia
berkata kepada Heradus bahwa ia
mendengar cerita itu tetapi ia meragukannya.
Heradus berkata: "Apakah
benar agama kalian berbicara tentang kedatangan seorang
penyelamat bagi rakyat
kalian?" Pendeta berkata: "Ini benar wahai tuan yang mulai."
Heradus berkata: "Apakah
kalian mengetahui ini adalah persekongkolan menentang
keamanan kerajaan Romawi? Apakah
kalian menyadari ini adalah bentuk
pengkhianatan?" Pendeta
berkata: "Aku harap tuan membiarkan aku meluruskan suatu
pemikiran yang sederhana. Berita
tentang hal itu adalah berita yang kuno. Berita ini
diyakini ketika rakyat menjadi
tawanan di Bebel sejak ratusan tahun."
Heradus berkata: "Apakah
memang di sana ada yang membenarkan berita ini? Sekarang,
apakah kamu secara pribadi
membenarkannya? Apakah engkau melihat anak kecil itu
yang mereka katakan bahwa ia
dilahirkan tanpa seorang ayah?" Pendeta itu berkata:
"Apakah ada seorang yang
percaya wahai tuan yang mulia jika dikatakan ada seorang
anak yang lahir tanpa seorang
ayah. Ini adalah mimpi rakyat biasa."
Heradus berkata: "Tidak ada
sesuatu yang mengusir tidur dari mata seorang penguasa
selain mimpi-mimpi rakyat.
Pergilah wahai pendeta dan jika engkau mendengar beritaberita,
maka sampaikanlah kepadaku
sebelum engkau sampaikan kepada istrimu." Belum
lama pendeta itu pergi sehingga
Heradus berpikir, bagaimana seandainya pendeta itu
berbohong. Ia menangkap benang
kebohongan pada kedua matanya. Ia mengetahui
kebohongan ini karena ia sendiri
sangat pandai berbohong. Kemudian bagaimana cerita
tiga orang cerdik yang mereka
mengikuti bintang? Apakah di sana terdapat
persekongkolan menentang Romawi
yang tidak diketahuinya?
Heradus berteriak di
tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan mereka untuk
menangkap semua orang yang
mendengar cerita ini atau ia akan melihat akibatnya. Mulamula
dia memerintahkan untuk mencari
gadis perawan yang melahirkan anak itu dan
membunuh setiap anak yang lahir
di saat itu. Sementara itu, Maryam keluar dari Palestina
menuju ke Mesir. Sebelumnya, pada
suatu malam, datanglah kepadanya seseorang yang
belum pernah dilihatnya dan orang
itu menyampaikan salam kepadanya serta
menyerukannya dan sambil berkata:
"Bawalah anakmu wahai Maryam dan keluarlah
menuju Mesir." Dengan nada
ketakutan Maryam bertanya, "Mengapa? Bagaimana aku
keluar menuju ke Mesir; dan
bagaimana aku bisa mengenali jalan?" Orang asing itu
menjawab, "Keluarlah engkau
niscaya Allah SWT akan melindungimu. Sesungguhnya
Hakim Romawi mencari anakmu dan
ingin membunuhmu."
Maryam bertanya: "Kapan aku
keluar?" Orang asing itu menjawab: "Sekarang juga.
Janganlah engkau khawatir sedikit
pun karena engkau keluar bersama seorang Nabi yang
mulia. Semua nabi diusir oleh
kaumnya dari negeri mereka dan rumah mereka.
Demikianlah hukum kehidupan.
Kejahatan selalu berusaha untuk menyingkirkan
kebaikan tetapi pada akhirnya,
kebaikan akan kembali menduduki singgasananya.
Keluarlah wahai Maryam."
Akhirnya, Maryam pun pergi menuju ke Mesir. Maryam
melalui gurun Saina' bersama
suatu kafilah yang menuju Mesir. Maryam berjalan
membawa Isa di jalan yang sama
yang pernah dilalui Nabi Musa di mana ditampakkan
kepada Nabi Musa api yang suci
dan beliau dipanggil dari sisi thur al-Aiman. Setelah
melalui perjalanan yang jauh dan
melelahkan, Maryam sampai di Mesir. Mesir yang
dipenuhi dengan kebaikan,
kemuliaan, kebudavaan klasik serta cuacanya yang stabil
mempakan tempat yang terbaik
untuk pertumbuhan Isa as.
Al-Masih tumbuh dan berkembang
serta menjalani masa kecilnya di Mesir. Kemudian
datanglah kepada Maryam orang
asing yang telah memerintahkannya untuk
meninggalkan Palestina. Kali ini,
ia memerintahkannya untuk kembali ke Palestina.
Orang asing itu berkata
kepadanya: "Raja yang lalim telah mati, maka kembalilah
bersama anakmu wahai Maryam.
Telah datang kesempatan emas bagi Isa untuk
menduduki singgasananya. Isa akan
menjadi penyayang orang-orang fakir dan orangorang
yang benar. Kembalilah wahai
Maryam." Maryam pun kembali. Dalam perjalanan
Maryam melalui banyak mata air di
sungai Jordania.
Isa pun tumbuh menjadi dewasa dan
mencapai masa mudanya. Isa keluar dari rumahnya
dan menuju tempat penyembahan
kaum Yahudi. Saat itu bertepatan dengan hari Sabtu.
Di sana tidak ada satu rumah pun
dari rumah kaum Yahudi yang dapat menyalakan api
atau memadamkannya pada hari
Sabtu, atau mengambil buah di hari itu. Dilarang bagi
seorang wanita untuk membikin
adonan roti atau seseorang anak kecil mencuci
anjingnya. Nabi Musa telah
memerintahkan untuk menghormati hari Sabtu dan hanya
mengkhususkanya untuk beribadah
kepada Allah SWT.
Terdapat hikmah di balik
penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu menjadi hari yang
sangat disucikan di kalangan
orang-orang Yahudi. Mereka melaksanakannya dengan
berbagai macam tradisi dan mereka
mencurahkan segala konsentrasi mereka untuk
menjaga hari Sabtu dan tidak
meremehkannya. Sebab, mereka meyakini bahwa hari
Sabtu adalah hari yang dijaga
dari langit sebelum Allah menciptakan manusia
sebagaimana mereka percaya bahwa
Bani Israil telah diberikan pilihan kepada satu jalur
saja, yaitu menjaga hari Sabtu.
Mereka bangga karena mereka dapat menjaganya
meskipun hal itu menyebabkan
mereka kalah di kancah peperangan atau mereka tertawan
di tangan musuh. Bahkan saking
ketatnya mereka mempertahankan kehormatan hari
Sabtu sampai-sampai mereka
menambah-nambahi berbagai macam larangan di hari
Sabtu. Majelis kaum Yahudi
menetapkan ratusan larangan yang tidak boleh dilakukan di
hari Sabtu, seseorang dilarang
untuk memakai gigi palsu di hari Sabtu. Seorang yang
sakit dilarang untuk memakai
perban atau memakai minyak di tempat yang sakit pada
hari Sabtu atau memanggil dokter.
Dilarang pula di hari Sabtu untuk menulis dua huruf
abjad; dilarang juga untuk
mempertahankan diri pada hari Sabtu; dilarang untuk panen
dan belajar di hari Sabtu.
Kemudian, bepergian di hari Sabtu diharuskan untuk tidak lebih
dari dua ribu yard. Dilarang juga
dihari Sabtu untuk membawa sesuatu ke luar rumah.
Jadi, banyaknya syariat, hukum
serta larangan-larangan biasanya diikuti dengan
banyaknya keburukan atau paling
tidak membantu terciptanya keburukan. Setiap timbul
suatu larangan, maka timbul
bersamanya cara untuk menghindar darinya. Demikianlah,
kehidupan kaum Yahudi dipenuhi
dengan kemunafikan yang luar biasa di mana secara
lahiriah mereka menampakkan
penghormatan terhadap hari Sabtu, tetapi secara batiniah
mereka berusaha menodai
kehormatan dengan berbagai macam cara.
Meskipun kelompok Farisiun
bertanggung jawab terhadap tugas pelaksanaan syariat dan
mengawasinya dengan banyak
mendapatkan jarninan-jaminan, maka kita akan melihat
bahwa mereka siap untuk
menciptakan berbagai rekayasa dan tipu daya yang
memungkinkan mereka untuk
menghindar dari hukum-hukum syariat di saat yang tepat.
Saat yang tepat adalah saat di
mana syariat-syariat tersebut bertentangan dengan
kepentingan pribadi mereka atau
dapat menjadi penghalang bagi mereka untuk
mendapatkan mata pencaharian yang
haram yang sudah siap masuk pada kantong
mereka. Misalnya, terdapat kaidah
syariat yang menetapkan perjalanan pada hari Sabtu
tidak boleh melebihi dua ribu
yard. Namun orang-orang Farisiun mengadakan walimah di
mana mereka mengundang
orang-orang untuk menghadiri acara tersebut pada hari Sabtu,
padahal tempat diadakannya acara
itu berjarak lebih dari dua ribu yard dari rumah
mereka. Lalu, bagaimana mereka
dapat melaksanakan hal tersebut? Sangat mudah sekali.
Mereka meletakkan pada sore hari
Sabtu sebagian makanan yang berjarak dua ribu yard
dari rumah mereka lalu setelah
itu mereka mendirikan suatu tempat tinggal di mana
mereka dapat berjalan setelahnya
dan menempuh dua ribu yard yang lain. Dari sini
mereka dapat menambah jarak yang
mereka inginkan. Begitu juga agar mereka
menghindar dari larangan membawa
sesuatu ke luar rumah pada hari Sabtu, maka mereka
membuat tipu daya yang lain. Yaitu
mereka mendirikan gerbang-gerbang pintu dan
jendela di berbagai jalan
sehingga seluruh kota seperti rumah besar yang dimungkinkan
bagi mereka untuk membawa segala
sesuatu dan bergerak di dalamnya.
Contoh lain yang menunjukan
bagaimana orang-orang Yahudi mempermainkan syariat
sedangkan mereka mengklaim
menjaganya adalah, bahwa syariat Musa menetapkan agar
seorang anak menginfaki kedua
orang tuanya saat mereka menginjak usia tua dan
membutuhkannya. Tetapi kaum
Farisiun memberikan kesempatan kepada anak-anak
untuk lari dan menghindar dari
tanggung jawab ini dengan suatu tipu daya yang
sederhana. Ketika seorang anak
dituntut oleh kedua orang tuanya untuk memberi nafkah,
maka ia pergi ke para pendeta dan
bersepakat kepada mereka untuk mewakafkan semua
hartanya dan kekayaannya kepada haikal,
yaitu tempat sembahan kaum Yahudi. Saat itu
kedua orang tuanya tidak mampu
mengambil sesuatu pun darinya. Ketika mereka berdua
telah putus asa dan tidak lagi
menuntut padanya untuk memberi nafkah, maka semua
harta kekayaannya akan
dikembalikan kepadanya oleh para pendeta, dengan catatan
hendaklah ia memberikan bagian
tertentu dari hartanya kepada para pendeta itu.
Demikianlah yang terdapat dalam
Injil Mata.
Di tengah-tengah suasana
kebodohan pemikiran yang luar biasa ini, juga terdapat sikap
keras kepala dan kejumudan
berpikir yang mengelilingi kaum Yahudi. Terdapat tujuh
tingkat kesucian dan dua puluh
enam salat yang harus mereka lakukan saat mereka
membasuh tangan sebelum memakan
makanan, namun mereka menganggap bahwa
meniadakan pembacaan salat-salat
sebagai bentuk pembunuhan terhadap jiwa dengan
cara bunuh diri dan tercegah dari
kehidupan abadi. Demikianlah kekerasan sikap
masyarakat Yahudi yang
menunjukkan bahwa moral mereka telah rusak dan dipenuhi
dengan kemunafikan yang tiada
taranya.
Sementara itu, Isa berjalan
menuju tempat beribadah. Orang-orang berjalan di
sekelilingnya. Mereka tampak
membanggakan pakaian-pakaian yang berwarna dan
berharga sedangkan Isa berjalan
dengan memakai baju putih dan menampakkan
kezuhudannya. Rambut Isa tampak
lembut yang mencapai kedua bahunya dan tampak ia
basah terkena air awan yang
menurunkan gerimis. Kemudian kedua kakinya berjalan di
atas tanah sehingga tanah itu
dipenuhi dengan bau harum yang tidak diketahui
sumbernya. Baju yang dipakai oleh
Isa terbuat dari bulu domba yang sangat sederhana
dan kasar. Meskipun hari itu hari
Sabtu, Isa memetik buah di suatu kebun dan mengambil
dua buah yang beliau berikan
kepada anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan semacam
ini menurut kepercayaan Yahudi
dianggap sebagai tindakan yang menentang agama
Yahudi.
Isa mengetahui bahwa menjalankan
agama yang hakiki bukan terletak pada ketaatan
eksternal sementara hati jauh
dari sikap rendah diri. Oleh karena itu, Isa mencabut buah
dan memberikan makan kepada
manusia pada hari Sabtu. Beliau menyalakan api untuk
wanita-wanita tua sehingga mereka
tidak mati kedinginan.
Isa sering mengunjungi tempat
sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di dalamnya dan
mengamati para pendeta dan
manusia yang hilir mudik di sekitarnya. Sesampainya Isa di
tempat sembahan, ia berdiri di
dalamnya. Isa mengamat-amati apa yang ada di dalamnya.
Dinding-dinding tempat beribadah
itu terbuat dari kayu gahru yang memiliki bau yang
harum. Di samping itu, terdapat
kelambu-kelambu yang terbuat dari kain-kain yang
mengagumkan yang dicampur dengan
emas. Juga terdapat lampu-lampu yang terulur dari
atap dan juga ada lilin-lilin
yang memenuhi ruangan dengan cahaya. Meskipun demikian,
kegelapan menyelimuti hati
orang-orang yang ada di situ.
Nabi Isa berdiri cukup lama di
tempat penyembahan itu. Setiap kali ia memutarkan
wajahnya, ia mendapati para
pendeta di sana. Terdapat dua puluh ribu pendeta. Namanama
mereka tercatat dalam haikal. Mereka
adalah kaum Waliyun yang memakai sakusaku
yang besar yang di dalamnya ada
kitab-kitab syariat. Sedangkan kaum Farisiun,
mereka memakai pakaian yang lebar
yang sisi-sisinya tertenun dengan emas. Mereka
adalah pembantu haikal yang
resmi dengan memakai baju-baju mereka yang putih.
Adapun kaum Shaduqiyun adalah
kelompok para pendeta aristokrat yang bersekutu
dengan penguasa di mana mereka
memperoleh kekayaan melalui persekutuan ini. Nabi
Isa memperhatikan bahwa jumlah
pengunjung haikalita lebih sedikit daripada jumlah
para pendeta dan para tokoh
agama. Tempat penyembahan itu dipenuhi dengan kambing
dan merpati yang dibeli oleh para
pengunjung tempat penyembahan itu. Mereka
menyerahkannya sebagai kurban
kepada Allah. Yaitu kurban yang disembelih di dalam
tempat persembahan di atas tempat
penyembelihan. Alhasil setiap langkah yang
diayunkan oleh para pejalan di
tempat penyembahan itu akan menghasilkan uang.
Di tempat penyembahan Yahudi
itulah tersingkap hakikat kehidupan kaum Yahudi. Nilai
satu-satunya yang disembah oleh
manusia di zaman itu adalah uang. Jadi, kemewahan
materi atau kekayaan adalah nilai
satu-satunya yang karenanya manusia akan bergulat
satu sama lain. Dalam hal itu,
tidak ada perbedaan antara tokoh-tokoh pembawa ajaran
syariat dengan manusia-manusia
biasa. Kaum Shaduqiyun dan kaum Farisiun bekerja
sama di antara mereka di dalam haikal
itu seakan-akan mereka di dalam suatu pasar di
mana mereka memanfaatkannya untuk
diri mereka dengan terus mencari kurban-kurban
di dalamnya. Seringkali kaum
Shaduqiyun dan Farisiun berseteru dalam persoalan syariat
dan hukum. Demikian juga, mereka
berseteru dalam menentukan kurban yang harus
mereka raih di haikal itu.
Kaum Farisiun berpendapat bahwa hewan-hewan kurban itu
harus dibeli dari harta haikal
sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap bahwa harta dari
haikal adalah hak
mereka. Oleh karena itu, mereka menganggap bahwa hewan kurban itu
harus dibeli dengan jumlah
tersendiri. Begitu juga kaum Farisiun mewajibkan untuk
membakar hewan yang disembelih di
atas tempat penyembahan, sedangkan kaum
Shaduqiyun mereka mengambil hewan
sembelihan ini untuk diri mereka sendiri.
Di dalam Talmud disebutkan bahwa
kaum Shaduqiyun menjual merpati di toko-toko
mereka yang mereka miliki. Mereka
sengaja memperbanyak kesempatan-kesempatan
yang diharuskan di dalamnya untuk
mengorbankan burung-burung merpati sehingga
harga seekor burung merpati saja
mencapai beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu
tokoh Farisiun yaitu Sam'an bin
Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya mengurangi
kesempatan-kesempatan yang
diharuskan di dalamnya seseorang menyerahkan merpati
sebagai kurban. Setelah itu,
harga burung cuma mencapai seperempat Dinar. Pergulatan
antara kedua kelompok itu
mendatangkan pukulan berat bagi pemilik toko yang
menyimpan burung merpati terutama
anak-anak dari kepala pendeta.
Nabi Isa memperhatikan apa yang
terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa melihat kaum fakir
yang tidak mampu membeli hewan
kurban sehingga mereka tidak mampu berkurban;
Nabi Isa melihatbagaimana para
pendeta memperlakukan mereka dan memangsa mereka
seperti serigala yang buas. Nabi
Isa berpikir di dalam dirinya, mengapa binatang-binatang
itu mereka bakar lalu dagingnya
menjadi asap di udara, padahal di sana terdapat ribuan
kaum fakir yang mati kelaparan?
Mengapa mereka mengira bahwa Allah SWT ridha
ketika tempat penyembelihan
dilumuri dengan darah, lalu hewan kurban itu dibawa ke
rumah-rumah para pendeta dan
toko-toko mereka untuk dijual? Mengapa orang-orang
fakir banyak berhutang dan
mengeluarkan banyak uang untuk membeli binatang-binatang
kurban? Mengapa binatang-binatang
kurban itu harus dimiliki dan hanya dirawat oleh
para pendeta lalu apa yang mereka
lakukan dengan uang-uang ini? Lalu, di manakah
tempat orang-orang fakir di haikal
itu? Bukankah hal yang aneh ketika seseorang
memasuki rumah dengan keharusan
membawa uang?
Nabi Isa pergi dari tempat
penyembahan itu dan ia meninggalkan kota menuju gunung.
Dada Nabi Isa dipenuhi dengan
kecemburuan yang suci terhadap yang Maha Benar.
Wajahnya tampak semakin pucat
ketika melihat berbagai macam kejahatan memenuhi
dunia. Nabi Isa berdiri di atas
sebuah bukit dan beliau mulai melakukan salat. Tetesantetesan
air mata mulai berlinang dari
pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi Isa mulai merenung
dan menangis. Di sana terdapat
bunga yang nyaris mati karena kehausan lalu ketika ia
mendapatkan tetesan air mata
al-Masih, maka bunga itu mekar kembali dan mendapatkan
kehidupan. Tetesan air mata
al-Masih menyelamatkannya, sebagaimana beliau akan
menyelamatkan manusia dengan
dakwahnya. Di malam yang penuh berkah ini pula, dua
orang Nabi yang mulia meninggalkan
bumi, yaitu Nabi Yahya dan Nabi Zakaria. Kedua
Nabi itu dibunuh oleh penguasa.
Sejak kepergian mereka berdua, bumi kehilangan
banyak dari kebaikan. Pada malam
itu juga, turunlah wahyu kepada Isa bin Maryam.
Allah SWT memutuskan perintah-Nya
agar ia memulai dakwahnya.
Nabi Isa menutup lembaran halus
dari kehidupannya yaitu lembaran yang penuh dengan
tafakur dan ibadah. Beliau
memulai perjalanannya yang berat dan penuh tantangan serta
penderitaan: beliau mulai
berdakwah di jalan Allah SWT; beliau mulai membangun
kerajaan yang tegak berdasarkan
kerendahan hati dan cinta. Kerajaan yang penguasanya
bertujuan untuk membebaskan dan
menyucikan ruh. Kerajaan yang memancarkan sikap
rendah diri dan cinta. Nabi Isa
ingin menyelamatkan ruhani. Ajaran Nabi Isa berdasarkan
keimanan terhadap hari kiamat dan
kebangkitan. Nilai-nilai dan pemikiran tersebut tidak
ditemukan dalam kehi-dupan
orang-orang Yahudi.
Syariat Musa menetapkan
pemberlakuan hukum qisas: barangsiapa yang memukulmu di
pipi sebelah kananmu, maka pukullah
pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah orangorang
Yahudi menerapkan hukum qisas
tersebut? Jika yang dipukul mampu untuk
menghancurkan rumah orang yang
memukul, maka ia tidak perlu merasa puas hanya
sekadar memukul pipi sebelah
kanannya, namum jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia
memukul pipi sebelah kanannya.
Namun boleh jadi hatinya dipenuhi dengan dendam
karena ia tidak dapat
menghancurkan rumahnya.
Jadi, kebencian adalah pelabuhan
tempat bersinggahnya syariat Musa. Meskipun beliau
adalah seorang Nabi yang
merupakan cermin cinta Ilahi yang besar namun syariatnya
kini berada di bawah kekuasaan
hati-hati yang mati, yaitu hati-hati yang penuh dengan
dendam dan kebencian. Lalu, apa
yang dilakukan Nabi Isa terhadap semua ini? Allah
SWT telah mengutusnya dan
memperkuat Taurat yang dibawa oleh Musa sebagaimana
Allah SWT menurunkannya kepada
Musa. Jadi, seorang nabi tidak menghancurkan tugas
nabi sebelumnya. Para nabi
bagaikan satu mata rantai yang tujuannya adalah satu, yaitu
menciptakan kesucian dan mempertahankan
kebenaran serta mengesakan Allah SWT.
Kemudian apa yang dilakukan Nabi
Isa terhadap syariat qisas cersebut? Yang jelas,
tindakan yang dilakukkan oleh
Nabi Isa murni dari ilham yang didapatnya dari Allah
SWT. Nabi Isa mengem-balikan kaum
kepada tujuan asli dari syariat. Nabi Isa
mengembalikan mereka kepada
hikmah syariat yang asli. Nabi Isa mengembalikan
mereka kepada cinta. Nabi Isa
tidak mengatakan sesuatu pun kepada orang yang
memukul pipi sebelah kanannya.
Nabi Isa tidak berusaha untuk memukul pipi sebelah
kanannya. Al-Masih justru akan
membalikkan pipi sebelah kirinya. Inilah syariat Nabi
Isa yang tidak berbeda sedikit
pun dengan syariat Nabi Musa. Ia merupakan kedalaman
yang mengagumkan dari kedalaman
syariat Nabi Musa. Nabi Isa ingin menetapkan
kepada kaum di sekelilinginya
tentang sesuatu yang penting. Nabi Isa ingin memberitahu
mereka bahwa syariat bukan
mengajari kalian untuk meletakkan dendam pada diri kalian
lalu kalian memukul lawan kalian.
Syariat yang hakiki adalah, hendaklah kalian menebar
kasih sayang, pemaaf, dan cinta.
Terdapat banyak binatang-binatang
buas di hutan. Binatang-binatang itu mencintai diri
mereka sendiri. Mereka bermusuhan
dan saling membunuh demi makanan dan minuman.
Mereka memberikan makan kepada
anak-anaknya. Perbedaan antara manu-sia dan
binatang adalah perbedaan pada
tingkat cinta. Hewan tidak akan mampu melampui
derajat cintanya kepada makhluk
yang lain. Atau dengan kata lain, hewan tidak dapat
membagi cintanya kepada jenis
yang lain. Sedangkan manusia mampu melakukan hal itu.
Di situlah manusia mampu dapat
mencapai kemuliaannya dan kemanusiaannya. Al-
Masih memberitahu kaumnya bahwa
manusia tidak akan menjadi manusia sempurna
kecuali setelah ia mencintai
orang lain sebagaimana ia mendntai dirinya sendiri.
"Aku mendengar bahwa
dikatakan, hendaklah engkau mencintai orang yang dekat
denganmu dan membenci musuhmu,
sedangkan aku berkata kepada kalian, cintailah
musuh kalian dan doakanlah orang
yang melaknati kalian. Berbuat baiklah kepada
pembenci kalian dan salatlah
untuk orang-orang berbuat buruk kepada kalian." (Injil
Mata).
Dakwah Nabi Isa datang dan
menghapus syariat Nabi Musa dalam bentuk eksternal. Jika
kita berusaha membandingkan dua
syariat tersebut dalam bentuk yang sederhana, maka
pada hakikat-nya dakwah Nabi Isa
bertujuan untuk menghapus bid'ah yang dilakukan
oleh kaum Farisiun dan Shaduqiun
terhadap syariat Nabi Musa dan menunjukkan hakikat
syariat ini dan tujuan-tujuannya
yang tinggi. Di tengah-tengah masa materialisme yang
sangat luar biasa dan dunia
dipenuhi dengan penyembahan terhadap emas dan
tersebarnya berbagai macam
kejahatan, munculah dakwah al-Masih sebagai reaksi ideal
yang menunjukkan ketinggian dan
kesucian. Al-Masih mengetahui bahwa ia mengajak
manusia untuk menciptakan
perilaku ideal dalam kehidupan; Al-Masih menyadari bahwa
dakwahnya penuh dengan idealisme
tetapi idealisme ini sendiri pada saat yang sama
merupakan solusi satu-satunya
untuk mengobati kehidupan dari kesengsaraan dan
penyakit-penyakit menular;
Al-Masih mengetahui bahwa tidak semua manusia tidak
mampu untuk mencapai puncak yang
diisyaratkannya. Tetapi paling tidak, hendaklah
setiap orang berusaha sedikit
mendaki sehingga ia selamat.
Dakwah Nabi Isa terdiri dari
kesudan yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa bertujuan
untuk menyelamatkan ruh atau
dakwah yang dapat dianggap sebagai pedoman perilaku
individu, bukan suatu system
perincian-perincian tersebut dan hanya memfokuskan
kepada sumber utama, yaitu ruh.
Isa ingin raenghidupkan ruhani manusia dan
membimbingnya untuk mencapai cahaya
Sang Pencipta. Oleh karena itu, Isa datang
dengan didukung oleh ruhul
kudus. Ruhul kudus adalah Jibril. Kita tidak mengetahui
bagaimana Allah SWT memperkuat
Isa dengan Ruh Kudus: apakah Jibril menemaninya
dan menyertainya sepanjang
pengutusannya? Jibril turun kepada nabi untuk
menyampaikan risalah atau membawa
mukjizat atau justru mendatangkan hukuman atas
kaumnya, tetapi ia tidak bersama
mereka sepanjang waktu. Oleh karena itu, apakah
memang Jibril menemani Isa
sehingga beliau diangkat ke langit?
Hampir saja hati menjadi tenang
dengan tafsiran ini karena dalam kehidupan Nabi Isa
terdapat sisi-sisi malaikat di
mana beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa yang
berupa mukjizat-mukjizat. Bahkan
kemampuan beliau sampai pada batas menghidupkan
orang-orang mati dengan izin
Allah SWT. Begitu juga, beliau memiliki kemampuan yang
luar biasa di mana beliau dengan
hanya meniupkan pada suatu tanah, maka tanah itu
terbentuk menjadi burung dan ia
terbang dengan izin Allah SWT. Selain itu, Nabi Isa
sama sekali tidak mendekati
wanita sepanjang hidupnya sehingga beliau diangkat oleh
Allah SWT. Beliau tidak menikah.
Ini juga sifat malaikat di mana kita saksikan bahwa
sebagian para nabi yang diutus
oleh Allah SWT dan memiliki beberapa wanita bahkan
kitab-kitab Yahudi menyebutkan
bahwa jumlah istri-istri nabi mereka Sulaiman
misalnya, mencapai seribu wanita.
Isa hidup dalam keadaan tenggelam
dalam ibadah seperti anak dari bibinya, yaitu Yahya.
Jika Yahya khusuk beribadah dan
tinggal di gunung dan gurun bahkan dia menginap di
gua, maka hal itu adalah hal yang
alami baginya, sedangkan Isa hidup justru di tengahtengah
masyarakat kota. Persoalannya
adalah, bukan hanya Isa tidak terkait hubungan
dengan seorang wanita dan bukan
hanya mukjizat-mukjizat yang diperolehnya yang luar
biasa yang berhubungan dengan
ruh, tetapi yang lebih dari itu adalah, bahwa beliau
didukung oleh ruhul kudus sepanjang
masa dakwahnya. Tentu itu adalah nikmat yang tak
seorang pun dari para nabi
sebelumnya diberi. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah),
ketika Allah mengatakan: 'Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku
kepadamu dan
kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan roh kudus. Kamu
dapat berbicara
dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan
(ingatlah) di
waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat, dan Injil, dan (ingatlah
pula) di waktu
kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan
izin-Ku,
kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang
sebenarnya)
dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang
buta sejak dalam
kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku,
dan (ingatlah)
di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup)
dengan
seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan
mereka membunuh
kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keteranganketerangan
yang nyata, lalu
orang-orang kafir di antara mereka berkata: 'Ini tidak lain
hanya sehir yang
nyata.' Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang
setia:
'Berimanlah kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka nienjawab: 'Kami telah
beiiman dan
saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang patuh
(kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut menyebutkan
lima mukjizat Nabi Isa. Pertama, bahwa beliau mampu
berbicara dengan manusia saat
beliau masih di buaian. Kedua, beliau diajari Taurat dan
Taurat yang diturunkan kepada
Nabi Musa telah tersembunyi dan telah mengalami
perubahan yang dilakukan oleh
orang-orang cerdik dari kaum Yahudi. Ketiga, beliau
membentuk tanah seperti burung
kemudian meniupkannya lalu tanah itu menjadi burung.
Keempat, beliau mampu
menghidupkan orang-orang yang mati. Kelima, beliau mampu
menyembuhkan orang yang buta dan
orang yang belang. Terdapat mukjizat yang keenam
yang disebutkan dalam Al-Qur'an
al-Karim:
"(Ingatlah),
ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putra Maryam, bersediakah
Tuhanmu
menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah
kepada Allah
jika betul-betul kamu orangyang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin
memakan hidangan
itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa
kamu telah
berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan
hidangan itu.' Isa putra Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah
kiranya kepada
kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari
raya bagi kami
yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah
kami, dan
menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah
Pemberi rezeki
Yang Paling Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan
menurunkan
hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun
hidangan) itu,
maka sesungguhnya Aku ahan menyiksanya dengan siksaan yang tidak
pernah Aku
timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah:
112-115)
Mukjizat yang keenam itu adalah
turunnya makanan dari langit karena permintaan
Hawariyin. Juga terdapat mukjizat
yang ketujuh yang terdapat surah Ali 'Imran yaitu
beliau diberi kemampuan melihat
hal-hal yang gaib melalui panca inderanya meskipun
beliau tidak menyaksikannya
secara langsung. Oleh karena itu, beliau memberitahu
kepada sahabat-sahabatnya dan
murid-muridnya apa yang mereka makan dan apa yang
mereka simpan di rumah-rumah
mereka:
"Dan aku
kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di
rumahmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran
kerasulanku)
bagimu, jika kamu benar-benar beriman. " (QS. Ali 'Imran:: 49)
Inilah mukjizat Nabi Isa yang
ketujuh yang didahului oleh mukjizat kelahirannya yang
sangat mengagumkan. Beliau lahir
tanpa seorang ayah, lalu diikuti mukjizat berikutnya di
mana beliau diangkat dari bumi ke
langit ketika penguasa yang lalim berusaha
menyalibnya. Barangkali pembaca
akan bertanya-tanya: mengapa mukjizat-mukjizat
seperti ini diperoleh oleh Nabi
Isa? Kita mengetahui bahwa mukjizat adalah hal yang luar
biasa yang Allah SWT berikan
kepada nabi-Nya. Tetapi pemberian itu menjadi sempuma
jika mukjizat itu disesuaikan
dengan keadaan zaman diutusnya nabi tersebut sehingga
mukjizat itu sangat berpengaruh
dalam jiwa kaum dan mampu menggoncangkan hati
mereka dan menjadikan mereka
berimana kepada pemilik mukjizat ini. Jadi, mukjizat
menjadi suatu hal yang luar
biasa. Oleh karena itu, Allah SWT berkehendak agar
mukjizat ini sesuai dengan zaman
diutusnya nabi tersebut.
Jadi, setiap mukjizat yang dibawa
oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi Saleh diutus di
tengah-tengah kaum yang melihat
bagaimana seekor unta yang melahirkan dari gunung
atau mampu membelah batu-batuan
gunung. Sedangkan Nabi Musa diutus di tengahtengah
kaum yang gemar memainkan sihir
sehingga sihir mendapat tempat istimewa.
Oleh karena itu, mukjizat yang
dibawa oleh Nabi Musa bentuk lahirnya seakan-akan
menyerupai sihir, tetapi pada
hakikatnya ia justru menjatuhkan sihir. Mukjizat itu berupa
tongkat yang menjadi ular dan
kemudian ular itu memakan tongkat-tongkat para tukang
sihir.
Lain halnya dengan Nabi Isa,
beliau diutus di tengah-tengah kaum materialis yang
mengingkari ruh dan hari
kebangkitan. Mereka menduga bahwa manusia hanya sekadar
tubuh tanpa ruh. Mereka adalah
kaum yang meyakini bahwa darah makhluk adalah
ruhnya atau jiwanya. Taurat yang
ada di tangan Yahudi menyebutkan bahwa tafsir an-
Nafst adalah darah. Disebutkan di
dalamnya: "Janganlah engkau memakan darah dari
tubuh manusia
karena jiwa setiap tubuh adalah darahnya. "
Nabi Isa diutus di tengah-tengah
kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah yang
dasarnya mengatakan bahwa
penciptaan alam memiliki sumber pertama, seperti sebab
dari akibat. Jadi, alam memiliki
wujud yang mendahuluinya. Di tengah-tengah masa yang
niaterialis ini, di mana ruh
diingkari, maka secara logis mukjizat Nabi Isa terkait dengan
usaha menunjukkan alam ruhani.
Demikianlah Isa dilahirkan tanpa seorang ayah.
Mukjizat ini cukup untuk
membungkam kaum yang mengatakan bahwa alam memiliki
sumber pertama. Jelas bahwa alam
tidak memiliki wujud yang mendahuluinya. Kita
berada di hadapan Sang Pencipta
yang mengadakan sistem bagi segala sesuatu dan
menjadikan sebab bagi segala
sesuatu. Dia menjadikan proses kelahiran anak berasal dari
hubungan laki-laki dan wanita,
tetapi Pencipta ini sendiri menciptakan sebab-sebab dan
sebab-sebab itu tunduk kepadanya
sedangkan Dia tidak tunduk kepada sebab-sebab itu.
Dengan kehendak-Nya yang bebas,
Dia mampu memerintahkan kelahiran anak tanpa
melalui ayah sehingga anak itu
lahir. Dan, kelahiran Isa pun terjadi tanpa seorang ayah.
Cukup ditiupkan ruh kepadanya:
"Lalu Kami
tiupkan ke dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan Kami jadikan dia dan
anaknya tanda
(kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. " (QS. al-Anbiya':
91)
Kelahiran Isa membawa mukjizat
yang luar biasa yang menegaskan dua hal: pertama,
kebebasan kehendak Ilahi dan
ketidak terkaitannya dengan sebab karena Dia adalah
Pencipta sebab-sebab, kedua
pentingnya ruh dan menjelaskan kedudukannya serta
nilainya di antara kaum yang
hanya mementingkan fisik sehingga mereka mengingkari
ruh. Seandainya kita mengamati
sebagian besar mukjizat Nabi Isa, maka kita akan
melihatnya dan mendukung
pandangan tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang
mampu membentuk tanah seperti
burung lalu beliau meniupkannya sehingga tanah itu
menjadi burung. Mukjizat ini pun
menguatkan adanya ruh. Semula ia berupa tanah yang
bersifat fisik yang tidak dapat
disifati dengan kehidupan tetapi ketika Nabi Isa
meniupnya, maka segenggam tanah
itu menjadi burung yang memiliki kehidupan,
Sungguh sesuatu yang bukan fisik
masuk ke dalamnya. Sesuatu itu adalah ruh. Ruh itu
masuk ke dalam tanah sehingga ia
menjadi burung. Jadi, ruh adalah nilai yang hakiki,
bukan jasad atau fisik. Di
samping itu, juga ada mukjizat menghidupkan orang-orang
yang mati. Bukankah ini juga
menunjukkan adanya ruh dan adanya hari akhir atau hari
kebangkitan. Orang yang mati
telah ditelan oleh bumi di mana anggota tubuhnya telah
hancur berantakan sehingga ia
hampir menjadi tulang-belulang yang hancur lalu al-Masih
memanggilnya dan tiba-tiba dia
hidup kembali dan bangkit dari kematiannya.
Seandainya orang yang mati hanya
berupa fisik sebagaimana dikatakan orang-orang
Yahudi, maka ia tidak akan mampu
bangkit dari kematiannya karena fisiknya telah
hancur tetapi mayit itu mampu
bangkit dari kematian. Jasadnya kembali hidup dan ia
bangkit dari kuburannya serta
berbicara. Jadi, ruh adalah nilai yang hakild. bukan fisik
atau jasad. Kalau begitu, di sana
terdapat hari kebangkitan dan hari kiamat. Hal ini
bukanlah mustahil sebagaimana
yang dikatakan orang-orang Yahudi, karena setelah
kematian jasad menjadi tanah yang
berterbangan di udara. Itu bukan mustahil tetapi
mungkin-mungkin saja. Dalil dari
hal itu adalah, kebangkitan orang-orang yang telah
mati di hadapan mata kepala
mereka sendiri. Nabi Isa telah menghidupkan mereka agar
kaumya vakin bahwa kiamat fisik
akan terjadi dari kematian dan itu adalah benar dan
bahwa hari akhir adalah benar.
Juga terdapat mukjizat yang lain,
yaitu beliau mampu memberi tahu kaumnya tentang apa
yang mereka simpan di rumah-rumah
mereka, tanpa terlebih dahulu beliau masuk ke
rumah mereka atau dapat bocoran
dari seseorang. Mukjizat ini menetapkan bahwa panca
indera bukanlah nilai yang
hakiki. Nabi Isa tidak melihat apa yang ada di rumah mereka
tetapi ruhnya mampu untuk melihat
dan berbicara atau memberitahu mereka. Jadi, ruhani
adalah nilai yang hakiki, bukan
fisik. Demikianlah mukjizat-mukjizat Isa datang untuk
memberitahukan pentingnya ruh dan
kebebasan kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat Nabi
Isa—sebagaimana
dikatakan oleh guru kami Muhammad Abu Zahra'—termasuk
dari
jenis propagandanya dan sesuai
dengan tujuan risalahnya, yaitu dakwah untuk mendidik
ruhani dan keimanan kepada hari
kebangkitan dan hari kemudian, dan di sana ada
kehidupan lain di mana seseorang
yang berbuat baik akan dibalas kebaikannya dan orang
yang berbuat buruk akan dibalas
keburukannya.
Lalu, apakah mukjizat
menghidupkan orang-orang yang mati masih memberikan celah
kepada para pengingkar akhirat
untuk terus mengingkarinya atau memberikan ruangan
kepada penentang hari kebangkitan
untuk meneruskan penentangannya? Kami telah
mengatakan bahwa orang-orang
Yahudi telah diracuni dengan pikiran ketidakpercayaan
atau penentangan pada hari
akhirat serta tidak beriman kepada hari akhir, maka
menghidupkan orang-orang yang
mati yang dibawa atau dikuasai oleh Isa menjadi suatu
pukulan telak bagi mereka yang
membuat mereka beriman, tetapi mereka masih
menentang tanda-tanda kebesaran
Allah.
Nabi Isa menutup lembaran
kehidupannya yang lembut dan dan ia mulai berdakwah di
jalan Allah. Beliau didukung oleh
ruhul kudus dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Al-
Qur'an al-Karim menceritakan
kepada kita bahwa esensi dakwah al-Masih tidak banyak
berubah dari esensi dakwah para
nabi sebelumnya, yaitu menyuarakan Islam yang intinya
adalah menebarkan tauhid yang
sempurna hanya serta menyerahkan diri kepada Allah:
"Sembahlah
Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian."
Al-Qur'an memberitahu kita bahwa
yang mengatakan kalimat tersebut adalah Isa.
Kalimat tersebut adalah kalimat
yang sama yang pernah disampaikan seluruh nabi,
meskipun nama mereka, sifat
mereka, mukjizat mereka, baju mereka, bahasa mereka,
usia mereka, bentuk mereka, dan
warna kulit mereka tidak sama. Mereka semua
bersepakat untuk menyuarakan
Islam dan hanya menyerahkan diri kepada Allah SWT
serta beriman bahwa Allah SWT
adalah Tuhan mereka dan Tuhan alam semesta. Tiada
sekutu bagi-Nya dan tiada yang
setara dengan-Nya. Dia Maha Esa yang tidak beranak
dan tidak diperanakkan dan tiada
sesuatu pun yang menyerupai-Nya.
Isa tidak mengatakan persoalan
tauhid lebih banyak atau lebih sedikit dari apa yang
pemah disampaikan oleh para nabi.
Al-Qur'an datang kira-kira setelah lima ratus tahun
dari pengangkatan Nabi Isa. Allah
SWT, melalui ilmu-Nya yang azali mengetahui apa
yang terjadi di tengah-tengah
kaum Masehi di mana mereka berselisih tentang hakikat
Isa. Oleh karena itu, Al-Qur'an
al-Karim berusaha menyingkap dialog mereka yang
belum terjadi. Allah SWT
berfirman:
"Dan
(ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu
mengatakan
kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'
Isa menjawab:
'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan
hakku
(mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah
mengetahuinya.
Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui
apa yang ada
pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
gaib. Aku tidak
pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan
kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu,' dan
aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka.
Maka setelah
Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau
adalah Maha
Menyaksikan atas segala sesuatu.'" (QS. al-Maidah: 116-117)
Al-Qur'an secara tegas mengatakan
bahwa dakwah al-Masih adalah dakwah tauhid. Al-
Qur'an ingin mengatakan bahwa
al-Masih terlepas dari segala tuduhan yang dialamatkan
kepadanya, yaitu tuduhan bahwa ia
anak Tuhan atau ia justru tuhan itu sendiri. "Aku tidak
pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku
(mengatakannya)
yaitu: 'Sembahluh Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu."
Nabi Isa pergi berdakwah di jalan
Allah SMT. Inti dakwahnya adalah, bahwa tidak ada
perantara antara Pencipta dan
makhluk; tidak ada perantara antara seorang penyembah
dan yang disembah. Allah SWT
menurunkan kitab Injil kepada Nabi Isa. Ia adalah kitab
suci yang datang untuk
membenarkan Taurat dan berusaha menghidupkan syariatnya
yang pertama. Injil adalah
cahaya, petunjuk, dan peringatan bagi orang-orang yang
bertakwa. Nabi Isa ingin
meluruskan tafsiran orang-orang Yahudi terhadap syariat di
mana mereka menyampaikan tafsir
dari syariat itu secara harfiah dan sesuai dengan
kepentingan mereka. Nabi Isa
menenangkan orang-orang yang yang menjaga syariat
bahwa ia tidak datang untuk
menghilangkan syariat, tetapi ia datang untuk
menyempurnakannya dan
menyelesaikan tugas para nabi. Namun Isa lebih menekankan
pada penafsiran esensinya, bukan
kepada bentuk lahiriahnya.
Nabi Isa memberi pengertian
kepada orang-orang Yahudi bahwa sepuluh wasiat yang
dibawa oleh Isa mengandung
makna-makna yang lebih dalam dari apa yang mereka
bayangkan. Wasiat yang keenam
bukan hanya melarang pembunuhan materi,
sebagaimana yang mereka pahami
tetapi juga menyangkut penindasan dan usaha
rnencelakakan orang lain.
Sedangkan wasiat yang ketujuh bukan hanya melarang zina
(dalam pengertian terjadinya
hubungan antara laki-laki dengan perempuan melalui caracara
yang tidak sah), tetapi zina
berarti segala bentuk perbuatan yang menjurus kepada
dosa. Misalnya, ketika mata
diarahkan kepada lawan jenis disertai syahwat dan hasrat
seksual, maka itu pun berarti
zina. Nabi Isa berkata: "Sesungguhnya lebih baik bagi
manusia untuk menghindarkan
matanya dari sesuatu yang dapat menghancurkannya
daripada ia harus hancur dengan
mata itu sendiri. Syariat yang dibawa oleh Isa melarang
untuk melanggar sumpah dan janji
Nabi Isa memberi pengertian kepada kaumnya bahwa
hendaklah mereka tidak melakukan
sumpah palsu karena merupakan "kesalahan besar
jika nama Allah dibuat main-main
di atas mulut-mulut manusia." (Injil Mata 21 sampai
48).
Dakwah Nabi Isa juga berbenturan
dengan arus materialisme yang sangat mendominasi
masyarakat saat itu. Oleh karena
itu, beliau mengingatkan manusia dari perbuatan
munaflk, pamrih, tamak, dan gila
pujian. Begitu juga beliau mengingatkan mereka dari
sifat rakus terhadap kekayaan
dunia; beliau mengingatkan agar jangan sampai mereka
menimbun harta di dunia. Yakni,
hendak lah mereka tidak memfokuskan perhatian
mereka pada urusan-urusan duniawi
semata yang sifatnya tidak abadi. Tetapi hendaklah
rnereka memfokuskan perhatian
mereka pada hal-hal yang bersifat samawi (ukhrawi)
karena itu bersifat abadi.
Nabi Isa memberitahu kepada
masyarakatnya agar mereka menjadi orang-orang yang
teliti saat memilih gaya hidup
mereka karena pada gilirannya akal mereka akan menjadi
cermin darinya. Kecenderungan
manusia itu terkait kuat dengan hatinya. Jika hati tertuju
kepada cahaya langit, maka
kehidupan manusia akan tampak bersinar tetapi jika hati
tertuju pada kegelapan dunia,
maka kehidupannya pun tampak gelap. Nabi Isa
mengingatkan kaumnya dari sikap
pamrih dan cinta dunia. Beliau mengajak mereka
untuk teliti dalam memilih
majikan yang mereka mengabdi kepadanya karena manusia
tidak dapat mengabdi kepada dua
majikan dalam satu waktu. Boleh jadi ia akan
menjadikan harta sebagai
majikannya, atau boleh jadi ia akan menjadikan Allah SWT
sebagai tuannya. Jika ia
menyembah harta, maka berarti ia jauh dari penyembahan
terhadap Tuhannya. Oleh karena
itu, hendaklah manusia menjauhi dunia, seperti
makanan dan pakaian di mana
mereka akan dikuasai oleh kegelisahan dan
ketidaktenangan serta keraguan
tentang penjagaan Allah SWT kepada mereka. Allah
SWT telah berjanji untuk memenuhi
kebutuhan hamba-hamba-Nya dalam kehidupan.
Ketika timbul kegelisahan dan
keraguan pada diri mereka, maka itu dikarenakan
keraguan mereka terhadap
penjagaan Allah SWT dan ketidakpercayaan mereka kepada
janji-janjinya dan rahmat-Nya
serta bimbingan-Nya. Allah SWT-lah yang menciptakan
mereka dan Dia pula yang menjamin
kehidupan mereka dan melindungi mereka. Bahkan
Dia juga melindungi makhluk yang
paling kecil urusannya seperti burung di langit dan
kumbang-kumbang di kebun.
Nabi Isa memberitahu kaumnya
bahwa hanya memperhatikan dunia adalah hal yang
salah, yang tidak pantas
dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Itu adalah sikap para
penyembah berhala karena
penyembah berhala tidak mengetahui apa yang lebih baik
darinya, sedangkan orang-orang
yang beragama mengetahui bahwa di sana terdapat
bimbingan Ilahi yang mengajak
mereka untuk percaya kepada Allah SWT dan tidak
begitu peduli dengan dunia. Allah
SWT mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka lebih
daripada apa yang mereka ketahui;
Allah SWT akan melindungi mereka dan akan
menjamin kehidupan mereka. Karena
itu, yang layak bagi mereka adalah, hendaklah
mereka memohon agar diberi
kekuasaan Allah SWT dan kebaikan dari-Nya. Yakni
kehidupan ruhani dan apa yang
dikandungnya dari kebahagiaan abadi.
Di samping itu, Nabi Isa
menasihati mereka agar jangan terlalu pusing dengan kejadiankejadian
yang akan datang dan
persoalan-persoalan esok hari karena esok hari sudah
berjalan sebagaimana mestinya.
Jika kebutuhan dan penderitaan datang silih berganti,
maka bantuan dan perlindungan
Ilahi pun terus datang silih berganti. Dakwah Nabi Isa
juga berbenturan dengan dualisme
yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Kita
saksikan sebagaimana mereka suka
mendapatkan kebaikan yang ditujukan kepada diri
mereka, maka mereka pun biasa
untuk melakukan kejahatan kepada orang-orang lain.
Demikianlah, kehidupan
orang-orang Yahudi dicemari sikap dualisme ini. Nabi Isa
mewasiatkan kepada manusia agar
mereka memperlakukan sesama mereka sesuai dengan
akidah yang mengatakan: "Perlakukanlah
orang lain sebagaimana engkau
memperlakukan
dirimu sendiri"
Nabi Isa terus melangsungkan
dakwahnya dan mengajak manusia untuk menyembah
Allah SWT serta tidak
menyekutukan-Nya, sebagaimana beliau juga mengajak manusia
untuk membersihkan dan menyudkan
ruhani serta hati dan berasaha memasuki kerajaan
langit. Dakwah Nabi Isa itu
sangat memukul kalangan para pendeta Yahudi. Kalimatkalimat
yang dilontarkan Nabi Isa
bagaikan senjata yang siap menerpa wajah mereka dan
menyatakan peperangan terhadap
mereka serta menyingkap kedok kemunafikan mereka.
Mula-mula pemerintahan Romawi
tidak turut campur dalam masalah tersebut karena
mereka melihat bahwa itu hanya
sekadar perselisihan internal antara kelompok-kelompok
Yahudi. Bagi mereka, selama
orang-orang Yahudi sibuk dengan masalah mereka sendiri
dan tidak peduli dengan
kekuasaan, mereka pun tidak turut campur.
Kemudian para pendeta Yahudi
mulai merancang suatu persekongkolan untuk
menyingkirkan Isa. Mereka ingin
mengusir Isa dan membuktikan bahwa Isa datang untuk
menghancurkan syariat Musa.
Syariat Musa memutuskan untuk merajam wanita yang
berzina. Para pendeta Yahudi
menghadirkan wanita yang salah yang berhak dirajam.
Mereka berkumpul di sekeliling
Isa dan bertanya kepadanya: "Tidakkah syariat
menetapkan untuk merajam wanita
yang bersalah?" Isa menjawab: "Benar," Mereka
berkata: "Ini adalah wanita
yang bersalah." Isa memandang wanita itu dan ia pun melihat
para pendeta Yahudi. Isa
mengetahui bahwa para pendeta Yahudi lebih banyak
kesalahannya daripada wanita
tersebut. Para pendeta itu menunggujawaban Isa. Jika ia
mengatakan bahwa wanita itu tidak
berhak dibunuh, maka berarti ia menentang syariat
Musa, dan jika ia mengatakan
bahwa ia berhak dibunuh, maka ia justru menghancurkan
dirinya sendiri yang membawa
syariat cinta dan toleransi. Nabi Isa memahami bahwa ini
adalah persekongkolan. Beliau
tersenyum dan wajahnya tampak bercahaya. Kemudian
beliau melihat para pendeta
Yahudi dan wanita itu sambil berkata: "Barangsiapa di antara
kalian yang tidak memiliki kesalahan,
maka hendaklah ia merajam wanita itu."
Suara beliau yang keras itu
memecahkan keheningan tempat penyembahan. Beliau
menetapkan peraturan baru yang
berhubungan dengan hukum yang dijatuhkan kepada
orang yang ber-buat salah.
Hendaklah orang yang tidak berbuat salah menghukum orang
yang salah dan tidak berhak
seseorang pun dari kalangan manusia untuk menghukum
orang yang bersalah jika ia
sendiri bersalah, tetapi yang menghukumnya adalah Allah
SWT yang Maha Suci dan Maha
Tinggi dan Allah SWT adalah Maha Pengasih di antara
yang mengasihi.
Nabi Isa keluar dari tempat
penyembahan itu. Tiba-tiba, wanita itu mengejar dari
belakangnya. Lalu wanita itu
mengeluarkan dari pakaiannya satu botol dari minyak yang
berharga. Ia berdiri di depan Isa
dan menjatuhkan dirinya di atas kedua kaki Isa lalu
menciumnya dan membasuhnya dengan
minyak wangi dan air mata. Setelah itu, ia
mengeringkan kedua kakinya dengan
rambutnya. Bagi wanita itu, al-Masih mempakan
harapan terakhir yang dapat
menyelamatkannya. Lalu keluarlah dari belakang Isa seorang
tokoh pendeta Yahudi. Ia berdiri
menyaksikan pemandangan tersebut dan ia merasa
kagum terhadap kasih sayang Isa.
Isa melihat kepadanya dan bertanya; "Seorang kreditor
yang memiliki dua orang debitor,
salah satunya berhutang lima ratus dinar dan yang lain
lima puluh dinar." Pendeta
itu berkata: "Ya." Isa berkata: "Tak seorang pun dari mereka
berdua yang merniliki uang yang
cukup untuk melunasi uangnya. Lalu si kreditor
memaafkan mereka dan membebaskan
mereka dari hutang." Pendeta berkata: "Ya."
Kemudian Isa bertanya:
"Siapa di antara mereka yang paling senang kepada kreditor itu?"
Pendeta menjawab: "Tentu
yang berhutang lebih besar.'' Isa berkata: "Benar apa yang
engkau ucapkan. Lihadah wanita
ini. Aku telah masuk ke rumahmu tetapi engkau tidak
memberikan kepadaku air agar aku
dapat membasuh wajahku, tetapi wanita itu
membasuh kedua kakiku dengan air
mata lalu ia mengusapnya dengan rambut kepalanya.
Begitu juga engkau tidak
memberikan ciuman kepadaku tetapi wanita ini tidak merasa
puas dengan hanya mencium kedua
kakiku. Jadi, hatimu sungguh sangat keras tetapi hati
wanita itu dipenuhi dengan rasa
cinta. Maka barangsiapa yang banyak mencintai niscaya
kesalahan-kesalahannya akan
diampum." Kemudian Isa menoleh ke wanita itu dan
memerintahkannya untuk bangkit
dari tanah sambil berkata: "Ya Allah, ampunilah wanita
ini dan hilangkanlah
kesalahan-kesalahannya."
Nabi Isa berusaha menyadarkan
para pendeta Yahudi bahwa para dai yang menyeru di
jalan Allah SWT bukanlah
algojoalgojo yang bengis yang menerapkan hukum syariat
tanpa melihat keadaan masyarakat
yang bersalah, tetapi mereka datang dan membawa
ajaran Allah SWT yang merupakan
ajaran yang penuh dengan rahmat kepada manusia.
Jadi, rahmat adalah tujuan semua
dakwah Ilahi ini. Bahkan diutusnya para nabi itu sendiri
mengandung rahmat Allah SWT
terhadap kaum mereka.
Isa terus berdoa kepada Allah SWT
agar merahmati kaumnya. Beliau menyuruh kaumnya
agar menyayangi diri mereka
sendiri dan beriman kepada Allah SWT. Kehidupan Nabi
Isa menggambarkan kezuhudan dan
ketaatan dalam ibadah. Mu'tamar bin Sulaiman
berkata, sebagaimana diri
wayatkan Ibnu 'Asakir: "Nabi Isa menemui kaumnya dengan
memakai pakian dari wol. Beliau
keluar dalam keadaan tidak beralas kaki sambil
menangis serta wajahnya tampak
pucat karena kelaparan dan bibimya tampak kering
karena kehausan. Nabi Isa
berkata, "salam kepada kalian wahai Bani Israil. Aku adalah
seseorang yang meletakkan dunia
di tempatnya sesuai dengan izin Allah SWT, tanpa
bermaksud membanggakan diri.
Apakah kalian mengetahui di mana rumahku?" Mereka
menjawab: "Di mana rumahmu
wahai Ruhullah?"
Nabi Isa menjawab: "Rumahku
adalah mesjid, wewangianku adalah air makananku
adalah rasa lapar, pelitaku
adalah bulan di waktu malam dan salatku di waktu musim
dingin di saat matahari terletak
di timur, bungaku adalah tanaman-tanaman bumi,
pakaianku terbuat dari wol,
syiarku adalah takut kepada Tuhan Yang Maha Mulia, temantemanku
adalah orang-orang yang fakir,
orang-orang yang sakit, dan orang-orang yang
miskin. Aku memasuki waktu pagi
dan aku tidak mendapati sesuatu pun di rumahku
begitu juga aku memasuki waktu
sore dan aku tidak menemukan sesuatu pun di rumahku.
Aku adalah seseorang yang jiwanya
bersih dan tidak tercemar. Maka siapakah yang lebih
kaya daripada aku?"
Isa terus melakukan dakwahnya. Ia
didukung oleh mukjizat dari Allah SWT. Nabi Isa
mampu membuat bentuk burung dari
tanah kemudian ia meniupnya, maka tanah itu
menjadi burung dengan izin Allah
SWT. Selain itu, ujung bajunya yang sederhana jika
tersentuh orang yang sakit, maka
orang itu akan sembuh. Bahkan jika Isa meletakkan
tangannya di atas mata orang yang
buta atau orang yang terkena sakit belang niscaya ia
akan sembuh. Jadi, Nabi Isa
didukung oleh mukjizat yang luar biasa. Bahkan beliau
mampu menghidupkan orang-orang
yang mati dari kuburan mereka sehingga mereka
keluar dalam keadaan hidup dengan
izin Allah SWT.
Para ahli tafsir mengatakan bahwa
Nabi Isa menghidupkan empat orang. Pertama, al-Azir
yaitu temannya. Kemudian dua
orang anak laki-laki dari seorang tua, dan seorang anak
perempuan satu-satunya dari
seorang ibu. Mereka adalah tiga orang yang mati di zaman
Nabi Isa. Ketika orang-orang
Yahudi melihat hal tersebut, mereka berkata: "Engkau
menghidupkan orang-orang yang
mati dan kematian mereka tidak lama .Barangkali
mereka tidak mati tapi mereka
sekadar mengalami keadaan tidak sadarkan diri atau mati
suri. Lalu mereka meminta kepada
Nabi Isa untuk membangkitkan Sam bin Nuh dari
kematiannya.
Para ahli tafsir mengatakan bahwa
Nabi Isa bertanya kepada mereka, "Di manakah kaum
kuburan Sam bin Nuh?" Mereka
keluar bersama Isa sehingga mereka mencapai kuburan.
Lalu Nabi Isa berdoa kepada Allah
SWT agar menghidupkan orang yang mati di situ.
Sam bin Nuh keluar dari
kuburannya, dan rambut dikepala-nya tampak beruban. Isa
berkata kepadanya:
"Bagaimana rambut di kepalamu bisa beruban, sementara di
zamanmu kau tidai. ada
uban," Sam berkata: "Ya Ruhullah, aku mendengar engkau
berdoa untukku lalu aku mendengar
suara yang mengatakan, aku akan mengabulkan
wahai Ruhullah. Aku mengira bahwa
kiamat telah tiba. Karena takutnya kepada hal itu
sehingga rambut di kepalaku
beruban."
Apa pun yang dikatakan berkaitan
dengan cerita itu yang menyebutkan tentang
bagaimana Nabi Isa menghidupkan
orang-orang yang mati, namun kita tidak mengetahui
konteks Al-Qu'ran serta
perincian-perincian yang menjelaskan hal tersebut. Allah SWT
hanya menyebutkan bahwa Isa
menghidupkan orang-orang yang mati dengan izin-Nya.
Kita percaya bahwa Nabi Isa mampu
menghidupkan mereka tetapi kita tidak mengetahui
apakah mereka mati kembali
setelah dihidupkan atau mereka sempat menjalani
kehidupan selama beberapa saat.
Nabi Isa terus berjalan di jalan Allah SWT. Beliau
membuat bagi mereka apa yang
disebut dengan hukum ruh. Beliau menaiki gunung dan
para sahabat-sahabatnya berdiri
di sekitarnya. Nabi Isa melihat orang-orang yang
beriman kepadanya yang terdiri
dari orang-orang yang fakir, orang-orang yang
menderita, dan orang- orang yang
sedih. Jumlah mereka sedikit sebagaimana lazimnya
jumlah para pengikut nabi.
Gunung diliputi dengan awan tipis
dan turunlah hujan gerimis. Isa mulai berbicara:
"Sungguh beruntung bagi
orang-orang miskin karena mereka memiliki kerajaan langit.
Beruntunglah orang-orang yang
sedih karena mereka akan menjadi orang-orang yang
mulia. Beruntunglah yang diserahi
amanat karena mereka akan mewarisi bumi.
Beruntunglah orang-orang yang
lapar dan haus karena mereka akan dikenyangkan.
Beruntunglah orang-orang yang
menyayangi karena mereka akan disayangi.
Beruntunglah orang-orang yang
bersih hatinya karena mereka akan melihat Allah SWT.
Beruntunglah orang-orang yang
tertindas demi mempertahankan kebenaran karena
mereka akan mendapatkan kerajaan
langit. Kalian adalah garam bumi jika garam telah
rusak, maka siapa gerangan yang
dapat mengembalikannya menjadi garam kembali."
Renungkanlah kedalaman ungkapan
dari Nabi Isa, "kalian adalah garam bumi."
Garam adalah sesuatu yang
memberikan rasa yang khusus dan tanpa garam makanan
akan menjadi hambar. Yakni, tanpa
orang-orang mukmin, maka cita rasa kehidupan
terasa tidak bermakna; tanpa
kehadiran orang-orang Muslim dan perbuatan mereka yang
ikhlas terhadap Allah SWT akan
tampak kehidupan sangat berat dan tidak berarti. Di
samping itu, kehadiran manusia
sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi pun sia-sia,
dan keagungan manusia sebagai
hamba Allah SWT pun tidak bermakna, dan pada
gilirannya kehidupan akan
dipenuhi dengan kejahatan dan keburukan.
Allah SWT teiah mewahyukan kepada
"garam bumi" agar mereka beriman kepada Nabi
Isa. Allah SWT berfirman:
"Dan
(ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa yang setia:
'Berimanlah kamu
kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah
beriman dan
saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang patuh
(kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 111)
Al-Hawariyin mengakui kebenaran
ajaran Nabi Isa dan mereka menyatakan keislaman
kepadanya, sebagaimana ratu Saba'
mengakui kebenaran ajaran Nabi Sulaiman dan
menyatakan keislaman padanya, dan
sebagaimana semua para nabi menyatakan
keislaman. Hakikat ajaran para
nabi terbatas kepada pernyataan keislaman dan semua
nabi menyeru kepada jalan tauhid
dan jalan Islam. Islam dalam pandangan kami memiliki
makna yang lebih dalam daripada
tauhid. Pengakuan seseorang terhadap Allah SWT dan
keimanan akan keesaan-Nya dalam
menciptakan makhluk tidak mencegah orang itu
untuk berbuat dosa, sedangkan
keislaman atau penyerahan hati dan anggota badan serta
pemikiran kepada Allah SWT
merupakan suatu tingkatan sedikit lebih tinggi. Ini adalah
tingkat kepatuhan orang-orang
yang patuh dan puncak ketauhidan orang-orang yang
bertauhid. Itu adalah keserasian
antara tindakan dengan pikiran, yaitu usaha manusia
untuk menghindari kesalahan dan
memurnikan amal hanya untuk Allah SWT. Al-Qur'an
al-Karim memberitahu kita bahwa
Allah SWT menyampaikan wahyu kepada al-
Hawariyin agar mereka beriman
kepadanya dan kepada Rasul-Nya Isa.
Marilah kita renungkanlah sejenak
tentang wahyu Allah SWT terhadap Hawariyin. Kita
mengetahui bahwa Allah SWT
mewahyukan kepada manusia dan kepada makhlukmakhluk
lainnya. Allah SWT berfirman:
"Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada lebah..." (QS. an-Nahl:
68)
Yang dimaksud dengan wahyu di
sini adalah memberikan ilham kepada makhluk agar
mereka menuju ke jalan fitrahnya
yang telah Allah SWT gariskan di atasnya sehingga
mereka mencapai jalan
kesempurnaan. Tidakkah Anda ingat tentang jawaban Nabi Musa
terhadap pertanyaan Fira'un:
"Fir'aun
berkata: 'Siapakah Tuhan kamu berdua wahai Musa. " (QS. Thaha: 49)
"Musa
berkata: 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap
sesuatu bentuk
kejadiannya kemudian memberinsa petunjuk. " (QS. Thaha: 50)
Makna di sana dan di sini sama.
Makna yang sama tersebut diterapkan kepada kaum
Hawariyin di mana wahyu Allah SWT
terhadap mereka berupa pemberian ilham kepada
mereka demi kebaikan mereka dan
kebahagiaan mereka, dan wahyu ini tidak
bertentangan dengan ikhtiar
mereka dan usaha mereka serta keinginan mereka, bahkan
tidak bertentangan dengan
kebebasan mereka. Allah SWT telah melihat hati mereka yang
dipenuhi dengan kebaikan. Dia
melihat mereka sebagai garam bumi, maka Allah SWT
mewahyukan kepada mereka agar
beriman kepadanya dan rasul-Nya sehingga mereka
pun beriman dan mereka pun
bersaksi bahwa mereka orang-orang yang berserah diri atau
Muslim.
Tampaknya kaum Hawariyin
menyembunyikan keimanan mereka sehingga Isa
merasakan kekufuran kaumnya
semakin menjadi-jadi lalu Isa memanggil mereka:
"Siapakah di antara kalian
yang menolong aku menuju jalan Allah SWT?" Allah SWT
berfirman:
"Maka
tatkala Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkatalah dia:
'Siapakah yang
akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan (agama) Allah?'
Para Hawariyin
(sahabat-sahabat setia) menjawab: 'Kamilah penolong-penolong
(agama) Allah.
Kami beriman kepada Allah; dan sahsikanlah bahwa sesungguhnya kami
adalah
orang-orang yang menyerahkan diri. Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada
apa yang telah
Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami
ke dalam
golongan orang-orang yang menjadi saksi.'" (QS. Ali 'Imran:
52-53)
Nas Al-Quran menunjukkan bahwa
Nabi Isa mengajak mereka untuk mengikuti Islam
sehingga mereka pun berserah
diri; nas Al-Quran menegaskan bahwa Nabi Isa
menyampaikan kabar gembira dengan
kedatangan seorang rasul yang datang setelahnya
yang bernama Ahmad. Dikatakan
dalam Al-Qur'an:
"Dan
(ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: 'Hai Bani Israil, sesungguhnya aku
adalah utusan
Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat
dan memberi
kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang
sesudahku, yang
namanya Ahmad (Muhammad).' Maka tatkala rasul itu datang kepada
mereka dengan
membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'Ini adalah sihir yang
nyata.'" (QS. Shaff: 6)
Kita tidak mengetahui secara
pasti kapan Nabi Isa menyampaikan kabar berita tentang
kedatangan seorang rasul ini yang
datang setelah masanya, yaitu Ahmad saw. Apakah
kabar berita itu beliau sampaikan
dipermulaan pengutusannya kepada manusia, atau
apakah beliau menyampaikan kabar
itu pada akhir masa dakwahnya dan sebelum beliau
diangkat ke langit? Tetapi
melihat konteks Al-Qur'an tampaknya kabar berita tersebut itu
disampaikan di permulaan
dakwahnya, sebagaimana firman-Nya: "Maka tatkala rasul itu
datang kepada
mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'lni
adalah sihir
yang nyata.'"
Kata ganti (dhamir) dalam
ayat tersebut kembali kepada Nabi Isa. Ayat tersebut
menunjukkan bahwa Nabi Isa
menyampaikan kabar gembira dengan datangnya
Muhammad atau Ahmad ketika Allah
SWT mengutus kepada kaumnya. Kemudian
terjadilah di hadapan Nabi Isa
berbagai macam mukjizat yang luar biasa seperti
penghidupan orang yang mati,
peniupan tanah, dan sebagainya. Ketika Nabi Isa datang
membawa bukti-bukti yang jelas
ini, maka mereka menuduhnya bahwa ia membawa
sihir. Nabi Isa mengetahui bahwa
tuduhan semacam ini telah dialamatkan kepada
sebagian besar para nabi
sebelumnya. Beliau juga mengetahui bahwa nabi yang terakhir
pun akan mendapatkan tuduhan yang
sama. Oleh karena itu, nabi yang mulia itu tetap
berdakwah di jalan Allah SWT dan
tidak peduli dengan tuduhan kaumnya yang
mengatakan bahwa beliau membawa
sihir.
Kemudian pertentangan antara Nabi
Isa dan Bani Israil semakin meningkat. Mereka
adalah orang-orang yang hatinya
keras, yang membeku di hadapan kebenaran. Isa datang
kepada mereka dan menghancurkan
segala pemikiran mereka dan kehidupan mereka
serta sistem mereka. Sesungguhnya
dakwah Nabi Isa terfokus kepada kebenaran,
kedamaian dan keadilan dan pada
saat yang sama mengumumkan peperangan terhadap
kehidupan orang-orang yang lalim
yang telah menjauhi kebenaran. keadilan, dan
kedamaian. Injil Mata menyebutkan
melalui lisan Isa: "Jangalah kalian mengira bahwa
aku membawa kedamaian ke muka
bumi. Aku tidak datang hanya membawa kedamaian
tetapi aku datang membawa
pedang."
Kalimat tersebut menyiratkan
hakikat yang penting dari hakikat dakwah para nabi. Para
nabi adalah pejuang sejati di
mana senjata yang mereka gunakan di medan peperangan
beraneka ragam. tetapi mereka
pada hakikatnya adalah pejuang. Mereka memulai
peperangan mereka dengan satu
pemikiran yaitu suatu tekad mengatakan bahwa tiada
Tuhan selain Allah SWT. Pemikiran
itu tentu berbenturan dengan kepercayaan akan
tuhan-tuhan yang diyakini oleh
manusia, baik tuhan-tuhan yang terbuat dari emas atau
batu. Pemikiran itu sangat
mengganggu ketenangan orang-orang yang lalim atau
penguasa yang bengis serta sangat
melawan kepentingan mereka, sehingga para raja dan
para penguasa seperti biasanya
bergerak menentang nabi kecuali orang yang
mendapatkan petunjuk dari Allah
SWT. Para pembesar dari kalangan kaum nabi
menentang nabi. Al-Mala' adalah
para pembesar sebagaimana telah kami jelaskan dalam
kisah Nabi Nuh dan sesudahnya.
Kemudian Nabi terus melangsungkan peperangan
mewujudkan tekadnya: Nabi
meletakkan dasar peperangannya dengan menyampaikan
ketuhanan Allah SWT.
Setelah meneguhkan dasar yang
kuat ini, Nabi menetapkan keadilan. Tak seorang pun
berhak untuk menghinakan
seseorang atau menjadikannya sebagai budak karena
penghambaan hanya pantas
ditujukan kepada Allah SWT. Manusia adalah sama di antara
mereka sehingga tidak berhak
seseorang untuk memanfaatkan kekuatan manusia untuk
membangun kejayaan pribadinya
atau unruk memperkaya dirinya dengan merugikan
orang lain, atau menghancurkan
hak-hak mereka atau berbuat buruk terhadap mereka
dalam berbagai bentuknya. Jadi,
inti dakwah para nabi berarti mengganti dan mengubah
sistem yang rusak yang didirikan
oleh para pembesar kaumnya. Kalau begitu, ia adalah
dakwah yang menyatakan peperangan
dan karena itu seseorang nabi harus membava
senjata. Setelah meneguhkan
pemikiran tersebut, dimulailah peperangan. Seorang nabi
menggunakan pedang. Ia berlindung
di balik senjata dan senjata yang dimiliki oleh setiap
nabi berbeda-beda.
Mula-mula seorang nabi tidak
menggunakan senjata apa pun dalam peperangannya selain
berusaha untuk membangkitkan
akal. Lalu peperangan semakin meningkat sehingga nabi
terpaksa untuk menggunakan
senjata. Para musuh memaksanya untuk menggunakan
senjata sehingga para nabi pun
menggunakan senjata. Di sini setiap nabi mempunyai
senjata yang berbeda-beda.
Terkadang senjata seorang nabi berupa mukjizat yang dapat
menghentikan langkah dan
menghancurkan mereka seperti taufan (kisah Nabi Nuh) atau
angin (kisah Nabi Hud), dan
terkadang senjata para nabi adalah mukjizat yang
membantunya untuk mengalahkan
musuh-musuhnya secara pasti seperti ditundukkannya
jin dan burung baginya (kisah
Nabi Sulaiman) dan senjata nabi berupa mukjizat yang
menyelamatkannya dari tipu daya
musuh seperti berubahnya api menjadi sesuatu yang
dingin dan membawa keselamatan
(kisah Nabi Ibrahim) dan terkadang senjata nabi yang
luar biasa yang memperkuat
dakwahnya seperti menghidupkan orang-orang yang mati
(kisah Nabi Isa) dan terkadang
senjata nabi berupa pedang yang dipegang di tangannya
saat ia melangsungkan peperangan
dan mempertahankan dakwahnya (kisah Nabi
Muhammad saw).
Jadi, senjata para nabi
berbeda-beda, baik dalam bentuk kualitas maupun kapasitasnya.
Allah SWT mengetahui kondisi
mereka lebih dari apa yang kita ketahui sehingga Allah
SWT sangat tepat ketika
memilihkan senjata untuk setiap nabi. Dan tak seorang nabi pun
yang tinggal di suatu tempat
sementara ia tidak berjuang dan tidak bergerak dan tidak
mengalami penderitaan dari
kaumnya. Oleh karena itu, sesuai dengan kadar kesabaran
para nabi dan perjuangan mereka
dalam menyampaikan dakwah di jalan Allah SWT,
mereka layak untuk mendapatkan
tempat yang istimewa di sisi Allah SWT.
Isa bin Maryam telah menyampaikan
bahwa beliau adalah seorang pejuang yang
membawa senjata. Kata-katanya
sendiri berusaha menghancurkan masyarakat yang keras,
masyarakat yang bodoh. Masyarakat
di zaman Nabi Isa berdiri di atas kesalahan,
kesyirikan, kebohongan,
kemunafikan, meterialisme, pamrih, kelaliman dan tidak ada
kebebasan. Maka melalui
kalimat-kalimatnya, Nabi Isa menghancurkan semua ini. Nabi
Isa memberitahu kaumnya bahwa
dakwahnya di jalan Allah SWT bukan terfokus pada
dakwah kedamaian tetapi dalam
hal-hal tertentu dakwahnya pun berisi pernyataan
perang. Sesuatu menjadi tidak
bernilai ketika tidak berusaha dipertahankan oleh yang
bersangkutan sampai tetes darah
penghabisan. Timbulnya pemikiran-pemikiran, nilainilai
dan prinsip-prinsip tidak hanya
bersandar kepada idealismenya tetapi nilainya justru
bersandar kepada usaha keras yang
dikerahkan oleh para pembawanya dalam rangka
mempertahankannya. Tanpa
peperangan dan mengangkat senjata dakwah para nabi akan
menjadi pemikiran-pemikiran yang
sekadar idealisme yang tidak akan menghentikan
seseorang pun dan tidak akan
membangkitkan seseorang pun.
Kita mengetahui bahwa sebagian
besar nabi berhadapan dengan kelompok besar dari
masyarakat yang menentangnya dan
berusaha memeranginya. Mula-mula mereka
mengejeknya dan pada akhirnya
mereka berusaha untuk membunuhnya. Kita mengetahui
bahwa para nabi berusaha
mati-matian untuk memperjuangkan kebenaran yang
dibawanya. Melalui kisah para
nabi, kita mengetahui bahwa bagaimana serangan
masyarakat, para pembesar, dan
para penguasa terhadap para nabi tetapi pada saat yang
sama kita seakan-akan tidak
melihat bagaimana serangan para nabi terhadap mereka.
Penjelasan dari hal itu sangat
mudah. Peperangan yang dibangkitkan oleh kebatilan atas
para nabi didukung oleh alat-alat
yang canggih dan sangat kuat di mana mereka memiliki
berbagai macam sarana untuk
menjatuhkan para nabi, sedangkan para nabi hanya
menyandarkan kekuatan dari yang
Maha Benar, yaitu Allah SWT; kekuatan yang tidak
berdasarkan pada sebab-sebab
tertentu atau tidak peduli dengan tuduhan-tuduhan atau
kegaduhan.
Para nabi hanya terus
melangsungkan dakwahnya yang berdasarkan kepada usaha
membangkitkan akal dan hati serta
menvucikan ruh. Keteguhan sikap para nabi ini bagi
musuh-musuh mereka merupakan
problem yang besar. Dakwah nabi juga menjamah
suatu keluarga di mana seorang
ayah dapat beriman sementara seorang anak dapat
menentang atau seorang anak dapat
beriman sementara si ayah dapat menentang atau
seorang istri beriman atau
seorang suami kafir atau seorang suami beriman sementara si
istri kafir. Perbedaan anak
laki-laki dengan ayahnya dan seorang istri dengan suaminya
menimbulkan permusuhan di dalam
rumah-rumah. Dengan terjadinya hal ini, masyarakat
bergerak untuk menentang nabi dan
semakin meningkatkan tekanan-tekanan mereka
kepadanya sehingga permusuhan dan
kebencian mereka kepada nabi semakin meruncing.
Mereka pun berusaha untuk melawan
nabi itu yang bagi mereka telah memisahkan antara
ayah dan anaknya atau ia datang
untuk memisahkan seorang anak perempuan dari
ibunya.
Kemudian seorang nabi meletakkan
suatu undang-undang bagi orang yang mengikutinya,
yaitu undang-undang pokok yang
membatalkan undang-undang yang tidak sesuai
dengannya. Undang-undang ini
tampak dalam kalimat nabi: "pertama-tama cinta kepada
Allah dan kemudian cinta kepada
nabi dan setelah itu cinta kepada sesama manusia."
Makna-makna yang demikian ini tercermin
secara jelas dari kalimat-kalimat Isa yang
disampaikan oleh Injil Mata pada
pasal ke-10.
Al-Masih berkata: "Janganlah
engkau mengira bahwa aku datang membawa kedamaian
di bumi, aku datang bukan hanya
membawa kedamaian tetapi pedang. Aku datang untuk
menjadikan seorang anak berbeda
dengan ayahnya dan seorang anak perempuan berbeda
dengan ibunya sehingga musuh
seseorang justru terdapat pada keluarganya. Maka
barangsiapa yang mencintai ibunya
dan ayahnya lebih dari kecintaannya kepadaku, maka
ia tidak berhak mencintaiku, dan
barangsiapa yang mencintai anak laki-lakinya dan
perempuannya lebih dariku, maka
ia tidak berhak mengikutiku. Meskipun kehidupannya
tampak beruntung sebenarnya ia
telah rugi, dan barangsiapa yang kehidupannya merugi
karena aku, maka sebenarnya ia
telah beruntung."
Penjelas Injil mengatakan:
"Pemikiran orang-orang Yahudi tentang al-Masih adalah,
ketika al-Masih datang, maka
semua pengikutnya akan merampas kekayaan dan kejayaan
di dunia ini lalu ia hanya
memberi mereka ketenangan dan kedamaian. Ketika al-Masih
datang, ia menjelaskan kepada
para muridnya bahwa hal tersebut tidak benar, karena jika
ia datang untuk memberikan
kedamaian kepada para pengikutnya, maka mereka akan
terancam kelaliman dan mereka
akan mati karena tajamnya pedang. Maka hendaklah
mereka tidak mengharapkan
kedamaian tetapi peperangan; hendaklah mereka tidak
mengharapkan keserasian tetapi
perpecahan." Demikianlah masyarakat Yahudi terbagi
menjadi dua kelompok: kelompok
orang-orang yang fakir, orang-orang yang lemah dan
orang-orang yang bersih hatinya
bersama Isa, sedangkan kelompok mayoritas menentang
Isa. Bahkan kelompok mayoritas
kafir itu sering menyakiti Isa.
Injil Mata menceritakan
penderitaan al-Masih pada pasal ke-11. Ia menceritakan
bagaimana kemarahan al-Masih
terhadap orang-orang yang tidak mengabdi kepada
Yuhana (Yahya) dengan baik atau
mengabdi kepadanya secara pribadi dengan baik. Injil
Mata menguntip pernyataan Isa
sebagai berikut: "Dengan apa aku menyerupakan
generasi ini, Sesungguhnya mereka
menyerupai anak-anak kecil yang duduk di pasar
yang berteriak-teriak memanggil
teman-teman mereka sambil berkata: "Kami telah
meniup seruling tetapi kalian
tidak menari. Kami mengasihi kalian tetapi kalian tidak
menangis." Yuhana telah
datang dan tidak makan dan minum tetapi mereka mengatakan,
sesungguhnya ia terkena setan.
lalu datanglah seorang anak manusia yang makan dan
minurn lalu mereka mengatakan, ia
adalah seorang yang ahli makan dan ahli minum
khamer."
Dokumen itu menunjukkan
penderitaan al-Masih dan menyingkap peperangan yang akan
dihadapinya. Penderitaan yang
dialami oleh hati suci al-Masih adalah sebagai tindakan
generasi tersebut di mana beliau
diutus di dalamnya sebagai orang yang memberi
petunjuk dan menyampaikan berita
gembira tentang kerajaan langit. Beliau
menyerupakan generasi Yahudi itu
dengan anak-anak kecil yang duduk-duduk di pasar
sambil berteriak-teriak memanggil
teman-teman mereka sambil berkata: "kami telah
meniup seruling tetapi kalian
tidak menari. Kami berbelas kasih kepada kalian tetapi
kalian tidak menangis."
Al-Masih mengisyaratkan dengan pernyataan itu tentang apa
yang diperbuat anak-anak kecil
saat mereka bermain-main, di mana biasanya mereka
meniru orang-orang yang besar
saat mereka bergembira dengan menari-nari dan saat
mereka sedih mereka menangis.
Demikianlah mereka sangat cepat berubah antara
bergembira dan sedih tanpa
melalui pertimbangan dan kesadaran. Demikianlah keadaaan
orang-orang Yahudi saat mereka
mengabdi kepada Yahya, kemudian saat mereka
mengabdi kepada al-Masih. Yahya
telah datang kepada mereka dalam keadaan menangis,
tidak makan dan tidak minum dari
apa yang mereka makan dan yang mereka minum. Ia
tidak bergaul dengan sembarangan
manusia. Telah datang kepada mereka seorang nabi
yang ahli ibadah tetapi
kebanyakan mereka menolaknya dan mereka mengatakan bahwa
ia terkena setan. Kemudian datang
kepada mereka al-Masih di mana ia makan dan minum
bersama pada acara walimah dan
hari raya lalu mereka pun menolaknya dan mengatakan
bahwa ia suka makan dan minum
khamer padahal beliau adalah cermin terbesar dalam
menghilangkan syahwat dan
kesucian yang sempurna.
Alhasil, generasi itu adalah
generasi yang main-main Iayaknya anak kecil. Tidak ada
sesuatu pun yang dapat
mempengaruhi mereka dan mereka tidak mau bertaubat.
Meskipun demikian, di sana
terdapat kelompok kecil dari manusia yang terpengaruh dan
bertaubat. Dokumen tersebut
menunjukkan betapa beratnya penderitaan Isa di tengahtengah
generasi yang sezaman dengannya.
Isa mengalami banyak penderitaan dalam
menyampaikan dakwahnya. Isa
banyak menderita di tengah-tengah kaum yang pikiran
mereka belum matang. Mereka tak
ubahnya seperti anak-anak kecil yang suka bermainmain.
Kaum yang tak tergugah oleh
kalimat-kalimat yang baik dan mereka tidak bergerak
atau tersentuh ketika menyaksikan
mukjizat-mukjizat yang luar biasa.
Allah SWT kembali memperkuat Isa
dengan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan.
Mukjizat di sini adalah senjata
yang diberikan Allah SWT kepada nabi-Nya agar nabi
tersebut menjadi tenteram dan
agar menambah keyakinan orang-orang yang beriman
kepadanya, sedangkan bagi
orang-orang kafir mukjizat tersebut justru menambah
kekufuran mereka sehingga Allah
SWT memberikan pembalasan yang setimpal kepada
kedua kelompok tersebut. Mukjizat
yang Allah SWT berikan kepada Isa bin Maryam
yang lain adalah, Allah SWT
mengabulkan doa Hawariyin dengan menurunkan makanan
dari langit. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah),
ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putra Maryam, bersediakah
Tuhanmu
menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah
kepada Allah
jika betul-betul kamu orang yang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin
memakan hidangan
itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa
kamu telah
berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan
hidangan itu.'
Isa putra Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah
kiranya kepada
hami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari
raya bagi kami
yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah
kami, dan
menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah
Pemberi rezeki
Yang Paling Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan
menurunkan
hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun
hidangan) itu,
maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak
pernah Aku
timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah:
112-115)
Barangkali kita terheran-heran
ketika memperhatikan perkataan Hawariyin, "wahai Isa
bin Maryam, apakah Tuhanmu
mampu?" Mungkin pertama-tama yang terlintas dalam
pikiran kita berkenaan dalam ayat
tersebut adalah, keraguan Hawariyin terhadap
kekuatan atau kekuasaan Allah
SWT. Bagaimana hal itu mampu mereka laku-kan
sedangkan mereka adalah
murid-murid Isa yang beriman dan berserah diri kepada Allah
SWT? Berkaitan dengan tafsir ayat
tersebut, para ulama berbeda pendapat. Sebagian
ulama mengatakan, bahwa
pertanyaan mereka 'apakah Tuhanmu mampu?' Yakni, berarti
apakah Tuhanmu bisa? Kemudian
mereka mencarikan alasan yang membenarkan
perkataan Hawariyin itu dengan
mengatakan bahwa pertanyaan itu dilontarkan saat
mereka baru saja mengikuti Isa,
sebelum mereka banyak mengetahui Allah SWT. Oleh
karena itu, Isa berkata dalam
jawabannya terhadap pertanyaan mereka, bertakwalah
kepada Allah SWT jika kamu
benar-benar orang mukmin. Yakni, janganlah kalian
meragukan kekuasaan atau kekuatan
Allah SWT.
Qurthubi menampik tafsir ini.
Hawariyin adalah para penolong Allah SWT, sesuai
dengan nas Al-Qur'an dan tentu
tidak boleh bagi penolong Allah SWT untuk tidak
mengetahui kekuatan-Nya, apalagi
meragukan kekuasaan-Nya. Sebagian ulama
mengatakan bahwa perkataan
tersebut dikeluarkan orang-orang yang bersama Hawariyin
yang berasal dari Bani Israil dan
tidak seorang pun dari Hawariyin yang mengatakan
demikian kecuali mereka hanya
sekedar menukil perkataan tersebut. Ada pendapat lain
lagi yang mengatakan bahwa ayat
tersebut tidak dibaca 'hal yastathi' rabbuka' tetapi
dibaca 'hal tastathi' rabbaka'
sebagaimana bacaan Aisyah dan sebagaimana dibaca oleh
Nabi. Maknanya, "apakah
engkau mampu menghadirkan kekuatan Tuhanmu terhadap
apa yang engkau minta." Ada
pendapat yang lain mengatakan ia dibaca 'hal tastathi'
rabbaka', yakni
"apakah engkau mampu untuk berdoa kepada Tuhanmu atau meminta-
Nya."
Sebagian kaum sufi berpendapat
bahwa kaum Hawariyin bukan tidak mengetahui
kekuasaan Allah SWT tetapi
pertanyaan itu justru bersumber dari cinta kepada Allah
SWT dan keinginan menyaksikan
kekuasaan Allah SWT. Sikap mereka ini menyerupai
dengan perbedaan tingkatan sikap
Nabi Ibrahim as ketika beliau mengatakan:
"Ya
Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang
mati?' Allah
berfirman: 'Apakah kamu belum percaya?' Ibrahim menjawab: 'Saya telah
percaya, tetapi
agar bertambah mantap hatiku.'" (QS. al-Baqarah: 260)
Oleh karena itu, kaum Hawariyin
berkata: "Dan hati kami menjadi mantap," sebagaimana
Nabi Ibrahim berkata: "Agar
bertambah mantap hatiku." Inilah tafsir yang membuat kita
puas dan membuat hati kita
tenang. Nabi Isa menjawab pertanyaan mereka: 'Bertakwalah
kepada Allah
jika betul-betul kamu orang yang beriman.' Yakni, hati-hatilah kalian
dengan banyak bertanya dan
menguji Allah SWT karena kalian tidak mengetahui apa
yang boleh kalian minta untuk
didatangkan bukti-bukti kekuasaan Allah SWT. Perkataan
Nabi Isa, jika kalian benar-benar
beriman terfokus kepada apa yang dibawanya yang
berupa mukjizat-mukjizat atau
tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Nabi Isa bermaksud
untuk mengatakan, sesungguhnya
apa yang telah aku bawa dari mukjizat-mukjizat bagi
kalian seharusnya sudah cukup
membuat hati kalian mantap. "Mereka berkata: 'Kami
ingin memakan
hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin
bahwa kamu telah
berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan
hidangan itu.'"
Kaum Hawariyin menjelaskan kepada
Isa sebab pertanyaan mereka ketika beliau
melarangnya. Jika Nabi Isa
keluar, maka beliau diikuti lima ribu orang atau lebih.
Sebagian mereka dari kalangan
Hawariyin dan sebagian yang lain campuran di antara
pengikutnya dan musuhnya.
Dikatakan bahwa mereka berpuasa dan mereka tidak
mempunyai makanan, lalu para
pengikut berkata kepada kaum Hawariyin, "Tanyalah
kepada Isa apakah ia mampu berdoa
kepada Tuhannya sehingga diturunkan kepada kita
makanan dari langit."
Kemudian kaum Hawariyin pergi dengan membawa surat kaum itu
kepada Isa. Ketika Isa meminta
mereka untuk merasa cukup dengan mukjizat-mukjizat
sebelumnya, mereka kembali
melontarkan kebenaran permintaan mereka: 'Kami ingin
memakan hidangan
itu. Mereka
adalah orang-orang yang lapar sementara mereka tidak
mempunyai makanan. Dan supaya
tenteram hati kami.
Hati kaum Hawariyin menjadi
tenang seperti tenangnya hati Ibrahim. Dan para pengikut
pun merasa hatinya tenang dan
mengakui bahwa Isa adalah Nabi yang diutus untuk
mereka. Dan hati musuh juga
menjadi tenang karena mereka menyaksikan kebatilan
mereka sehingga pilihan mereka
untuk tidak mengikuti Isa berakibat pada suatu saat
mereka akan dimintai pertanggung
jawaban.
"Dan supaya
kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami. Yakni kami
mengetahui bahwa
engkau utusan Allah. Dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan
hidangan itu. Yakni, kami menyaksikan keesaan Allah dan risalah dan
kenabianmu. Dan
bagi orang lain yang tidak menyahsikannya, maka kami akan
menceritakan
kepada mereka peristiwa yang terjadi."
Isa putra Maryam
berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu
hidangan dari
langit (yang hari turimnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi
orang-orang yang
bersama kavii dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi
kekuasaan-Mu:
beri rezekilah kami dan Engkaulah Pembeti rezeki Yang Paling Utama.'
Ketika kaum Hawariyin bertanya
kepada Isa bin Maram agar diturunkan makanan dari
langit, maka Nabi Isa berdiri dan
meletakkan pakaian dari kulit wol kemudian beliau
melangkahkan kakinya dan
meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya, lalu
beliau menundukkan kepalanya
dalam keadaan khusuk dan tunduk kepada Allab SWT.
Kemudian beliau membuka matanya
dan menangis sehingga air matanya membasahi
jenggotnya bahkan mencapai
dadanya dan berkata: 'Ya Tuhan kami, turunhanlah kiranya
kepada kami
suatu hidangan dari langit... Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan
menurunkan
hidangan itu kepadamu.
Lalu turunlah makanan besar dari
celah dua awan: satu awan di atasnya satu awan di
bawahnya. Saat itu manusia
melihatnya. Nabi Isa berkata, "Ya Allah jadikanlah makanan
ini sebagai rahmat dan jangan
menjadi fitnah." Lalu turunlah di depan Nabi Isa sapu
tangan yang menutupinya kemudian
Nabi Isa tersungkur dalam keadaan sujud yang
diikuti oleh kaum Hawariyin.
Mereka mendapati suatu bau yang harum yang belum
pernah mereka temukan sebelumnya.
Nabi Isa berkata, "Siapakah
di antara kalian yang paling ikhlas dan paling percaya
kepada Allah SWT agar ia membuka
makanan itu sehingga kita bisa makan darinya serta
berzikir kepada Allah SWT atasnya
serta bersyukur kepadanya." Kaum Hawariyin
berkata: "Wahai Ruhullah
sesungguhnya engkau lebih berhak daripada kami dalam hal
itu.", maka Nabi Isa berdiri
lalu beliau mengambil wudhu dan salat. Kemudian beliau
banyak berdoa sambil duduk di
sisi makanan itu dan membukanya. Tiba-tiba di atas
makanan itu terdapat ikan yang
lezat yang tidak ada durinya. Nabi Isa ditanya: "Wahai
Ruhullah, apakah ini makanan dari
dunia atau dari surga?" Nabi Isa menjawab:
"Bukankah Tuhan kalian
melarang kalian untuk bertanya pertanyaan semacam ini. Ia
turun dari langit dan tidak ada
makanan sepertinya di dunia dan ia bukan berasal dari
surga tetapi ia adalah sesuatu
yang Allah SWT ciptakan dengan kekuasaan yang luar
biasa di mana Dia cukup
mengatakan "jadilah, maka jadilah."
Para mufasir berbeda pendapat
sekitar bentuk makanan yang diturunkan kepada Isa,
apakah itu ikan atau daging?
Apakah roti atau buah-buahan? Kami memandang bahwa
pembahasan-pembahasan ini kurang
penting. Sesuatu yang paling penting yang perlu kita
perhatikan adalah apa yang
dikatakan oleh Nabi Isa, Sesungguhnya ia diciptakan oleh
Allah SWT dengan kekuasaan yang
mengagumkan di mana Dia cukup mengatakan
"Jadilah, maka jadilah
ia."
Inilah hakikat makanan tersebut.
Ia merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yaitu
suatu tanda yang Allah SWT
mengancam bagi siapa yang menentangnya Dia akan
menyiksanya dengan azab yang
belum pernah diterima oleh seseorang pun di dunia. Para
ulama berbeda pendapat apakah
makanan tersebut memang diturunkan atau tidak, tetapi
menurut pendapat mayoritas dan
ini yang benar makanan tersebut memang diturunkan,
sesuai dengan firman Allah SWT: "Aku
akan menurunkan hidangan itu bagimu. "
Dikatakan bahwa ribuan pengikut
Nabi Isa memakannya dan makanan tersebut tidak
habis. Setiap orang yang buta ia
sembuh dari butanya dan setiap orang yang belang ia
sembuh dari belangnya akibat
memakan hidangan itu. Alhasil, setelah menyantap
makananitu, orang yang sakit
sembuh dari penyakitnya. Maka hari turunnya makan itu
dijadikan hari raya dari hari
raya-hari raya kaum Hawariyin dan para pengikut Nabi Isa.
Kemudian berita dan peristiwa
turunnya makanan itu mulai hilang dan mulai dilupakan
sehingga kita tidak menemukan
beritanya hari ini di Injil-Injil yang mereka akui. Setelah
peristiwa makanan yang Allah SWT
ceritakan dalam surah al-Maidah, Allah SWT
menunjukkan kepada kita sikap
lain dari Nabi Isa bin Maryam. Allah SWT berkata
setelah menceritakan kepada kita
tentang turunnya mukjizat makanan dari langit:
"Dan
(ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu
mengatakan
kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah!'
Isa menjawab:
'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan
hakku
(mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah
mengetahuinya.
Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui
apa yang ada
pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
gaib. Aku tidak
pernah mengatakan kepada rnereka kecuali apa yang Engkau tiepadaku
(mengatakan)nya
yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi
saksi terhadap
mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau
wafatkan aku,
Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha
Menyaksikan atas
segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya
mereka adalah
hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka
sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.' Allah berfirman:
'lni adalah
suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.
Bagi mereka
surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di
dalamnya
selama-selamanya; Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha
terhadap-Nya.
Itulah keberuntungan yang paling besar.' Kepunyaan Allah-lah kerajaan
langit dan bumi
dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. " (QS.
al-Maidah: 116-120)
Dengan ayat-ayat tersebut,
Al-Qur'an menutup surah al-Maidah. Demikianlah konteks
Al-Qur'an berpindah secara
mengejutkan dari turannya makanan kepada sikap atau dialog
antara Allah SWT dan Isa bin
Maryam pada hari kiamat. Allah SWT bertanya pada hari
kiamat: 'Hai Isa putra Maryam,
adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah
aku dan ibuku
dua orang tuhan selain Allah?'
Para ahli ilmu sepakat bahwa
pertanyaan tersebut bukan bersifat pertanyaan mumi
meskipun tampak dalam bentuk
pertanyaan karena Allah SWT mengetahui apa yang
dikatakan oleh Isa. Tentu yang
dimaksud dengan pertanyaan itu adalah sesuatu yang lain.
Ada yang mengatakan bahwa Allah
SWT bermaksud memberitahu Isa bahwa kaumnya
telah mengubah ajarannya
sepeninggalnya. Dan mereka telah mendapatkan fitnah. Ada
lagi yang mengatakan bahwa Allah
SWT bermaksud dari pertanyaan itu untuk mencela
orang-orang yang mengubah akidah
Nabi Isa setelah beliau tidak ada. Kami kira
pertanyaan tersebut memuat dua
makna dan mencakup makna yang lain.
Allah SWT ingin menyingkap dan
memberitahu manusia dalam Kitab-Nya yang terakhir
bahwa Nabi Isa terlepas dari
berbagai macam tuduhan, dan apa saja yang dilakukan
kaumnya sepeninggalnya. Konteks
AI-Qur'an menunjukkan tentang peristiwa gaib yang
belum terjadi meskipun akan
terjadi pada hari kiamat. Oleh karena itu, Al-Qur'an
menyampaikannya dalam bentuk fi'il
madhi (kata kerja bentuk lampau). Al-Qur'an
menyampaikan berita gaib ini
kepada penduduk dunia agar mereka mengetahui hakikat
Isa bin Maryam.
Allah SWT bertanya kepadanya dan
Isa bin Maryam menjawab. Sebagai nabi besar, Isa
tidak menjawab kecuali setelah ia
mengatakan: 'Maha Suci Engkau ya Allah.' Sebelum
menjawab, Isa memulai dengan
tasbih dan menyucikan Allah SWT. Nabi Isa
menampakkan kepatuhan dan
ketundukan kepada kemuliaan Allah SWT dan rasa takut
terhadap azab-Nya. Qurthubi
menyampaikan dalam tafsirnya:
"Ketika Allah SWT berkata
kepada Isa, apakah engkau berkata kepada manusia
jadikanlah aku dan ibuku tuhan
selain Allah, maka Isa tampak gemetar terhadap
perkataan itu sehingga ia
mendengar rintihan dari tulang-tulangnya di dalam jasadnya
lalu ia berkata: 'Maha Suci
Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan
hakku
(mengatakannya). Tidak
mungkin aku memutuskan sesuatu yang tidak aku miliki,
yang diriku tidak dapat
melakukannya. Aku hanya seorang hamba, bukan seorang yang
disembah: Jika aku pernah
mengatakannya maha tentulah Enghau telah mengetahuinya.
Demikianlah Nabi Isa menyampaikan
jawabannya kepada Allah SWT dan ia
mengembalikan sesuatu kepada
Allah SWT. Dan Allah SWT Maha Mengetahui terhadap
apa yang dikatakannya. Engkau
mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa
yang ada pada diri Engkau. Yakni, Engkau mengetahui apa yang aku
sembunyikan sedangkan aku tidak
mengetahui apa yang engkau sembunyikan. Engkau
mengetahui rahasiaku dan apa yang
terlintas dalam hatiku dan aku tidak mengetahui apa
yang Engkau sembunyikan dari ilmu
gaib-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui
perkara yang
gaib. Hanya
Engkau yang tahu terhadap hal-hal yang gaib. Hanya Engkau
yang tahu terhadap apa yang
terjadi di tengah-tengah mereka setelah Engkau angkat aku
dari bumi: 'Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
kepadaku
(mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu.'
Demikianlah kalimat-kalimat yang
disampaikan oleh Isa bin Maryam. Dia hanya
mengajak manusia untuk hanya
menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya:
Dan aku menjadi
saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka.
Sesungguhnya Engkau mengawasi
mereka saat aku tinggal di tengah-tengah mereka dan
mengajak mereka ke jalan yang
benar. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah
yang mengawasi
mereka. Al-Wafat
dalam Kitab Allah mempunyai tiga bentuk: Pertama,
wafat dalam pengertian
kematian, sebagaimana firman Allah SWT:
"Allah
memegang jiwa (orang) ketika matinya." (QS. az-Zumar: 42)
Yakni ketika tercabutnya ajal.
Kedua, bahwa wafat adalah tidur, sebagaimana firman
Allah SWT:
"Dan Dialah
yang menidurkan kamu di malam hari. " (QS. al-An'am: 60)
Yakni yang menidurkan kalian.
Ketiga, wafat berarti pengangkatan, sebagaimana firman
Allah SWT:
"Hai Isa,
sesungguhnya Aku yang menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan
mengangkat kamu
kepada-Ku. " (QS.
Ali 'Imran: 55)
Demikianlah Isa terbebas dari apa
yang mereka katakan dan apa yang mereka nisbatkan
kepadanya. Isa mengumumkan bahwa
dakwahnya tidak lebih dari sekadar ajakan untuk
bertahuid dan tidak keluar dari
kerangka Islam yang diakui oleh pengikutnya. Kemudian
Isa kembali menyampaikan
pembicaraannya dan meminta belas kasihan kepada Allah
SWT: Jika Engkau rnenyiksa
mereka, makasesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-
Mu. Tidak seorang
pun dari makhluk yang mempunyai kekuasaan di atas-Mu dan tidak
ada Pencipta selain-Mu. Maha Suci
Engkau dan tiada sekutu bagi-Mu dalam kerajaan dan
kekuasaan. Pada akhirnya, mereka
adalah hamba-Mu dan seorang hamba tidak memiliki
apa-apa di hadapan tuannya
kecuali kepatuhan: Dan jika Engkau mengampuni mereka,
maka
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'
Isa tidak mengatakan jika Engkau
mengampuni mereka, maka Engkau Maha Pengampun
dan Maha Pengasih. Jadi, jawaban
Isa terfokus pada penyerahan diri dan kepatuhan serta
tunduk kepada kemuliaan Allah SWT
dan kebesaran-Nya. Para pengikut Nabi Isa adalah
hamba-hamba Allah SWT yang patuh.
Jika Allah SWT berkehendak, maka Dia akan
menyiksa mereka sesuai dengan
siksaan yang layak mereka terima, dan jika Dia
berkehendak, maka Dia akan
mengampuni mereka karena Dia mengetahui karena mereka
memang layak untuk mendapatkan
ampunan. Dengan penyerahan yang mutlak ini, Isa
menyampaikan jawaban atas
pertanyaan Allah SWT dan beliau berlepas diri dari apa
yang dikatakan oleh kaumnya
sepeninggalnya. Isa menyampaikan—pada
awal
pembicaraannya—bahwa hanya Allah SWT yang patut
disembah, dan pada akhir
pembicaraannya Isa menyampaikan
penyerahan dirinya kepada Allah SWT. Allah
berfirman: 'Ini
adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar
kebenaran
mereka.
Allah SWT memuji ketulusan Isa,
dan karena dialog tersebut terjadi pada hari kiamat,
Allah SWT berfirman: "Hari
ini adalah hari kiamat di mana orang-orang yang benar akan
dapat mengambil manfaat dari
kebenaran mereka di dunia. Kebenaran mereka di sana
akan mereka temukan balasannya
yang berupa rahmat di sini. "Bagi mereka surga yang
di bawahnya
mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-selamanya;
Allah ridha
terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. "
Demikianlah balasan orang-orang
yang benar, surga. Dan ada balasan yang lebih baik
dari surga, yaitu kepuasan (ridha)
seorang hamba terhadap Allah SWT dan keridhaan
Allah SWT terhadap hamba.
Pengertian kepuasaan seorang hamba adalah
kegembiraannya terhadap
penyembahan kepada Allah SWT sedangkan pengertian
keridhaan Allah SWT terhadap
hamba-Nya adalah rahmat yang diberikan-Nya kepada
mereka: Itulah keberuntungan
yang paling besar.' Setelah itu Allah SWT,
memberitahukan hakikat Isa dan
seluruh nabi-Nya: "Kepunyaan Allah-lah kerajaan
langit dan bumi
dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu." Allah SWT
adalah Penguasa satu-satunya dan Dia Pencipta satu-satunya.
Selain-Nya adalah hamba.
Isa terus melangsungkan dakwahnya
sehingga kejahatan dan keburukan mengetahui
bahwa singgasana mereka terancam
hancur. Lalu pasukan keburukan bergerak untuk
menangkapnya. Orang-orang Yahudi
menyakitinya dan menuduhnya dengan berbagai
macam tuduhan. Isa dikatakan
sebagai penyihir dan sebagai orang yang mengubah syariat
dan mereka menisbatkan
kekuatannya yang luar biasa kepada kekuatan setan. Ketika
mereka tidak lagi memiliki tipu
daya yang dapat melumpuhkan Nabi Isa dan mereka
melihat orang-orang yang lemah
dan orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya, maka
mereka mulai membikin suatu,
makar. Mereka mempengaruhi orang-orang Romawi.
Mula-mula pemerintahan Romawi
tidak turut campur karena menganggap bahwa
perselisihan-perselisihan antara
orang-orang Yahudi adalah perselisihan yang terjadi
demi memperebutkan kepentingan
sesama mereka. Lalu diadakanlah majelis Sanhadurim
(yaitu majelis undang-undang
tertinggi dari kalangan Yahudi). Mereka berkumpul untuk
membuat persekongkolan demi
menyingkirkan Isa. Persekongkolan itu mengambil
bentuk yang baru.
Ketika orang-orang Yahudi tidak
mampu memerangi Nabi Isa, mereka berpikir untuk
membunuhnya. Mulailah para ketua
pendeta Yahudi bermusyawarah untuk membuat
suatu kesimpulan tentang cara
yang mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang
tidak menirnbulkan kegaduhan di
tengah-tengah masyarakat.
Ketika para kepala Yahudi
bermusyarah, maka salah seorang dari murid al-Masih yang
dua belas pergi kepada mereka,
yaitu Yahuda al-Iskhriyutha. Ia berkata kepada mereka,
"Apa yang kalian berikan
jika aku berhasil menyerahkannya kepada kalian."
"Meja penghianatan telah
digelar di antara mereka dan dimulailah perundingan. Orangorang
Yahudi berusaha mencari titik
temu dan mereka sepakat untuk memberinya tiga
puluh lempeng dari perak. Ini
adalah harga yang biasa mereka lakukan untuk membeli
seorang budak sesuai dengan
syariat Yahudi." (penjelasan Injil Mata)
Selesailah konspirasi yang
menetapkan untuk menangkap al-Masih dan kemudian
membunuhnya. Dikatakan bahwa
kepala pendeta Yahudi merobek-robek bajunya secara
dramatis di suatu pertemuan agama
dan ia berteriak, "sungguh Isa telah kafir." Pero
bekan baju dalam tradisi
orang-orang Yahudi dilakukan ketika mereka mendengar atau
melihat sesuatu yang mengandung
penghinaan terhadap Allah. Para pendeta Yahudi tidak
memiliki kekuasaan untuk
menetapkan hukum bunuh pada saat itu. Semua itu dilakukan
oleh kekuasaan penguasa Romawai.
Tetapi tampaknya mereka berhasil meyakinkan
kekuasaan Romawi bahwa Isa telah
membuat rencana untuk melengserkan kekuasaan
Romawi atau mereka berhasil
meyakinkan penguasa Romawi bahwa masalah yang
mereka hadapi murni berkaitan
dengan tradisi mereka dan keyakinan mereka. Kemudian
mereka menyarankan agar penguasa
tidak turut campur atas apa yang mereka tetapkan.
Demikianlah konspirasi itu telah
ditetapkan dan telah diputuskan bahwa Isa harus
ditangkap dan kemudian disalib.
Empat Injil yang diakui oleh
kalangan Masehi saat ini membicarakan tentang proses
pembunuhan Isa di mana beliau
disalib kemudian beliau bangkit dari kematiannya dan
naik ke langit. Semua Injil ini
sepakat tentang proses pengyaliban Isa dan kematiannya,
sebagaimana mereka sepakat
tentang tabiat Isa yang mengandung ketuhanan yang
bercampur dengan tabiatnya
sebagai manusia. Kami akan menyampaikan keyakinan
orang-orang Masehi berkaitan
dengan Isa sebagaimana diyakini oleh mayoritas kaum
Nasrani saat ini, kemudian kami
akan mengemukakan keyakinan Islam tentang Isa
sebagaimana diceritakan oleh
Al-Qur'an al-Karim dan disampaikan oleh para ulama dan
disebutkan dalam hadis. Setelah
itu, kita akan membicarakan hal-hal yang perlu
dibicarakan berkaitan hubungan
antara kaum Muslim dan kaum Masehi serta kaitannya
dengan akidah mereka.
Injil Mata mengatakan, "Isa
ditangkap dan majelis Sanhadirum memutuskan bahwa ia
harus dibunuh. Kemudian para
anggota mejelis itu dari kepala-kepala para pendeta dan
para tokoh mereka menghinanya dan
mengejeknya serta berbuat aniaya terhadapnya
bahkan mereka meludahi wajahnya
dan menempelengnya. Sambil mengejek mereka
berkata, "beritahukanlah
wahai al-Masih siapa yang memukulrnu." Setelah itu al-Masih
ditangkap dan ia ditetapkan untuk
dibunuh.
Adalah sudah menjadi tradisi di
kalangan orang-orang Romawi untuk mencambuk orang
yang ditetapkan untuk dibunuh
sebelum pelaksaan hukum tersebut. Oleh karena itu, para
penguasa Romawi menetapkan agar
al-Masih dicambuk terlebih dahulu. Sedangkan
syariat Musa menetapkan agar
cambukan itu tidak melebihi empat puluh kali, namun
orang-orang Romawi tidak berhenti
pada batasan ini bahkan mereka terus mencambuk
korban dengan cambukan yang kejam
dan terus-menerus sehingga punggung yang
bersangkutan hampir saja patah
dan napasnya nyaris tinggal sedikit. Setelah itu, mereka
mulai melaksanakan hukum bunuh
kepadanya. Demikianlah yang dilakukan oleh tentara
terhadap penyelamat kita. (Injil
Mata 26)
Selesailah proses pecambukan,
lalu penguasa Romawi menyerahkan Isa kepada tentara
agar mereka menyalibnya. Kemudian
para tentara membuat sesuatu hal yang bermaksud
untuk menghibur. Mereka mencabut
pakaian Isa yang dilumuri dengan darah yang ada
luka di tubuhnya setelah proses
pencabukan, lalu mereka memakaikan pakaian merah
dengan maksud untuk mengejeknya.
Para raja biasanya memakai pakaian merah. Mereka
terus menghinanya. Mereka
memakaikannya mahkota dari duri dan meletakkannya di
atas kepalanya. (Injil Mata 26)
Akhirnya, mereka sampai pada
suatu tempat yang bernama Jaljatsah, yaitu suatu tempat
di luar pagar Ursyilim. Tradisi
Yahudi menetapkan untuk memberi satu gelas khamer
yang bercampur dengan minyak
wangi bagi orang yang ditetapkan untuk dihukum mati
sebelum pelaksanaan hukum. Ini
dimaksudkan sebagai alat pembius untuk meringankan
penderitaannya. Tetapi para
tentara menentang tradisi ini dan mereka memberi al-Masih
satu gelas dari cuka yang
bercampur dengan sesuatu yang pahit." (Injil Mata 26)
Teks Injil mata mengatakan
(cetakan tahun 1972) pada pasal kedua puluh tujuh:
"Sehingga mereka sampai ke
suatu tempat yang bernama Jaljatsah lalu mereka
memberinya minuman keras yang
bercampur dengan empedu agar ia meminumnya.
Ketika ia merasakannya, ia enggan
untuk meminumnya. Kemudian mereka menyalibnya.
Kemudian mereka duduk di sana
menjaganya dan meletakkan di atas kepalanya suatu
tuduhan yang tertulis: Ini adalah
Yasu', penguasa Yahudi. Mereka benar-benar
menyalibnya bersama Yasim. Salah
seorang dari keduanya di sebelah kanannya dan yang
lain di sebelah kirinya. Lalu
orang-orang yang lewat di tempat itu mencelanya dan
berkata, "wahai yang menghancurkan
tempat sembahan dan yang membangunnya pada
tiga hari, selamatkanlah dirimu
dan jika engkau adalah anak Allah, maka turunlah dari
tempat penyaliban itu."
Demikianlah sebagian riwayat kaum
Masehi tentang proses penyalipan serta penafsiran
mereka berkaitan dengannya. Kami
telah menukilnya tanpa memperhatikan tentang
catatan yang terdapat dalam Injil
Mata yang terbaru, yaitu ia merupakan catatan yang
paling baik dalam bentuknya yang
terkumpul dari ulama-ulama mereka dan tokoh-tokoh
agama Masehi sehingga ia lebih
mudah untuk dipahami dan lebih sederhana. Kami telah
mengemukakan sebagiannya kepada
Anda dalam halaman-halaman ini.
Sementara itu, dalam akidah Islam
disebutkan suatu riwayat yang berbeda dengan
riwayat yang ada dalam
Injil-Injil yang terdapat sekarang, baik yang berhubungan dengan
kehidupan akhir yang dialami oleh
Isa maupun tabiat Isa yang merupakan sumber
perselisihan setelah
pengangkatannya. Al-Qur'an al-Karim menceritakan bahwa Allah
SWT tidak menghendaki Bani Israil
untuk membunuh Isa atau menyalibnya tetapi Allah
SWT menyelamatkannya dari
kekufuran mereka lalu mengangkatnya di sisi-Nya. Mereka
tidak berhasil membunuhnya dan
tidak berhasil menyalibnya tetapi ia diserupakan seperti
orang-orang di antara mereka.
Allah SWT berfirman:
"Dan karena
ucapan mereka: 'Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra
Maryam, Rasul
Allah,' padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya,
tetapi yang
mereka bunuh ialah arang yang diserupakan dengan Isa bagi meeha.
Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benarbenar
dalam keraguan
tentang yang dibunuh itu. Mereka tidah mempunyai keyakinan
tentang siapa
yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak
pula yakin bahwa
yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah
telah mengangkat
Isa kepadanya." (QS.
an-Nisa': 157-158)
Dan Allah SWT juga berflrman:
"(Ingatlah),
ketika Allah berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan
karnu pada akhir
ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu
dari orang-orang
yang kafir. "
(QS. Ali 'Imran: 55)
Para ulama-ulama Islam sepakat
atas hal itu dan mereka berselisih pendapat tentang cara
beragumentasi terhadap apa yang
mereka yakini sebagai kebenaran. Sebagian mereka
meyakini nas-nas Al-Qur'an saja
yang menyebut tentang Isa al-Masih dan mereka tidak
mendukungnya atau memperkuatnya
dengan kitab-kitab lain selain Al-Qur'an. Kedua
metode tersebut memiliki titik
kekuatan tersendiri. Orang yang berpegangan dengan
pendapat yang pertama mengatakan
bahwa Nabi melarang untuk membahas kitab-kitab
pegangan kaum Yahudi dan kaum
Nasrani. Bagi kaum itu agama mereka dan bagi kita
agama kita dan hanya Allah SWT
yang akan memutuskan segala perselisihan di antara
kita pada hari kiamat.
Sedangkan orang-orang yang
berpegangan dengan cara yang kedua mengatakan bahwa
larangan Nabi tersebut terjadi
pada permulaan masa Islam di mana kaum Muslim sangat
dekat dengan masa jahiliah. Nabi
memerintahkan mereka agar tidak disibukkan dengan
kitab-kitab lain selain kitab
mereka, yakni Al-Qur'an. Yang demikian ini dimaksudkan
agar mereka memiliki akidah yang
kuat dan keyakinan mereka benar-benar tertanam
dalam diri mereka, Tetapi ilmu
dan pandangan ilmiah menetapkan bahwa seorang yang
alim harus banyak menggali
kitab-kitab kuno dalam rangka mengetahui kebenaran dan
jika ia mendapati sesuatu yang
sesuai dengan apa yang didapatinya dengan kebenaran,
maka hatinya akan lebih merasa
tenang dan damai. Berkaitan dengan kelompok yang
pertama yang merasa cukup dengan
Al-Qur'an, kita tidak menemukan perincian-perincian
yang mendalam berkenaan dengan
usaha penangkapan Isa, bagaimana proses
pengangkatannya ke langit, di
mana Isa diserupakan dengan salah seorang di antara
mereka, bagaimana dia diserupakan
dengan salah seorang di antara mereka. Allah SWT
telah menyerupakannya dengan
salah seorang di antara mereka sedangkan Nabi Isa
diangkat ke langit. Demikianlah
penjelasan singkat mereka, tidak ada penambahan lagi.
Sedangkan kelompok yang kedua,
mereka melontarkan kisah secara lengkap. Mereka
mengatakan bahwa Allah SWT
menyerupakan Isa dengan Yahuda. Yahuda ini adalah
Yahuda al-Askhariyutha yang
menurut Injil ia menjualnya kepada musuh-musuhnya dan
menunjukkan kepada mereka tentang
keberadaannya. Ia adalah seorang muridnya yang
terpilih. Demikian ini sesuai
dengan Injil Barnabas di mana disebutkan di dalamnya:
"Ketika para tentara
mendekat bersama Yahuda di tempat yang di situ terdapat Yasu',
maka Yasu' mendengar kedatangan
segerombolan orang yang menuju tempatnya. Oleh
karena itu, ia segera pergi ke
rumah dalam keadaan takut. Di dalam rumah itu terdapat
sebelas orang yang tidur. Ketika
Allah melihat bahaya akan mengancam hamba-Nya,
maka Dia merintahkan Jibril,
Mikail, dan Rafail (Israfil), serta Idril (Izrail) yang mereka
semua adalah para utusan-Nya
untuk mengambil Yasu' dari dunia. Lalu datanglah
malaikat-malaikat yang suci di
mana mereka mengambil Yasu' dari pintu yang dekat
dengan arah selatan. Mereka
membawanya dan meletakkannyadi langit yang ketiga
dengan disertai para malaikat
yang selalu bertasbih kepada Allah selama-lamanya.
Yahuda masuk secara paksa ke
kamar yang di situlah Yasu' diangkat ke langit. Saat itu
murid-murid sedang tidur
semuanya, lalu Allah mendatangkan keajaiban yang luar biasa
di mana Yahuda berubah cara
berbicaranya dan juga wajahnya. Ia sangat mirip sekali
dengan Yasu' sehingga kami
mengiranya Yasu'. Adapun ia (Yahuda) setelah
membangunkan kami, ia
mencari-cari di mana si guru berada. Oleh karena itu, kami
merasa heran dan kami menjawab,
"bukankah engkau wahai tuanku guru kami, apakah
sekarang engkau telah melupakan
kami?" Demikianlah kisah yang terdapat dalam Injil
Barnabas. Allah SWT berfirman:
"Al-Masih
putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang Sesungguhnya telah berlalu
sebelumnya
beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa
memakan
makanan." (QS.
al-Maidah: 75)
Para ulama berkata,
"Al-Masih dinamakan al-Masih karena ia mengusap bumi dan
membersihkannya serta usahanya
untuk menyelamatkan agama dari fitnah di zaman itu
karena saking hebatnya kebohongan
orang-orang Yahudi kepadanya dan bagaimana
usaha mereka untuk menciptakan
dusta padanya dan kepada ibunya as." Banyak ulama
yang meriwayatkan tentang
kesucian spiritual dari Nabi Isa. Abu Hurairah meriwayatkan
dari Nabi bahwa beliau
menceritakan tentang al-Masih sebagai berikut: "Isa melihat
seorang lelaki yang mencuri lalu
ia berkata: "Wahai si fulan apakah engkau mencuri?"
Orang itu berkata: "Tidak,
demi Allah aku tidak mencuri," Isa berkata: "Aku beriman
kepada Allah SWT dan
pengelihatanku telah berbohong." Ini menunjukkan kesucian
ruhani Isa di mana ia lebih
memilih sumpah orang itu atas apa yang disaksikannya. Ia
membayangkan bahwa orang tersebut
tidak akan bersumpah dan membawa nama Allah
SWT yang Maha Besar lalu ia
berdusta sehingga ia menerima pernyataannya dan ia
kembali kepada dirinya sendiri
sambil berkata: "Aku beriman kepada Allah SWT, yakni
aku mempercayaimu dan mataku
telah berbohong karena engkau telah bersumpah." Ada
riwayat lagi yang mengatakan
bahwa suatu hari Nabi Isa berjalan bersama sahabatnya
dan mereka melewati bangkai
anjing yang busuk baunya, lalu sahabat-sahabat Isa sangat
terpukul dan sangat menderita
dengan bau anjing itu. Melihat sikap mereka, Isa berkata:
"Lihatlah betapa putih
giginya."
Isa ingin mengajari manusia
bagaimana mereka menghadapi keburukan di mana Nabi Isa
menekankan agar mereka lebih
melihat kepada keindahan dan kebaikan. Dakwah Nabi
Nabi Isa merupakan puncak dari
ketinggian ruhani dan idealisme yang mengagumkan di
mana Beliau lebih menekankan
kebaikan daripada keburukan. Rasulullah berkata:
"Semua para nabi adalah
saudara, agama mereka satu sedangkan mereka dilahirkan dari
berbagai macam ibu dan aku adalah
manusia yang utama begitu juga Isa bin Maryam di
mana tidak ada nabi setelahku dan
sesudahnya." Dalam berbagai riwayat disebutkan
bahwa Nabi Isa akan turun pada
akhir zaman. Islam sangat memberikan penghormatan
kepada Isa yang sesuai dengan
kedudukannya sebagai salah satu nabi ulul azmi yang
besar. Islam menamakannya
Rasulullah dan Kalimatullah yang telah diberikan kepada
Maryam. Allah SWT berfirman:
"Wahai ahli
Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah
hamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih Isa putra
Maryam itu
adalah utusan Allah dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya
kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah
kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: '(Tuhan itu) tiga.'
Berhentilah dari
ucapan itu. (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang
Maha Esa, Maha
Suci dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah
kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah untuk menjadi Pemelihara. Al-Masih sekali-kali tidak
enggan menjadi
hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat malaikat yang
terdekat (kepada
Alah). Barangsiapa yang enggan dari menyernbah-Nya dan
menyombongkan
diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepadanya.
Adapun
orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, maka Allah akan
menyempurnakan
pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-
Nya. Adapun
orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan
menyiksa mereka
dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi
diri mereka,
pelindung dan penolong selain dari Allah. " (QS. an-Nisa':
171- 173)
Ibnu Katsir berkata dalam Qhisasul
Anbiya': Para pengikut Nabi Isa berselisih pendapat
setelah Nabi Isa diangkat ke
langit. Sebagian mereka mengatakan, di tengah-tengah kita
ada hamba Allah SWT dan rasul-Nya
(Ariyus). Sebagian lagi mengatakan, dia adalah
Allah. Yang lain lagi mengatakan,
dia adalah anak Allah. Mereka berselisih pendapat
tentang Injil yang menyebutkan
berbagai kebo hongan di mana terdapat di dalamnya
penambahan, pengurangan, dan
pergantian. Al-Qur'an al-Karim telah membahas
persoalan ketuhanan. Ia
menjelaskan bahwa Allah SWT Maha Suci dari segala sekutu
dan anak dan segala hal yang
menyerupai-Nya serta segala bentuk ingkarnasi, kejauhan,
kedekatan dan pencapaian
pandangan mata. Allah SWT berfirman:
"Katakanlah:
"Dia-lah Allah, YangMahaEsa.'Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepadanya segala
sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak
ada seorang pun
yang setara dengan Dia. " (QS. al-Ikhlash: 1-4)
Dan tentang Isa
as Allah berfirman: "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah,
adalah seperti
(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman
kepadanya: 'Jadilah' (seorang manusia), maka jadilah ia." (QS. Ali 'Imran:
59)
"Mereka
(orang-orang kafir) berkata: Allah mempunyai anah.' Maha Suci Allah, bahkan
apa yang ada di
langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepadanya.
Allah Pencipta
langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu,
maka (cukuplah)
Dia mengatakan kepadanya: 'Jadilah', lalujadilah ia." (QS.
al-Baqarah:
116-117)
"Orang-orang
Yahudi berkata: 'Uzair itu putra Allah' dan orang-orang Nasrani berhata:
Al-Masih itu
putra Allah.' Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka
meniru perkataan
orang-orang kafir terdahulu. Mereka dilaknat oleh Allah; bagaimana
mereka sampai
berpaling?" (QS.
at-Taubah: 30)
Nas tersebut mengisyaratkan
akidah orang-orang Mesir dan orang-orang seperti mereka
dari umat-umat yang terdahulu di
mana akidah mereka terfokus pada keyakinan
penyaliban Isa, tentang tebusan
dan kebangkitan Tuhan yang disembelih serta
penentangannya terhadap para
pengikutnya setelah kematiannya.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah itu ialah
al-Masih putra
Maryam.'
Katakanlah: 'Maka siapakah (gerangan) yang dapat
menghalang-halangi
kehendah Allah, jika Dia hendak membinasakan al-Masih putra
Maryam itu
beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?'
Kepunyaan
Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apayang ada di antara keduanya; Dia
menciptakan apa
yang dihehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
(QS. al-Maidah: 17)
"Sesungguhnya
kafirlah orang-orang yang mengatakan: Allah salah seorang dari yang
tiga,' padahal
sekali-kali tidak ada selain dari Tuhan YangEsa." (QS. al-Maidah:
73)
Demikianlah Al-Qur'an al-Karim
menyebutkan sikap berbagai aliran yang saling
berlawanan yang tumbuh setelah
pengangkatan al-Masih. Al-Qur'an menjelaskan bahwa
al-Masih adalah hamba Allah SWT
dan seorang rasul yang diutus kepada Bani Israil.
Kata hamba dan rasul adalah kata
yang sangat jelas artinya, adapun yang dimaksud
dengan al-Kalimah dan ar-Ruh,
maka kedua kata tersebut perlu dijelaskan. Kaum
Muslim memahami bahwa al-Kalimah
adalah petunjuk Allah SWT yang diberikan-Nya
kepada Maryam sedangkan ar-Ruh
adalah menunjukkan atau mengisyaratkan kepada
Ruh Kudus, yaitu Jibril as. Allah
SWT telah menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa
dengan ruh yakni Jibril:
"Dan
(ingatlah) ketiha Aku dukung kamu dengan Ruhul Kudus." (QS. al-Maidah:
110)
Setelah mengemukakan keyakinan
kaum Masehi tentang karakter Nabi Isa dan akhir dari
kehidupannya dan setelah
menjelaskan kebenaran yang Allah SWT ceritakan kepada kita
tentang karakter tersebut dan
akhir dari kehidupan yang dialami oleh Nabi Isa, kita ingin
mengetahui apa yang harus
dilakukan oleh kaum Muslim dalam hubungan mereka
dengan orang-orang Masehi serta
keyakinan mereka. Islam menetapkan atau
menyampaikan nas-nas yang jelas
yang mengkhususkan agama Masehi—di antara
agama-agama yang lain—dengan kecintaan. Al-Qu'ran mengingkari
ketuhanan al-Masih;
ia juga mengingkari penyaliban
dan tebusan dosa yang dilakukannya. Namun Al-Qur'an
menegaskan dalam nasnya bahwa agama
Nasrani merupakan agama yang lebih dekat
kecintaannya kepada Islam. Allah
SWT berfirman:
"Sesungguhnya
kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap
orang-orang yang
beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan
sesungguhnya
kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang
yang beriman
ialah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.'
Yang demikian
itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani)
terdapat
pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak
menyombongkan
diri." (QS.
al-Maidah: 82)
Allah SWT memuji para pengikut
al-Masih yang berjalan di atas petunjuknya. Allah
SWT berfirman:
"Dan Kami
jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih
sayang. Dan
mereka mengada-adakan rahbaniyah (keadaan tidak menikah dan
mengurung diri
di biara) padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi
mereka
sendirilah yang mengada-adakannya untuk mencarai keridhaan Allah." (QS. al-
Hadid: 27)
Tidak terdapat kontradiksi dari
dua sikap tersebut. Pengingkaran Al-Qur'an terhadap
ketuhanan al-Masih dan
pengakuannya terhadap kecintaan kaum Nasrani serta pujiannya
terhadap orang-orang yang
mengikuti Nabi Isa mengandung makna lebih dari satu:
Pertama, bahwa Masehi berdasarkan
pada agama Tauhid dan sangat sulit bagi para
pengikutnya untuk meninggalkan
tauhid, dan hanya Allah SWT yang mengakui hakikat
apa yang terpendam dalam hati;
kedua, dalam kalangan orang-orang Nasrani terdapat
para pendeta dan para rahib yang
tidak bersikap congkak di hadapan Allah SWT tetapi
mereka sangat patuh dan tunduk
kepadanya; ketiga, sebagian pengikut Nabi Isa memiliki
hati yang dipenuhi dengan kasih
sayang dan rahmat. Tentu rahmat dan kasih sayang
tersebut tidak tumbuh kecuali
dari keimanan terhadap hari akhir. Allah SWT telah
menetapkan perintah-Nya kepada
kaum Muslim agar mereka memperlakukan ahlul kitab
dengan perlakuan yang mulia dan
baik, sebagaimana Islam menjamin kebebasan untuk
menentukan keyakinan pada setiap
manusia. Allah SWT berfirman:
"Dan
jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka
apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang
beriman semuanya?" (QS. Yunus: 99)
"Tidak ada
paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar
daripada jalan yang salah." (QS. al-Baqarah: 256)
"Katakanlah:
'Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)
yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidah kita sembah kecuali
Allah dan tidak
kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan
sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka
katakanlah
kepada mereka: 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang
menyerahkan diri
(kepada Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64)
Kita perhatikan bahwa ayat-ayat
tersebut berbicara tentang cara memperlakukan kaum
Masehi sebagai individu
sebagaimana ia berbicara tentang bagaimana kita
memperlakukan keyakinan mereka.
Sehubungan dengan kaum Masehi sebagai individu,
kita menyaksikan ayat-ayat
tersebut memerintahkan untuk membalas kecintaan yang
mereka perlihatkan di mana nas
tersebut dengan tegas mengatakan bahwa mereka lebih
dekat kecintaannya kepada
orang-orang yang beriman. Jika Allah SWT yang menegaskan
hal tersebut, maka orang-orang
Muslim harus membalas kebaikan dan kecintaan yang
ditunjukkan oleh kaum Nasrani.
Adapun sehubungan dengan keyakinan mereka, di dalam
Al-Qur'an terdapat banyak ayat
yang melarang untuk memaksa manusia dalam bentuk
apa pun. Allah SWT berfirman:
"Dan
katakanlah: 'Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka barangsiapa yang ingin
beriman
hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir." (QS.
al-Kahfi: 29)
Yang demikian itu, karena
keimanan yang didahului dengan paksaan adalah bukan
keimanan karena ia berarti
mencabut ikhtiar atau kebebasan manusia, padahal itu adalah
syarat dari keimanan. Dan
barangkali inilah yang menunjukkan kesempumaan Islam
dilihat dari sikapnya yang
demikian indah. Kami kira tanpa kita harus memaksakan
tafsiran kita kepada ayat-ayat
tersebut dan memohon kepada Allah SWT dari kesalahan
dan kebodohan bahwa Islam dengan
sikapnya itu ingin menjauhkan para pengikutnya
dari kalangan awam dari
perdebatan yang panjang dan melelahkan seputar keyakinan
orang lain. Tentu perdebatan
tersebut tidak akan berujung dan akan menjadi seperti debat
kusir saja. Namun tugas tersebut
hanya diemban oleh para ulama, di mana mereka
membahas sebagaimana mereka
kehendaki berbagai keyakinan-keyakinan
keberagamaan, sedangkan
orang-orang awam tidak diberi tanggung jawab dalam hal itu.
Lagi pula, perselisihan antara
keyakinan dan aliran-aliran di kalangan Masehi dan
kalangan Yahudi jika melibatkan
orang-orang awam, maka itu hanya memboroskan
waktu dan hanya membuat lelah
saja.
Islam akan kembali menjadi asing
dan akan kembali menjadi asing seperti pertama kali
terbit. Dalam suasana keasingan
Islam yang pertama, orang-orang Muslim berhasil
membangun suatu individu Muslim
yang kokoh. Dan ketika bangunan tersebut telah
selesai, maka sempurnalah
pembangunan pemerintahan Islam. Kita tidak mendengar
bahwa salah seorang di antara
mereka terlibat dalam perdebatan yang sengit yang tidak
berujung sekitar keyakinan orang
lain. Sesungguhnya memberi petunjuk kepada orang
lain sehingga orang tersebut
engetahui jalan menuju Allah SWT adalah perbuatan yang
indah, tetapi hidayah tersebut
didahului dengan tekad seseorang untuk memberikan
petunjuk kepada dirinya sendiri.
Seandainya orang-orang Islam membimbing mereka
menuju jalan Allah SWT niscaya
Allah SWT memberi petunjuk melalui mereka siapa
saja yang dikehendaki dari
hamba-hamba-Nya.
Al-Qur'an menetapkan dua mukjizat
kepada Nabi Isa yang tidak disebutkan dalam kitab
Injil: pertama mukjizat yang
berupa pembicaraannya saat ia masih menyusui dibuaian.
Dan yang kedua mukjizat makanan
yang turun dari langit kepada kaum Hawariyin.
Sebagaimana Al-Qur'an menetapkan
kemuliaan yang diperoleh oleh Nabi Isa saat ia
diselamatkan dari tangan-tangan
jahat orang-orang Yahudi yang ingin menyiksanya atau
membunuhnya sehingga Nabi Isa
terselamatkan dan dia diangkat ke langit. Rasulullah
saw mewasiatkan kepada sahabatnya
agar mereka memperlakukan orang-orang Masehi
dengan penuh kebaikan, bahkan
beliau menikahi Maria al-Qibthiya. Ibnu Jarir
meriwayatkan dari Ibnu Abbas
bahwa seseorang lelaki dari Bani Salim bin Auf yang
bernama al-Hasin mempunyai dua
orang anak yang masih Kristen, lalu ia masuk Islam
dan bertanya kepada Rasulullah
saw bagaimana seandainya ia harus memaksa kedua
anaknya untuk memeluk Islam
sedangkan mereka berdua menolak agama lain selain
agama Masehi? Kemudian Allah SWT
menurunkan ayat yang berbunyi:
"Tidak ada
paksaan dalam memeluk agama (Islam)." (QS. al-Baqarah: 256)
Ketika para utusan Najran dari
kalangan kaum Masehi datang ke Madinah untuk
berunding dengan Nabi, maka
beliau memberi mereka setengah dari mesjidnya agar
mereka dapat melaksanakan salat
dengan cara mereka di dalamnya. Pada suatu hari
Rasulullah saw berdiri untuk melakukan
salat kepada seseorang jenazah lalu dikatakan
kepadanya bahwa ia adalah jenazah
Yahudi. Kemudian Rasulullah menjawab:
"Bukankah ia adalah
manusia." Dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda:
"Barangsiapa yang mengganggu
secara aniaya seorang Yahudi atau seorang Nasrani,
maka aku akan jadi musuhnya pada
hari kiamat." Terkadang kekuasaan akan langgeng
meskipun disertai dengan
kekufuran tetapi ia tidak akan abadi ketika disertai dengan
kelaliman.
Para ulama Islam berselisih
pendapat berkaitan dengan keadaan Nabi Isa setelah
pengangkatannya. Mereka sepakat
bahwa beliau tidak disalib tetapi Allah SWT
mengangkatnya di sisi-Nya. Tetapi
ketika ia tidak disalib, maka bagaimana keadaannya
setelah itu: apakah ia masih
hidup, ataukah ia mati seperti matinya nabi yang lain?
Mayoritas mengatakan bahwa Allah
SWT mengangkat Isa dengan fisiknya dan ruhnya di
sisi-Nya. Mereka mengambil zahir
dari firman-Nya:
"Tetapi
Allah mengangkatnya di sisi-Nya." (QS. an-Nisa': 158)
Juga sebagian hadis yang
mendukung hal tersebut. Sementara itu, kelompok yang lain
dari kalangan mufasirin, dan ini
adalah kelompok yang minoritas, mereka mengatakan
bahwa Nabi Isa hidup sehingga
Allah SWT mematikannya sebagaimana Dia mematikan
nabi-nabi-Nya lalu Dia mengangkat
ruhnya di sisi-Nya sebagaimana ruh para nabi
diangkat, begitu juga ruh para
shidiqin (orang-orang yang benar) dan syuhada. Mereka
mengambil zahir firman-Nya:
"(Ingatlah)
ketika Allah berfirman: 'Hai ha, sesungguhnya Aku akan menyampaikan
kamu kepada
akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu
dari orang-orang
yang kafir."
(QS. Ali 'Imran: 55)
Kami sendiri lebih memilih
pendapat yang pertama karena ia sangat sesuai—sebagai
mukjizat yang luar biasa—dengan kelahiran Isa di mana kelahiran
tersebut dipenuhi
dengan mukjizat yang luar biasa,
juga sesuai dengan kehidupannya dan kesuciannya.
Jadi, kedua-duanya merupakan mukjizat yang luar
biasa.♦
Tidak ada komentar:
Posting Komentar